Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PT61Siska (bicara | kontrib)
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-praktek +praktik); kosmetik perubahan
Baris 1:
{{inuse| 15 April 2011}}
[[FileBerkas:Minuscule 223 (GA) f150v.jpg|thumb|1 Cor. 1:1-2a dari abad ke-14[[Minuscule 223]]]]
'''Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus''' merupakan salah satu dari ketiga surat ([[1 Korintus|1]] & [[2 Korintus]] dan [[Roma]]) yang menempati posisi sentral dalam Perjanjian Baru.<ref name="Drane"> John Drane. 1996. ''Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.346-360.</ref> Surat Korintus yang pertama ditulis setelah Paulus menerima kabar buruk dari orang-orang [[Kloe]].<ref name="Ensiklopedi">{{id]}J.D Douglas. 1992. ''Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: Jilid I (A-L)''. Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF. Hlm.583-587.</ref> Berita buruk tersebut adalah timbulnya persoalan-persoalan, seperti keikutsertaan jemaat Korintus dalam upacara-upcara keagamaan kafir, penghakiman di depan orang-orang kafir dan pelacuran.<ref name="Subandrijo"> Bambang Subandrijo. 2010. ''Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru''. Bandung: Bina Media Informasi. Hlm.33-34.</ref> Selain masalah-masalah etis dan moral, surat ini juga merupakan surat penggembalaan untuk menegur jemaat di Korintus yang memiliki berbagai macam karunia, sehingga menjadikan jemaat satu dengan yang lainnya saling menyombongkan diri. <ref name="Subandrijo"/>
 
Baris 7:
=== Gambaran kota Korintus ===
Kota [[Korintus]] bukanlah kota kuno yang telah lama dikenal sebagai pusat perdagangan, budaya, dan berbagai macam kegiatan politik, melainkan kota ini merupakan kota yang baru setelah dihancurkan oleh orang-orang Romawi pada [[146 SM]].<ref name="Pfitzner"> V.C.Pfitzner. 2000. ''Kesatuan dalam Kepelbagaian: Tafsiran atas Surat 1 Korintus''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.1-11.</ref> Barulah setelah kehancuran itu, kota Korintus dibangun kembali oleh [[Julius Caesar]] pada tahun [[44 SM]].<ref name="Pfitzner"/> Setelah pembangunan kembali, kota ini pun dikenal sebagai pusat provinsi Romawi, yaitu [[Akhaya]] yang dipimpin oleh [[Gubernur]] [[Galio]] dan menjadi pusat perdagangan yang berkembang, khususnya industri keramik (barang tembikar).<ref name="Pfitzner"/> <ref name="Ensiklopedi"/> Selain perdagangan tembikar, kota ini dikenal juga karena kemajuannya yang pesat dalam kebudayaan, pendidikan, dan juga karena banyaknya agama Hellenis yang terdapat di sana.<ref name="Subandrijo"/>
Kota ini didominasi oleh [[Akrokorintus]] yang dikenal sebagai dewi asmara.<ref name="Ensiklopedi"/> Pelayanan dewi ini banyak menghasilkan tindakan-tindakan amoral pada zaman [[Aristofanes]].<ref name="Ensiklopedi"/> Tindakan amoral itu didominasi oleh perilaku seksual yang sembarangan dan pemujaan dewa-dewi Romawi di kuil-kuil utama dan orang-orang Kristen di Korintus ada sebagian yang termasuk mengikuti praktekpraktik-praktekpraktik amoral tersebut.<ref name="Pfitzner"/>
 
=== Gambaran Jemaat di Korintus ===
Paulus menyebut orang Korintus 'tidak kekurangan dalam suatu karunia pun'.<ref name="Ensiklopedi"/> Atas keadaan inilah, jemaat di Korintus menjadi sangat bergembira, namun sikap ini juga yang membuat jemaat di Korintus menjadi congkak, puas diri, sehingga keadaan jemaat menjadi kacau.<ref name="Ensiklopedi"/> Akibat kekacauan ii, jemaat Korintus mengalami ''ekstase'' (kegembiraan yang meluap).<ref name="Ensiklopedi"/> Ekstase ini ditujukan bukan lagi kepada Kristus, melainkan terhadap perempuan-perempuan yang dapat memenuhi hasrat mereka.<ref name="Ensiklopedi"/> Terjadinya berbagai macam penyimpangan moral di jemaat Korintus sebenarnya timbul dari komunitas Yahudi ''Gnostik''.<ref name="Koch"/> [[Gnostisisme]] adalah gerakan spiritual yang mempengaruhi kehidupan Kristen awalnya di sekitar [[Laut Tengah]].<ref name="Koch"/> Selanjutnya, dalam praktekpraktik penyembahan berhala, jemaat di Korintus dipengaruhi oleh pemikiran Yunani yang rasionalis.<ref name="Ensiklopedi"/>
 
