Diselamatkan oleh anugerah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
55hans (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Kia 80 (bicara | kontrib)
k WPCleaner (v1.04) ProyekWiki disambiguasi - Mari bergabung! - Kain, Luther, Paulus
Baris 5:
 
== Perjanjian Lama ==
Kisah penciptaan mengambarkan keadaan bumi pada mulanya penuh dengan kekacauan dan belum terbentuk.<ref name="Hakh">Hakh, Samuel Benyamin. 2009. ''Damai Itu Meneduhkan''. Bandung: Jurnal Info Media. 8-12,17.</ref> Keadaan gelap dan kekacauan ini menunjukkan situasi yang jauh dari [[Allah]].<ref name="Hakh"></ref> Dalam keadaan kacau, [[Allah]] menunjukkan kesediaan dan inisiatif untuk memberi rupa dan bentuk kepada langit dan bumi.<ref name="Hakh"></ref> Akibatnya, dunia mulai teratur, teduh, tenang dan damai.<ref name="Hakh"></ref> [[Allah]] melihat bahwa apa yang diciptakannya baik dan sungguh amat baik (Kej. 1: 4,10, 12,18,21,25 dan 31).<ref name="LAI">LAI.2000. '' Alkitab dan Kidung Jemaat. Jakarta: LAI.1-32, teks tambahan.</ref> Langit dan bumi yang kacau diganti dengan langit dan bumi yang [[syalom]].<ref name="Hakh"></ref> [[Allah]] memiliki inisiatif ([[Allah]] sebagai inisiator) untuk menciptakan keteraturan dan relasi yang harmonis dengan seluruh ciptaan.<ref name="Hakh"></ref> Pendamaian juga terdapat dalam perjanjian antara [[Nuh]] dan Allah setelah peristiwa Air Bah.<ref name="Hakh"></ref> Dosa yang dilakukan oleh [[Adam]] dan [[Hawa]], [[Kain]] dan [[Habel]], lalu mencapai puncaknya pada zaman Nuh.<ref name="Hakh"></ref> Peristiwa itu menggambarkan pertumpahan darah dan solidaritas antara manusia atau pun dengan alam yang rusak telah menyebabkan keharmonisan hubungan dengan [[Allah]] juga turut rusak dan membuat [[Allah]] kecewa dan mendatangkan Air Bah.<ref name="Hakh"></ref> Setelah penghukuman itu, [[Allah]] berinisiatif untuk melakukan pendamaian dengan alam semesta melalui Nuh.<ref name="Hakh"></ref> Pendamaian [[Allah]] dilakukan melalui perjanjian dengan Nuh sebagai tanda dimulainya babak kehidupan yang baru.<ref name="Hakh"></ref>
 
== Perjanjian Baru ==
Baris 35:
[[Berkas:Augustine_of_Hippo.jpg|right|thumb|150px|Santo [[Agustinus]] merupakan tokoh gereja yang menyuarakan pemikiran tentang diselamatkan melalui anugerah.]]
 
Pernyataan [[Pelagius]] tidak serupa dengan pernyataan [[Agustinus]] yang mengatakan bahwa Manusia diciptakan oleh [[Allah]] dengan karunia-karunia adikodrati.<ref name="Willem">Willem F.D. 1986. ''Riwayat Hidup Singkat: Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja''. 32, 211-212.</ref> Karunia-karunia itu hilang ketika Adam jatuh ke dalam dosa.<ref name="Willem"></ref> Pemikiran [[Augustinus]] didasari oleh perkataan [[Paulus dari Tarsus|Paulus]] dalam surat Roma 13:13-14 yang tertulis, "kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya".<ref name="Lane"></ref> Berdasarkan surat Paulus tersebut, muncul pemikiran [[Agustinus]] bahwa manusia memiliki kebebasan kehendak.<ref name="Lane"></ref> Kejahatan merupakan prinsip negatif dan sebuah keadaan yang terpisah dari [[Allah]].<ref name="Lane"></ref> Kejahatan adalah suatu keadaan yang tadinya baik berubah menjadi keadaan yang rusak atau tidak baik.<ref name="Lane"></ref> Kehendak bebas hilang dan Adam serta keturunannya dikuasai oleh dosa.<ref name="Willem"></ref> Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.<ref name="Willem"></ref> Manusia hanya dapat diselamatkan oleh rahmat [[Allah]] saja.<ref name="Willem"></ref> Peristiwa kejatuhan Adam ke dalam dosa, seluruh manusia berada dalam keadaan berdosa.<ref name="Willem"></ref> [[Allah]] akan memilih orang-orang yang akan menerima karunia-Nya.<ref name="Willem"></ref>
 
