Daerah Khusus Ibukota Jakarta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mufcmaniacz (bicara | kontrib) |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 468:
Tempat-tempat olahraga di Jakarta antara lain: [[Gelora Bung Karno]] [[Senayan]] di [[Jakarta Pusat]]; [[Stadion Lebak Bulus]], GOR Bulungan, Lapangan Golf Pondok Indah, Lapangan Golf Matoa, dan [[Stadion Soemantri Brodjonegoro|GOR Soemantri Brodjonegoro]] [[Kuningan, Jakarta Selatan|Kuningan]] di [[Jakarta Selatan]]; Stadion Tugu, [[Stadion Kamal]], Gedung Basket Kelapa Gading, Lapangan Golf [[Ancol]], dan [[Sports Mall]] Kelapa Gading di [[Jakarta Utara]]; Stadion Bea Cukai Rawa Mangun, Lapangan Golf Rawa Mangun, Pacuan Kuda Pulo Mas, dan Gedung Senam DKI [[Malaka Sari, Duren Sawit|Radin Inten]] di [[Jakarta Timur]]
==Sejarah Pasar==
[[Jakarta]] sebagai kota metropolitan, ternyata memiliki nama-nama pasar sesuai dengan nama hari dalam sepekan. Namun dari nama-nama hari itu, yang masih terdengar sampai saat ini adalah [[Pasar Minggu]], [[Pasar Senen]], [[Pasar Rebo]], dan [[Pasar Jumat]]. Seluruhnya masih melekat karena kini menjadi nama sebuah daerah. Sedangkan Pasar Selasa, Pasar Kamis, dan Pasar Sabtu, nyaris tak terdengar lagi, konon karena terkalahkan oleh nama daerah. Nama pasar dikaitkan dengan nama hari karena dalam riwayatnya, aktivitas di pasar itu dilakukan pada hari tertentu.
Misalnya, disebut [[Pasar Senen]] karena aktivitas di pasar tersebut dulunya selalu dilakukan setiap hari [[Senin]]. Kini nama tersebut menjadi sebuah kecamatan di wilayah [[Jakarta Pusat]]. Demikian halnya nama-nama pasar lainnya.
Dalam arsip Kolonial, pasar pertama kali didirikan oleh seorang tuan tanah berdarah Belanda bernama [[Justinus Vinck]] di bagian selatan Castle Batavia pada tahun [[1730]]an. Pasar itu bernama Vincke Passer yang saat ini dikenal dengan nama [[Pasar Senen]]. Vincke Passer merupakan pasar pertama yang menerapkan sistem jual beli dengan menggunakan uang sebagai alat jual beli yang sah.
Kemudian masuk pada abad ke-19 atau di tahun [[1801]] pemerintah [[VOC]] memberikan kebijakan dalam perizinan membangun pasar kepada tuan tanah. Namun dengan peraturan pasar yang didirikan dibedakan menurut harinya. [[Vincke Passer]] buka setiap hari [[Senin]], sehingga orang pribumi sering menyebut Vincke Passer sebagai Pasar Senen dan hingga saat ini nama tersebut masih melekat hingga diabadikan menjadi sebuah nama daerah.
Selain Vincke Passer yang buka hari Senin, ada juga pasar yang buka hari Selasa yakni Pasar Koja, pasar yang buka setiap hari Rabu adalah Pasar Rebo yang kini menjadi [[Pasar Induk Kramat Jati]]. Kemudian pasar yang buka setiap hari Kamis adalah Mester Passer yang kini disebut [[Pasar Jatinegara]]. Selanjutnya ada beberapa pasar yang buka di hari [[Jumat]], sebut saja [[Pasar Lebakbulus]], [[Pasar Kelender]] dan [[Pasar Cimanggis]].
Untuk Pasar Sabtu, atau pasar yang bukanya setiap hari Sabtu adalah [[Pasar Tanah Abang]]. Sedangkan [[Pasar Minggu]] atau yang dulu dikenal dengan sebutan Tanjung Oost Passer buka pada hari [[Minggu]]. Perbedaan pengoperasian pasar ini dilakukan [[VOC]] dengan alasan keamanan serta faktor untuk mempermudah orang dalam berkunjung dan lebih mengenal suatu pasar.
Sayangnya, kebijakan berlakunya hari kerja pasar tak berlangsung lama. Sebab sejak [[VOC]] bangkrut akibat banyak pejabat yang korupsi, pemerintahan Belanda di Batavia diambil alih oleh Kerajaan Hindia-Belanda. Sejak zaman Hindia-Belanda, peraturan hari kerja pasar pun tak berlaku lagi, hingga sebagian besar pasar buka setiap hari, meski terlanjur menyandang nama hari sebagai nama pasar.
Di zaman [[Hindia Belanda]] pada akhir abad ke-19 inilah banyak bermunculan pasar-pasar baru yang lebih modern, seperti [[Pasar Baru|Passer Baroe]], [[Pasar Glodok|Passer Glodok]], [[Toko Merah]]. Pasar-pasar yang muncul di era abad ke-19 akhir hingga awal abad ke-20 menjadi inspirasi lahirnya supermarket dan juga mal.
== Media ==
|