René Girard: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PT31Isabella (bicara | kontrib)
PT31Isabella (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 31:
}}
 
'''René Girard''' adalah salah seorang pemikir besar dari [[Perancis]] pada abad ke-20.<ref name="Sindhunata">{{id}} Sindhunata. 2007. ''Kambing Hitam: Teori René Girard''. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 7-11.</ref> Bidang yang ia kaji dan pengaruh dari pemikirannya amat luas, mulai dari [[antropologi]], [[sastra]], [[psikologi]], [[mitologi]], dan [[teologi]].<ref name="Sindhunata"></ref> Pemikiran Girard yang paling dikenal adalah teori kambing hitam yang menerangkan hubungan antara agama dan kekerasan.<ref name="Sindhunata"></ref> Salah satu pokok pemikirannya adalahdidasarkan berdasarkanpada analisa agama [[primitif]] yang melihat [[kekerasan]] sebagai pengganggu stabilitas [[sosial]], oleh karena itudan perlu dilakukanuntuk melakukan penebusan karena hal itu.<ref name="Gunton"></ref> Girard berusaha untuk menganalisa sistem ini dan menyimpulkan bahwa saat penebusan terjadi bukan dengan sendirinya menghilangkan pelaku [[kekerasan]], melainkan meng-kambinghitam-kan seseorang atau sesuatu demi suatu komunitas yang melakukan kesalahan.<ref name="Gunton">{{en}} Colin Gunton. 1998. "Atonement" dalam ''Routledge Encylopedia of Philosophy''. London: Routledge. Hal. 666-670.</ref> Sistem inilah yang akhirnya melahirkan rantai [[kekerasan]] karena dengan penebusan kekerasan tidak begitu saja terputus.<ref name="Gunton"></ref>
 
==Riwayat Hidup==
René Girard lahir di [[Avignon]] pada tanggal [[25]] [[Desember]] [[1923]].<ref name="Sindhunata"></ref> Ia lahir dalam keluarga [[Katolik]], namun tidak terlalu acuh terhadap kehidupan keagamaan.<ref name="Sindhunata"></ref> Di masa mudanya, Girard lebih tertarik pada [[politik]].<ref name="Sindhunata"></ref> Pada tahun 1947, ia meninggalkan [[Prancis]] dan pergi ke [[Amerika Serikat]].<ref name="Sindhunata"></ref> Di sana, Girard menjadi guru besar dalam bidang sastra di [[Universitas John Hopkins]].<ref name="Sindhunata"></ref>
 
Girard mulai tertarik untuk beragama pada tahun [[1959]] setelah menulis buku pertamanya yaituyang terkait dengan tentangpemikiran lima novelis besar dunia: [[Cervantes]], [[Gustave Flaubert| Flaubert]], [[Stendhal]], [[Marcel Proust| Proust]],dan [[Fyodor Dostoyevsky| Dostojevsky]].<ref name="Sindhunata"></ref> Bersamaan dengan masuknya Girard ke dalam kehidupan agama [[Katolik]], lahirlah teori kambing hitam yang kemudian menjadi ciri khasnyakhas pemikirannya.<ref name="Sindhunata"></ref> Teori tersebut mulai terkenaldikenal pada tahun [[1980]]-an.<ref name="Sindhunata"></ref> Pemikiran Girard dipengaruhi oleh [[Jacques Derrida]].<ref name="Sindhunata"></ref> Teori kambing hitamnya secara khusus juga dipengaruhi oleh pandanganTahun [[Jacques Derrida| Derrida1980]].<ref name="Sindhunata"></ref> Tahun 1980 hingga masa pensiunnya di tahun [[1995,]] Girarddilalui dengan menjadi guru besar[[ bahasa]], [[sastra]], dan [[budaya| kebudayaan]] [[Perancis]] di [[Universitas Stanford]].<ref name="Sindhunata"></ref>
 
==Pemikiran==
René Girard dianggap sebagai satu-satunya pemikir pada saat ini yang hidup dengan sebuah visi, yaitu membuat sebuah teori yang dapat menjelaskan segala sesuatu.<ref name="Adiprasetya">{{id}} Joas Adiprasetya. 2010. ''Berdamai dengan salib: Membedah Ioanes Rakhmat dan Menyapa Umat''. Jakarta: Grafika Kreasindo. 54 </ref> Pengaruh [[Marcel Proust]] terlihat dalam pemikiran Girard ketika ia mengatakan bahwa di dalam teks terdapat "hukum psikologis", seperti yang dikatakan oleh [[Marcel Proust]].<ref> contohnya di dalam ''Time Regained'' (''{{lang|fr|Le Temps retrouvé}}'', volume 7 daridalam judul''Remembrance of Things Past''), ia mengatakan: "Setiap penulis pada umumnya melakukan hal yang sama secara umum. Mereka memberikan perhatian pada yang lain karena hanya untuk mengulang saja. Ini seperti yang dilakukan burung kakak tua,...." dalam bahasa Prancis: "(...){{lang|fr|c'est le sentiment du général qui dans l'écrivain futur choisit lui-même ce qui est général et pourra entrer dans l'œuvre d'art. Car il n'a écouté les autres que quand, si bêtes ou si fous qu'ils fussent, répétant comme des perroquets ce que disent les gens de caractère semblable,...}}."</ref> Hukum[[Marcel danProust]] sistemmemahami inihukum merupakan konsekuensidan sistem sepertiini yangsebagai dipahami oleh penulis, [[Marcel Proust]]konsekuensi.<ref name="Gunton"></ref> Girard menyebut ini sebagai hasrat [[mimesis]].<ref name="MarrGunton"></ref>
 
