Ekpresionisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-ekstrim +ekstrem)
Baris 63:
Di awal abad 20, terdapat gerakan Ekpresionis besar di Jerman dimana Georg Kaiser dan Ernst Toller adalah penulis naskah paling terkenal. Penulis naskah teater lain adalah Reinhard Sorge, Walter Hasenclever, Hans Henny Jahnn, dan Arnolt Bronnen. Mereka menjadikan August Strindberg (penulis drama Swedia), Frank Wedekind (aktor dan penulis drama Jerman) sebagai model terdahulu mereka. Drama pendek karya Oskar Kokoschka “Murderer, The Hope of Women” (1909) sering disebut sebgai drama ekpresionis pertama. Di dalam drama tersebut, seorang pria dan wanita tanpa nama berjuang demi dominasi.
 
Si pria memanggil si wanita. Si wanita menikam dan memenjarakan si pria. Si pria berhasil membebaskan diri dan si wanita pun mati di tangannya. Akhir cerita, si pria membunuh semua yang ada di sekelilingnya bak “membunuh nyamuk” (sebagaimana disebutkan dalam cerita). Penyederhanaan ekstrimekstrem karakter hingga menyamai tipe mitos, efek vokal, deklamasi dialog serta intensitas mendalam menjadi ciri drama ekpresionis berikutnya.
 
Drama-drama ekpresionis kerap mendramatisir kebangkitan spiritual dan penderitaan protagonis—sering disebut Stationendramen (drama perhentian) yang terilhami oleh perjalanan Yesus di Jalan Salib. August Strindberg telah merintis bentuk ini dengan trilogi otobiografinya “To Damascus”. Drama ekpresionis sering mendramatisir perlawanan atas nilai-nilai borjuis dan kekuasaan yang ada—sering dipersonifikasikan dalam figur Bapa.