Haenyeo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Xqbot (bicara | kontrib)
k bot Membuang: ko:해녀
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-nafas +napas)
Baris 10:
Sampai abad ke-19, pekerjaan menyelam masih didominasi oleh kaum pria. Pekerjaan ini menjadi tidak menguntungkan bagi lelaki karena mereka harus menanggung beban pajak, sementara wanita tidak. Wanita lalu mengambil alih pekerjaan menyelam ( yang dianggap sebagai pekerjaan kelas rendah) dikarenakan kebutuhan yang besar akan produk dan hasil laut di sebagian besar [[Jeju]]. Maka wanita mulai menggantikan peran laki-laki sebagai pencari nafkah keluarga. Konon wanita penyelam lebih dapat bertahan lama dan bisa menjaga kehangatan tubuh saat menyelam dibanding laki-laki karena mereka memiliki lemak tubuh yang lebih banyak. Bahkan di [[Pulau Mara]], wanita berperan sebagai tulang punggung keluarga dengan mencari nafkah di laut, sementara para suami diam di rumah merawat anak-anak dan berbelanja untuk keperluan sehari-hari di pasar.
 
Para haenyeo adalah [[penyelam]] yang tangguh. Mereka mampu menyelam ke kedalaman sampai 20 meter dan menahan nafasnapas lebih dari 2 menit, bahkan di [[musim dingin]] sekalipun. Mereka juga harus menempuh bahaya di laut seperti ubur-ubur dan ikan hiu.
 
Mulai akhir dekade 1970-an, ekspor hasil laut ke [[Jepang]] khususnya produk-produk hasil laut yang mereka jual seperti [[abalon]] dan [[kerang]] [[conch]] membuat mereka menjadi semakin makmur. Mereka mulai dapat mengumpulkan uang untuk membangun rumah sendiri atau menyekolahkan putri-putri mereka ke perguruan tinggi. Namun begitu, putri-putri haenyeo umumnya tidak mau menggantikan peran ibunya karena mereka memilih karier lain seperti bekerja di industri pariwisata atau pindah ke kota-kota besar, sehingga jumlah haenyeo terus menurun drastis. Pada tahun 1950 terdapat sekitar 30.000 orang haenyeo di Jeju dan pada tahun 2003, tinggal 5.650 orang saja, yang sekitar 80%-nya merupakan wanita usia di atas 50 tahun.