Dosa bukanlah ciptaan [[Allah]] dan tidak bersifat kekal.<ref name="Lane">Tony Lane. ''Runtut Pijar''. Jakarta: BPK Gunung Mulia.</ref> Dosa muncul karena manusia telah menyalahgunakan kehendak bebas.<ref name="Lane"></ref> Oleh karena itu, setiap manusia bertanggungjawab atas perbuatannya dan manusia membutuhkan kasih karunia [[Allah]] yakni pertolongan batin dari Roh Kudus, agar manusia bisa hidup dengan baik.<ref name="Lane"></ref> [[Allah]] memberi kasih karunia-Nya (atau Roh Kudus) kepada manusia yang merespon Injil dengan imannya.<ref name="Lane"></ref> Iman merupakan karunia [[Allah]] dan hasil pekerjaan rahmat-Nya. Keselamatan merupakan sebuah karunia [[Allah]].<ref name="Lane"></ref> Namun, [[Allah]] tidak memberikan karunia itu kepada semua orang.<ref name="Lane"></ref> [[Allah]] memberikan karunia itu hanya kepada orang-orang yang menjadi umat pilihan-Nya saja.<ref name="Lane"></ref> Karunia itu tidak ada terkait dengan kehendak atau usaha seseorang (Rom.9:16).<ref name="Lane"></ref> Kasih karunia [[Allah]] berupa pertolongan batin dari Roh Kudus, agar manusia bisa hidup sebagai orang Kristen.<ref name="Lane"></ref> [[Allah]] memberi kasih karunia-Nya kepada manusia yang merespon Injil dengan imannya.<ref name="Lane"></ref> Iman merupakan karunia [[Allah]] dan hasil pekerjaan rahmat-Nya.<ref name="Lane"></ref> Keselamatan merupakan sebuah karunia [[Allah]].<ref name="Lane"></ref> Namun, [[Allah]] tidak memberikan karunia itu kepada semua orang.<ref name="Lane"></ref> [[Allah]] memberikan karunia itu hanya kepada orang-orang yang menjadi umat pilihan-Nya saja.<ref name="Lane"></ref> Karunia itu tidak ada terkait dengan kehendak atau usaha seseorang (Rom.9:16).<ref name="Lane"></ref>
Baris 58:
|caption = Martin Luther merupakan salah satu tokoh reformasi yang menyuarakan pemikiran mengenai "diselamatkan melalui anugerah"}}
 
[[Martin Luther]] mengatakan bahwa inti dari kepercayaan Kristen adalah manusia yang terbatas dapat memiliki hubungan dengan [[Allah]].<ref name="McGrath"></ref> Hal tersebut berhubungan dengan pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan oleh manusia supaya dirinya dapat selamat, yakni memiliki hubungan dengan [[Allah]].<ref name="McGrath"></ref> Bagaimana manusia sebagai individu dapat masuk ke dalam suatu hubungan dengan [[Allah]]?<ref name="McGrath"></ref> Bagi [[Martin Luther|Luther]], anugerah [[Allah]] adalah yang memungkinkan manusia diselamatkan.<ref name="McGrath"></ref> Anugerah [[Allah]] itu bagi [[Martin Luther|Luther]] terhubung dengan kebenaran [[Allah]] (''Iustitia Dei'').<ref name="McGrath"></ref>
 
Pemikiran [[Martin Luther|Luther]] tersebut dipengaruhi pengalaman pribadinya, yakni ketika [[Martin Luther|Luther]] pada awalnya berpikir bahwa manusia sesungguhnya tidak dapat memenuhi persyaratan untuk diselamatkan.<ref name="McGrath"></ref> Karena itu, selalu ada yang harus dilakukan oleh manusia untuk memenuhi syarat supaya mendapat keselamatan.<ref name="McGrath"></ref> [[Martin Luther|Luther]] menafsirkan "kebenaran [[Allah]]" sebagai kebenaran yang "menghukum".<ref name="McGrath"></ref> Akan tetapi, pada waktu kemudian, [[Martin Luther|Luther]] menemukan arti baru mengenai "kebenaran Allah", yakni sebagai suatu kebenaran yang "diberikan" [[Allah]] kepada orang berdosa.<ref name="McGrath"></ref> [[Allah]] bukanlah seperti "hakim" yang keras dan selalu memberikan ganjaran kepada setiap manusia sesuai dengan perbuatan baik manusia.<ref name="McGrath"></ref> Sebaliknya, [[Allah]] dipahami sebagai [[Allah]] yang Maha Pemurah dan penuh rahmat sehingga memberikan keselamatan kepada orang yang berdosa melalui anugerah.<ref name="McGrath"></ref>
 
