Boedi Oetomo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fira Melinda (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Fira Melinda (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Budi Utomo''' ([[ejaan Soewandi]]: '''Boedi Oetomo''') adalah sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. [[Sutomo]] dan para mahasiswa [[STOVIA]] yaitu [[Goenawan Mangoenkoesoemo]] dan [[Soeraji]] pada tanggal [[20 Mei]] [[1908]]. Digagaskan oleh Dr. [[Wahidin Sudirohusodo]]. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan [[Indonesia]] walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan [[Jawa]].
{{tone}}
{{taknetral}}
 
'''Budi Utomo''' ([[ejaan Soewandi]]: '''Boedi Oetomo''') adalah sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. [[Sutomo]] pada tanggal [[20 Mei]] [[1908]]. Digagaskan oleh Dr. [[Wahidin Sudirohusodo]]. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan [[Indonesia]] walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan [[Jawa]].
 
Saat ini tanggal berdirinya Budi Utomo, 20 Mei, diperingati sebagai Hari [[Kebangkitan Nasional]].
Baris 20 ⟶ 17:
Kemarahan itu mendorong Soewardi Suryaningrat (yang kemudian bernama [[Ki Hadjar Dewantara]]) untuk menulis sebuah artikel "''Als ik Nederlander was''" (''Seandainya Saya Seorang Belanda''), yang dimaksudkan sebagai suatu sindiran yang sangat pedas terhadap pihak Belanda. Tulisan itu pula yang menjebloskan dirinya bersama dua teman dan pembelanya, yaitu Douwes Dekker dan [[Tjipto Mangoenkoesoemo]] ke penjara oleh Pemerintah Hindia Belanda (lihat: [[Boemi Poetera]]). Namun, sejak itu Budi Utomo tampil sebagai motor politik di dalam pergerakan orang-orang pribumi.
 
Agak berbeda dengan [[Goenawan Mangoenkoesoemo]] yang lebih mengutamakan kebudayaan dari pendidikan, Soewardi menyatakan bahwa Budi Utomo adalah manifestasi dari perjuangan nasionalisme. Menurut Soewardi, orang-orang Indonesia mengajarkan kepada bangsanya bahwa "nasionalisme Indonesia" tidaklah bersifat kultural, tetapi murni bersifat politik. Dengan demikian, nasionalisme terdapat pada orang Sumatera maupun Jawa, Sulawesi maupun Maluku.
 
Pendapat tersebut bertentangan dengan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Budi Utomo hanya mengenal nasionalisme Jawa sebagai alat untuk mempersatukan orang Jawa dengan menolak suku bangsa lain. Demikian pula Sarekat Islam juga tidak mengenal pengertian nasionalisme, tetapi hanya mempersyaratkan agama Islam agar seseorang bisa menjadi anggota.