Teologi pembebasan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PT14danang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
PT14danang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 16:
===Di Asia===
* J.B. Banawiratma<ref name="Nitiprawiro"/>
* RomoTissa Mangun WijayaBalasuriya<ref name="Nitiprawiro"/>
* Kiai Abdurahman Wahid<ref name="Nitiprawiro"/>
* Romo Sandiawan<ref name="Nitiprawiro"/>
* Sadayandy Batumali<ref name="Nitiprawiro"/>
 
* Aloysius Pieris<ref name="Nitiprawiro"/>
[[Aloysius Pieris]] mengkritik Teologi Pembebasan dari [[Amerika Latin]] dan [[Afrika]] kurang cocok untuk masyarakat [[Asia]].<ref name="Elwood">{{id}} Douglas J. Elwood., Teologi Kristen Asia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006</ref> Kemiskinan yang dilihat dari kacamata [[Marxisme]] belumlah efektif ketika tidak melihat akar permasalahan secara lebih dalam di Asia sendiri.<ref name="Elwood"/> Hal penting lain yang perlu dipertimbangkan dari konteks Asia adalah pendekatan multikulural.<ref name="Elwood"/> Asia oleh Pieris disebut sebagai 'dunia ketiga' yang memiliki akar '[[agama|religio]]-[[budaya|kultural]]' yang tidak terpisahkan.<ref name="Elwood"/> 'Reoligio-Kultural' ini setidaknya diuraikan oleh Pieris dalam tiga hal; 1. [[bahasa|heterogenitas linguistik]], 2. integrasi unsur-unsur [[ciptaan|kosmik]] dan metakosmik dalam [[agama]]-agama di Asia, dan 3. kehadiran luar biasa dari ajaran-ajaran keselamatan (''[[soteriologis]]') bukan Kristen.<ref name="Elwood"/>
 
* TissaKiai BalasuriyaAbdurahman Wahid<ref name="Nitiprawiro"/>
Tisa Balasuriya dalam bukunya mengambil teladan dari tokohTokoh Indoenesia; Abdurahman Wahid dan Romo Mangun Wijaya di tahun 1980an yang pernah memperjuangkan hak rakyat kecil dari arogansi pemerintahan.<ref name="Nitiprawiro"/> Peran Abdurahman Wahid adalah dalam bidang pluralisme, yang menghargai kebebasan manusia dalam beragama, yaitu dengan menjamin kebebasan itu melalui pengajaran kepada masyarakat melalui seminar-seminar, kemudian juga melalui perubahan undang-undang negara di Indonesia.<ref name="Nitiprawiro"/>
 
Tisa Balasuriya dalam bukunya mengambil teladan dari tokoh Indoenesia; Abdurahman Wahid dan Romo Mangun Wijaya di tahun 1980an yang pernah memperjuangkan hak rakyat kecil dari arogansi pemerintahan.<ref name="Nitiprawiro"/> Peran Abdurahman Wahid adalah dalam bidang pluralisme, yang menghargai kebebasan manusia dalam beragama, yaitu dengan menjamin kebebasan itu melalui pengajaran kepada masyarakat melalui seminar-seminar, kemudian juga melalui perubahan undang-undang negara di Indonesia.<ref name="Nitiprawiro"/>
 
* KiaiRomo AbdurahmanMangun WahidWijaya<ref name="Nitiprawiro"/>
Sedangkan Romo Mangung Wijaya terkenal dengan tindakannya membela kelompok masyarakat di daerah tertentu (Kalo Code dan Lokasi pembangunan Waduk Kedung Ombo)yang terkena gusur oleh pemerintah.<ref name="Nitiprawiro"/>