Iman dalam pemikiran [[Martin Luther|Luther]] mempunyai peran yang sangat penting terkait dengan ajaran mengenai pembenaran.<ref name="McGrath"></ref> Ada tiga pokok mengenai iman:<ref name="McGrath"></ref>
* Pertama, iman mempunyai rujukan yang pribadi.<ref name="McGrath"></ref>
* Kedua, iman menyangkut kepercayaan pada janji-janji [[Allah]].<ref name="McGrath"></ref>
Baris 68:
Ajaran mengenai pembenaran oleh iman menegaskan bahwa [[Allah]] menganugerahkan pengampunan kepada manusia, di mana pengampunan itu tidak dibeli dan dapat diperoleh oleh semua manusia terlepas dari kekayaan atau pun kondisi sosial yang dimilikinya.<ref name="McGrath"></ref> Melalui anugerah [[Allah]], orang percaya dapat melakukan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keselamatannya sendiri tanpa harus menyandarkan diri pada imam atau gereja.<ref name="McGrath"></ref>
 
Luthher mengalami permasalahan di dalam dirinya sendiri.<ref name="McGrath"></ref> Dia merasa bahwa dirinya tidak dapat memenuhi persyaratan untuk keselamatan.<ref name="McGrath"></ref> Dia tidak mempunyai kemampuan yang diperlukan supaya dirinya dapat diselamatkan.<ref name="McGrath"></ref> Dirinya tidak layak menerima karunia keselamatan dari [[Allah]], melainkan hukuman.<ref name="McGrath"></ref> Pembenaran sebagai suatu perbuatan manusia berdosa sebelum dirinya diselamatkan.<ref name="McGrath"></ref> Awalnya [[Martin Luther|Luther]] mengartikan "Kebenaran" sebagai kebenaran yang " menghukum ".<ref name="McGrath"></ref> Namun, pemikiran tersebut berubah, di mana [[Allah]] dari Injil bukanlah hakim yang keras yang memberikan ganjaran kepada setiap individu sesuai dengan perbuatan baiknya.<ref name="McGrath"></ref> Sebaliknya, Dia adalah [[Allah]] yang pemurah dan penuh rahmat yang memberikan kebenaran kepada manusia sebagai anugerah.<ref name="McGrath"></ref>
 
Ide pemikiran [[Martin Luther|Luther]] mengenai pembenaran sebagai anugerah didasarkan dari pemikiran Paulus bahwa apabila manusia mengandalkan kekuatannya sendiri di hadapan [[Allah]], maka manusia itu akan binasa untuk selama-lamanya.<ref name="Verkuyl">Verkuyl J. 1989. ''Aku Percaya''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 189.</ref> Paulus menyuarakan supaya manusia menghentikan usaha menyelamatkan diri sendiri dan manusia mulai berserah kepada kasih karunia-Nya.<ref name="Verkuyl"></ref> Pembenaran sebagai anugerah diberikan oleh [[Allah]] kepada semua manusia.<ref name="McGrath"></ref> Namun, manusia hanya dapat memperolehnya melalui iman.<ref name="McGrath"></ref> Iman mempunyai rujukan yang pribadi.<ref name="McGrath"></ref> Iman terkait dengan kepercayaan pada janji-janji [[Allah]].<ref name="McGrath"></ref> Iman mempersatukan orang percaya dengan Kristus.<ref name="McGrath"></ref> Melalui anugerah [[Allah]], orang percaya dapat melakukan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keselamatannya sendiri tanpa harus menyandarkan diri kepada imam dan gereja.<ref name="McGrath"></ref> Peran iman dalam pembenaran semakin diperjelas oleh [[Martin Luther|Luther]] melalui pernyataannya bahwa kalau kamu mempunyai iman yang benar, di mana Kristus adalah Juruselamatmu, maka saat itu juga kamu telah menggapai [[Allah]] yang rahmani karena iman menuntun kamu masuk serta membuka hati dan kehendak [[Allah]] sehingga kamu akan melihat anugerah yang murni dan kasih yang melimpah.<ref name="Urban">Urban, Linwood. 2003. ''Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 157.</ref>
 
== referensi ==