===Hasrat Mimesis atau Peniruan===
Pada buku pertamanya yang berjudul ''Deceit, Desire and The Novel'' (1961), ia menyatakan bahwa kita meniru apa yang kita inginkan dari orang lain. <ref name="Marr">{{en}} Andrew Marr. ''Violence and The Kingdom of God''. Anglican Theological review, 590-595 </ref> Proses peniruan ini disebut [[mimesis]].<ref name="Marr"></ref> [[Mimesis]] ada di dalam diri setiap manusia sehingga proses peniruan ini juga menjadi proses terciptanya budaya.<ref name="Marr"></ref> Secara sistematis, [[Mimesis]] terjadi karena kita menjadikan orang lain sebagai [[model]].<ref name="Marr"></ref> Hubungan yang terjadi antara diri kita dengan apa yang kita inginkan dan antara orang lain dengan apa yang ia dan juga kita inginkan membuat hubungan yang terjadi tidak di dalam relasi eksklusif.<ref name="Marr"></ref> Oleh karena itu relasi ini dapat digolongkan sebagai hubungan antara [[subyek]], [[obyek]], dan mediator.<ref name="Marr"></ref> Kita juga meminjam hasrat kita dari orang lain, yang menjadi model untuk [[subyek]] yang sama.<ref name="MarrGunton"></ref> Girard mengatakan bahwa hasrat bersifat [[metafisik]] karena hasrat bukan sekadar kebutuhan tapi membutuhkan perwujudan, maka hasrat [[mimesis]] nyata di dalam komunitas.<ref name="MarrGunton"></ref>
 
Mediator dapat dibagi menjadi dua, yaitu mediator [[internal]] dan mediator [[eksternal]].<ref name="Gunton"></ref> Mediator [[internal]] biasanya berada dalam posisi yang sama sebaagisebagai subyek oleh karena itu akan menjadi saingan.<ref name="Gunton"></ref> Contohnya terdapat dalam legenda-legenda persaingan yang sudahmemuat kitaunsur kenalpersaingan.<ref name="Marr"></ref><ref name="Gunton"></ref> [[obyekObyek]] persaingan dalam [[legenda| legenda-legenda]] biasanya adalah ketenaran dan jabatan.<ref name="MarrGunton"></ref> Misalnya cerita kakak beradik, [[Romulus and Remus| Romulus dan Remus]]dalam legenda Romawi.<ref name="MarrGunton"></ref> Mereka bersaing untuk mendapatkan hal yang sama, yaitu wilayah.<ref name="Gunton"></ref> Mereka berusaha untuk mendapatkannya dengan segala cara, bahkan melalui jalan kekerasan.<ref name="MarrGunton"></ref> Kisah [[Cain and Abel| Kain dan Habel]] juga memiliki kesamaan, bedanya roh [[Abel| Habel]] dalam kisah ini diberi kesempatan untuk “bersuara” lewat tangisannya.<ref name="Gunton"></ref> Dengan kata lain [[korban]] diberikan hak untuk bersuara.<ref name="MarrGunton"></ref> Kedua kisah ini menggambarkan bagaimana manusia sebagai subjek menjadikan manusia lainnya sebagai mediator atas apa yang diinginkan.<ref name="Marr"></ref> Sedangkan mediator [[eksternal]] adalah tokoh-tokoh [[fiktif]] yang tidak dapat dijangkau oleh subyek.<ref name="Marr"></ref> Misalnya seorang anak yang ingin seperti pahlawan dalam kisah tertentu.<ref name="Marr"></ref>
 
=== Kambing Hitam ===
Istilah kambing hitam diambil dari tradisi Yahudi yang terdapat dalam kitab [[Perjanjian Lama]].<ref name="Marr"></ref> Kambing hitam yang disebut [[azazel]]itu dilepaskan ke padang belantara sebagai korban bagi [[dosa]] kolektif komunitas.<ref name="Marr"></ref> Maka [[mekanika|Mekanisme]] kambing hitam seperti yang dipahami Girard adalah [[mekanika| mekanisme]] yang menyembunyikan [[kekerasan]] yang nyata.<ref name="Marr"></ref> Saat [[mekanika|mekanisme]] ini terjadi seolah penyebab [[kekerasan]] adalah kambing hitam itu, bukan [[masyarakat]].<ref name="Sindhunata"></ref>
 
[[Agama]] dalam hal ini seolah memiliki dua sikap terhadap keadaan yang sama.<ref name="Marr"></ref> Di satu pihak [[agama]] seolah menipu karena menyembunyikan kenyataan yang sesungguhnya, namun di lain pihak [[agama]] memang harus melakukan hal ini.<ref name="Sindhunata"></ref> Jika [[agama ]]tidak menyembunyikan hal ini maka tidak akan tercipta ketentraman.<ref name="Sindhunata"></ref> Kambing hitam ini pada dirinya tidak bersalah namun dikorbankan demi menanggung kesalahan masyarakat.<ref name="Sindhunata"></ref> Di dalam kisah [[Ayub]] seperti yang dituliskan oleh Girard dalam bukunya yang berjudul ''Ayub, Korban Masyarakatnya'', [[Ayub]] membandingkan dirinya dengan teman-temannya dan mendefinisikan dirinya sebagai kambing hitam dari para kambing hitam.<ref name="Girard">{{id}} Rene Girard. 2003. terj. ''Ayub, Korban Masyarakatnya''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 7 </ref> Ia merasa menjadi korban dari semua orang, kambing hitam dari para kambing hitam, [[korban]] dari para [[korban]].<ref name="Girard"></ref>
 
== Referensi ==