Biopestisida: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
Penggunaan pestisida kimia atau bahan kimia lain banyak dikurangi dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal ini berkaitan dengan dampak negatif yang ditimbulkan akibat pengguanannya. Dampak negatif yang ditimbulkan dapat berakibat fatal terhadap manusia dan juga lingkungannya. Oleh karenanya, diperlukan cara baru menangani hama yang lebih ekologis, murah, serta dapat diterima oleh para petani.<ref>{{cite Tetapiweb masih|title= banyakDavid negara-negaraBV. seperti2008. IndiaBiotechnological yangapproached masihin menggunakanIPM pestisidaand kimiatheir dalamimpact lahanon pertaniannyaenvironment. dan''J hanyaBiopest''. 2%1:1-nya saja menggunakan biopestisida5|url=http://www. Padahal banyak konsumen yang mulai mencari dan menggunakan produk-produk organik dan untuk mencukupi tuntutan konsumen seperti itu pembuatan sendiri dari biopestisida tak terelakkan lagijbiopest.com/users/LW8/efiles/Journal_of_Biopeticides.pdf}}</ref>
{{rapikan|date=2011}}
 
{{wikify|date=2011}}
Dengan tuntutan yang ada sekarang, banyak peneliti yang beranggapan bahwa penggunaan dari biopestisida akan mencapai 15% dari semua insektisida yang ada di pasaran dan tahun 2008 ini penggunaan dari pupuk pestisida telah mencapai 4,5%. Biopestisida yang ada didunia sudah mencapai 700 produk dengan berbagai macam mikroba.<ref>{{cite web |title= David BV,. 2008,. Biotechnological approached in IPM and their impact on environment,. ''J Biopest,''. 1:1-5|url=http://www.jbiopest.com/users/LW8/efiles/Journal_of_Biopeticides.pdf}}</ref>
Penggunaan pestisida kimia atau bahan kimia lain banyak dikurangi dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal ini berkaitan dengan dampak negatif yang ditimbulkan akibat pengguanannya. Dampak negatif yang ditimbulkan dapat berakibat fatal terhadap manusia dan juga lingkungannya. Oleh karenanya, diperlukan cara baru menangani hama yang lebih ekologis, murah, serta dapat diterima oleh para petani. Tetapi masih banyak negara-negara seperti India yang masih menggunakan pestisida kimia dalam lahan pertaniannya dan hanya 2%-nya saja menggunakan biopestisida. Padahal banyak konsumen yang mulai mencari dan menggunakan produk-produk organik dan untuk mencukupi tuntutan konsumen seperti itu pembuatan sendiri dari biopestisida tak terelakkan lagi.
 
Dengan tuntutan yang ada sekarang, banyak peneliti yang beranggapan bahwa penggunaan dari biopestisida akan mencapai 15% dari semua insektisida yang ada di pasaran dan tahun 2008 ini penggunaan dari pupuk pestisida telah mencapai 4,5%. Biopestisida yang ada didunia sudah mencapai 700 produk dengan berbagai macam mikroba.<ref>{{cite web |title= David BV, 2008, Biotechnological approached in IPM and their impact on environment, J Biopest, 1:1-5|url=http://www.jbiopest.com/users/LW8/efiles/Journal_of_Biopeticides.pdf}}</ref>
==Peranan Bioteknologi==
Bioteknologi banyak dilakukan dalam pembuatan pestisida pengganti pestisida kimia, diantaranya pestisida dari tanaman, pestisida dari mikroba, biokontrol, penggunaan feromon dan atraktan dalam pengontrolan hama, tanaman yang telah terproteksitransgenik (PIPs)/GM crops.<ref>{{cite web |title= David BV. 2008. Biotechnological approached in IPM and their impact on environment. ''J Biopest''. 1:1-5|url=http://www.jbiopest.com/users/LW8/efiles/Journal_of_Biopeticides.pdf}}</ref>
 
