Food Not Bombs: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-diantara +di antara)
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-praktek +praktik)
Baris 53:
Jadi apa hubungan antara anarkisme dan sikap tanpa kekerasan? Kita harus menelaah kembali sejarah yang panjang dari gerakan dan perlawanan anarkis yang pernah eksis dan kita akan menemukan fakta bahwa anarkisme dan perjuangan demi sebuah dunia yang tanpa kekerasan mempunyai sejarah yang panjang.
 
Dalam penelitian yang ditulis tahun 1932 dengan judul 'Native (Born) American Anarchism' yang mendiskusikan tentang pengaruh Henry David Thoreau yang dikembangkan melalui pembangkangan sipil, Eunice Schuster menyebut Thoreau sebagai "bukan hanya anarkis dalam pemikirannya, tapi juga dalam aksinya". Aksi pembangkangan sipil yang dilakukan Thoreau selama perang Amerika melawan Meksiko telah memengaruhi banyak teori-teori dan praktekpraktik tanpa kekerasan.
 
Leo Tolstoy juga mengambil inspirasi dari Thoreau dan mengembangkan ide-idenya sendiri dalam sikap yang tanpa kekerasan. Robert L. Holmes dalam bukunya yang berjudul 'Non-Violence In Theory and Practice' menuliskan, "Tolstoy menggabungkan pemahaman agama Kristen kepada apa yang dia lihat sebagai kesimpulan logis: pengingkaran ini bukan hanya berasal dari perang yang merupakan kekerasan terorganisir, tetapi juga dari pemerintah yang merupakan kekerasan institusional, dan hal inilah yang menimbulkan perang."
Baris 87:
Tetapi anarkisme sangat tidak populer dan selalu di salah artikan. Ya. Hal tersebut memang tidak populer dan selalu di salah artikan, tetapi dengan tetap diam dan tidak mau menyatakan keyakinan akan politik yang kita miliki tidak akan menghasilkan apa-apa selain hanya memperkuat struktur sistem saat ini. Saat orang-orang menentang perbudakan, saat orang-orang menuntut persamaan bagi perempuan dan kulit berwarna, saat orang-orang mengorganisir diri mereka menentang perang, saat orang-orang berjuang untuk upah dan kondisi kerja yang lebih baik, saat orang-orang mulai berdiri mempertahankan hak-hak mereka yang ditindas, diserang, dipenjarakan, dan bahkan dibunuh, saat itulah kekuatan itu kembali pada diri kita.
 
Dalam bukunya yang berjudul ''Anarchism and Black Revolution'', Lorenzo Ervin menulis: "Sebagai sebuah bentuk praktekpraktik, anarkis-komunis percaya bahwa kita harus membangun tatanan masyarakat baru saat ini juga di samping terus berusaha untuk menghancurkan kapitalisme. Kita harus terus berusaha menciptakan organisasi-organisasi saling bantu anti-otoritarian untuk makanan, pakaian, perumahan, pengumpulan dana bagi proyek komunitas, dan sebagainya di antara lingkungan bertetangga kita tanpa perlu berafiliasi dengan pemerintah atau korporasi bisnis, dan tidak menjalankannya dengan tujuan meraih laba, melainkan demi kebutuhan sosial. Beberapa organisasi telah terbangun saat ini dan memberikan kepada anggota-anggotanya pengalaman praktekpraktik manajemen diri yang akan mengurangi ketergantungan orang-orang pada sistem. Pendeknya kita dapat mulai membangun infrastruktur bagi masyarakat komunal, sehingga orang-orang dapat melihat apa yang mereka perjuangkan dan untuk apa, bukan hanya sekedar ide di kepala seseorang. Dan itulah jalan menuju kebebasan".
 
Kita dapat membuat ide-ide ko-operasi, saling menolong, solidaritas, egalitarianisme dan tatanan masyarakat tanpa kekerasan menjadi popular, tapi hanya melalui aksi yang kita lakukan dan politik yang kita terapkan yaitu politik dalam kehidupan sehari-hari. Politik yang dekat dengan realita dalam kehidupan yang dijalani oleh masyarakat, karena semakin jauh politik kita dengan yang kita hadapi sehari-hari maka semakin tidak dapat dimengerti dan tidak berhubungannya politik tersebut dengan hidup kita.