Kisah penciptaan mengambarkan keadaan bumi pada mulanya penuh dengan kekacauan dan belum terbentuk.<ref name="Hakh">Hakh, Samuel Benyamin. 2009. ''Damai Itu Meneduhkan''. Bandung: Jurnal Info Media. 8-12,17.</ref> Keadaan gelap dan kekacauan ini menunjukkan situasi yang jauh dari [[Allah]].<ref name="Hakh"></ref> Dalam keadaan kacau, [[Allah]] menunjukkan kesediaan dan inisiatif untuk memberi rupa dan bentuk kepada langit dan bumi.<ref name="Hakh"></ref> Akibatnya, dunia mulai teratur, teduh, tenang, dan damai.<ref name="Hakh"></ref> [[Allah]] melihat bahwa apa yang diciptakannya baik dan sungguh amat baik (Kej. 1: 4,10, 12,18,21,25 dan 31).<ref name="LAI">LAI.2000. '' Alkitab dan Kidung Jemaat. Jakarta: LAI.1-32, teks tambahan.</ref> Langit dan bumi yang kacau diganti dengan langit dan bumi yang [[syalom]].<ref name="Hakh"></ref> [[Allah]] memiliki inisiatif ([[Allah]] sebagai inisiator) untuk menciptakan keteraturan dan relasi yang harmonis dengan seluruh ciptaan.<ref name="Hakh"></ref> Pendamaian juga terdapat dalam perjanjian antara [[Nuh]] dan Allah setelah peristiwa Air Bah.<ref name="Hakh"></ref> Dosa yang dilakukan oleh [[Adam]] dan [[Hawa]], [[Kain dan Habel]], lalu mencapai puncaknya pada zaman Nuh.<ref name="Hakh"></ref> Peristiwa itu menggambarkan pertumpahan darah dan solidaritas antara manusia atau pun dengan alam yang rusak telah menyebabkan keharmonisan hubungan dengan [[Allah]] juga turut rusak dan membuat [[Allah]] kecewa dan mendatangkan Air Bah.<ref name="Hakh"></ref> Setelah penghukuman itu, [[Allah]] berinisiatif untuk melakukan pendamaian dengan alam semesta melalui Nuh.<ref name="Hakh"></ref> Pendamaian [[Allah]] dilakukan melalui perjanjian dengan Nuh sebagai tanda dimulainya babak kehidupan yang baru.<ref name="Hakh"></ref>