=== Penulis, Waktu dan Tempat Penulisan surat I Korintus ===
Baris 36:
Mengingatkan jemaat di Korintus untuk tetap dalam persekutuan (''koinonia''), sehati sepikir, seia-sekata dan jangan ada perpecahan di antara jemaat merupakan perhatian utama Paulus.<ref name="Hakh"> Samuel B.Hakh. 2010. ''Perjanjian Baru: Sejarah, Pengatar dan Pokok-pokok Teologisnya''. Bandung: Bina Media Informasi. Hlm.137-155.</ref> Peringatan ini diberikan oleh Paulus karena dalam jemaat timbul beberapa alasan yang membuat perpecahan itu, pertama adanya berbagai ajaran yang membuat jemaat berselisih (1 Kor.1:11) dan iri hati (1 Kor.3:3).<ref name="Hakh"/> Kedua, orang yang "kuat" mencari kesenangan sendiri dalam ritual penyembahan berhala, sehingga mereka tidak memperhatikan keadaan orang "lemah" (1 Kor.10:33), kemudian yang ketiga adanya orang-orang tertentu yang melahap habis hidangan saat perjamuan bersama, sehingga orang yang datang belakangan tidak mendapatkan jatahnya dan menjadi lapar (1 Kor.11:17-34), dan yang terakhir juga ditimbulkan karena adanya orang yang saling membanggakan karunianya masing-masing.<ref name="Hakh"/> Dalam peringatan ini juga, Paulus menggunakan metafora tentang banyak anggota dalam satu tubuh untuk memberitahu jemaat bahwa setiap anggota harus saling mendukung.<ref name="Hakh"/>
=== Hidup kudus sebagai tubuh Kristus ===
Sabagai umat Allah, (1 Kor.1:24; 10:32) jemaat harus menunjukkan hidupnya dalam kekudusan. <ref name="Hakh"/> Paulus harus mengingatkan bahwa status mereka bukanlah kagi "orang biasa", melainkan mereka adalah umat yang telah disucikan, dikuduskan serta dibenarkan oleh Allah dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus. <ref name="Hakh"/> Peringatan ini diberikan oleh Paulus karena banyak dari anggota jemaat yang terlibat dalam hubungan seks, bahkan hubungan seks sesama anggota keluarga, padahal mereka belum ada dalam hubungan suami-isteri, ada juga yang datang ke kuil-kuil untuk dilayani pelacur, dan melakukan ritual-ritual penyembahan berhala.<ref name="Hakh"/> <ref name="Analisa"> Howard M. Gering. 1992. ''Analisa Alkitab Perjanjian Baru''. Jakarta: Yayasan Pekabar Injil "IMMANUEL". Hlm.64-67.</ref> Sebenarnya prkatek-praktekpraktik kejahatan dan perzinahan tersebut pada saat itu tidak dilarang, bahkan diizinkan oleh tradisi karena saat itu sedang terkenal istilah "tubuh adalah rumah jiwa", sehingga orang harus menjaga jiwa dengan memenuhi keinginan tubuh mereka.<ref name="Hakh"/> Untuk menanggapi persoalan bergaul dengan pelacur, Paulus berangkat dari Amsal 6:26&32 bahwa selain merusak, hal itu juga dapat menyebabkan berdosa terhadap dirinya sendiri.<ref name="Hakh"/> Kedua, menanggapi slogan yang terkenal di atas, Paulus menegaskan bahwa tubuh adalah milik Allah dan merupakan bagian dari anggota tubuh Kristus, oleh karena itu jemaat harus memuliakan Allah dengan tubuhnya.<ref name="Hakh"/>
=== Kebangkitan orang mati ===
Permasalahan ini timbul ke permukaan disebabkan oleh sekelompok orang yang tidak memahami kebangkitan tubuh (1 Kor. 15:12) serta bagaimana kebangkitan itu terjadi (1 Kor.15:35).<ref name="Hakh"/> Masyarakat Roma memahami bahwa kematian dapat membebaskan jiwa dari tubuh.<ref name="Hakh"/> Maka dari itulah jemaat Kristen di Korintus tidak percaya akan hal ini, karena pemahaman mereka yang masih dipengaruhi oleh [[Helenistik]] yang mengatakan bahwa jika ada kehidupan sesudah kematian, maka hanya merupakan tipe dari suatu keberadaan yang tidak bertubuh.<ref name="Hakh"/> Maka tanggapan Paulus akan hal ini menegaskan bahwa orang yang sudah mati dapat bangkit sekalipun tubuh jasmaninya (''soma psychicon'') telah hancur, karena menurutnya kehancuran tubuh jasamani itu akan diganti dengan tubuh rohani dalam kepribadian yang dikenal Allah (''soma pneumatikon'').<ref name="Hakh"/> Melalui masalah kebangkitan ini, Paulus juga ingin memberitahu pada jemaat Korintus bahwa mereka semua telah memiliki iman yang sama yaitu iman di atas Yesus Kristus yang telah bangkit pada hari ketiga dari antara orang mati.<ref name="Hakh"/> Lewat pemberitaan ini, Paulus menghubungkan bahwa antara kebangkitan Yesus dengan kebangkitan orang percaya di masa depan tidak terpisahkan.<ref name="Hakh"/> Ketidakterpisahan ini dikatakan Paulus bahwa kematian orang-orang percaya tidak akan binasa, karena mereka mati bersama Kristus dan kematiannya tidak menjadi binasa karena kebangkitan Kristus.<ref name="Hakh"/> Selanjutnya, Paulus juga memberikan perhatiannya pada kebangkitan orang percaya di masa depan.<ref name="Hakh"/> Ia menegaskan bahwa tanpa kebangkitan tubuh, tidak mungkin ada kekekalan (1 Kor.15:18,19).<ref name="Hakh"/>
Baris 44:
 
{{Perjanjian Baru}}
 
[[Kategori:Surat-surat rasul]]