Muhammad Thoha Ma'ruf: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-nafas +napas)
Baris 32:
Kehandalan Hj Sariani ini menjadi penting ketika terjadi peristiwa ''[[sanering]]'' (pemotongan nilai uang rupiah menjadi setengahnya), di mana setiap nominal mata uang di atas lima rupiah harus dipotong setengahnya. Kondisi ini cukup membuat orang-orang kaya kalang kabut, terutama bagi mereka yang tidak memiliki cadangan uang recehan. Nah, Hj Sariani inilah yang rupa-rupanya menyimpan cukup banyak cadangan uang recehan, sehingga keuangan keluarga cukup tertolong karena nilai mata uang dibawah lima rupiah tidak mengalami penyusutan.
 
Terbukti kemudian pasangan muda ini kedua-duanya aktif sebagai kader pejuang unggul yang mampu mensinergikan antara perjuangan bangsa dan dakwah keagamaan dalam satu tarikan nafasnapas bahtera rumah tangga mereka. Thaha Ma'ruf, selain menjadi wartawan di Harian Penerangan, juga aktif sebagai guru di berbagai sekolah dan majlis taklim, sehingga ia mampu menanamkan rasa kecintaan masyarakat dan seluruh anak didiknya terhadap perjuangan bangsa dan agama sekaligus.
 
Hal ini senyatanya menjadi sebuah fakta ketika pada tahun 1953, dalam usia 33 tahun, Beliau menjadi pelopor sekaligus deklarator berdirinya Partai NU di wilayah Sumatera Tengah, wilayah yang sekarang menjadi tiga propinsi, Sumatera Barat, Jambi dan Riau. Pendirian partai NU di Sumatera Tengah ini dilaksanakan setelah selama enam tahun Thaha Ma'ruf bergulat dalam perjuangannya sebagai Sekretaris Jenderal PERTI yang berpusat di Bukittinggi.