Bioteknologi banyak dilakukan dalam pembuatan pestisida pengganti pestisida kimia, diantaranya pestisida dari tanaman, pestisida dari mikroba, biokontrol, penggunaan feromon dan atraktan dalam pengontrolan hama, tanaman yang telah terproteksi (PIPs)/GM crops.
*I. Penggunaan Pestisida dari Tanaman
Pestisida jenis ini merupakan pestisida berasal dari ekstrak tumbuhan. Pestisida jenis ini hanya terbatas dalam membunuh beberapa jenis hama, seperti belalang, leafkutu foldersdaun dan bollwormsulat. Selain itu, terdapat limitbatasan penggunaan dari pestisida ini karena efek yang lambat dari penggunaan pestisida ini. Sehingga banyak petani yang mencampurkannya dengan pestisida kimia dan bila ini terjadi, tujuan kita untuk mengurangi pestisida kimia tidak terjadi dan dampak negatif dari pestisida kimia tetap akan ada. Selain itu, penggunan ekstrak tumbuhan sebagai pestisida banyak dilakukan tetapi di lain pihak masih terdapat kekurangan pengembangan tumbuhan tersebut sebagai komersial produknya dan seringkali ekstrak dari tumbuhan kurang stabil sedangkan dibutuhkan pestisida yang stabil.
 
*II. Penggunaan Pestisida dari Mikroba
Mikroba yang biasa digunakan sebagai pestisida adalah fungi, bakteri, virus dan protozoa yang mampu membunuh penyakit spesifik yang disebabkan oleh mikroba, nematoda, dan hama serangga. Selain itu, mampu meningkatkan pertumbuhan dari tanaman sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan dari pestisida ini potensial untuk mendapatkan pertanian yang ecofriendlyramah lingkungan. Entomopatogenik virus, bakteria, fungi dan protozoans banyak digunakan untuk melawan hama lepidopteran
Contoh:
Entomopatogenik virus, bakteria, fungi dan protozoans banyak digunakan untuk melawan hama lepidopteran dan spesifik sukses telah dilaporkan dalam kasus white grub, stalk borer, sugarcane black bug, dll. Sama hal dengan viral patogen seperti NPV dan GV dapat mengontrol dari Spilosoma, Amsacta, Spodoptera, Helicoverpa, dll. dan bacteri seperti Bacillus thuringiensis, terkenal dalam mengontrol Plutella dan Helicoverpa. Fungi seperti Trichoderma dan bakteri seperti Pseudomonas digunakan sebagai agen kontrol dari penyakit yang disebabkan oleh beberapa fungi dan bakteri. Organisme tersebut mampu menghambat pertumbuhan dari fungi pathogen dan bakteri dengan mycoparasit atau dengan menghasilkan antibiotik. Penggunaan fungi nematophagous dan bakteri P. lilacinus and P. fluorescens dilaporkan mampu menjadi agen kontrol dari parasit nematoda di banyak tanaman pertanian.
*Viral patogen seperti NPV dan GV dapat mengontrol dari ''Spilosoma'', ''Amsacta'', ''Spodoptera'', ''Helicoverpa'', dll.
Meskipun saat ini tampaknya masih kurang dalam manajemen formulasi hama yang cocok, biaya produksi dan teknologi aplikasi yang efektif dapat menyebabkan
*Bakteri seperti ''Bacillus thuringiensis'', terkenal dalam mengontrol ''Plutella'' dan ''Helicoverpa''.
sukses. Namun, produksi dan penjualan dari agen biopestisida tersebut tidak cukup bahkan untuk menutupi 2% total konsumsi pestisida di negara ini.
*Fungi seperti Trichoderma sebagai agen kontrol dari penyakit yang disebabkan oleh beberapa fungi dan bakteri.
 
*III. Penggunaan Agen Biokontrol
Di India, cara biokontrol dengan musuh alami ini hanya dibatasi pada telur dari parasit, khususnya T. japonicum dan T. chilonis. Parasit ini berfungsi dalam melawan yellow stem borer (YSB) S.incertulas dan leaf folder C.medinalis pada nasi, sugarcane shoot borer C. infuscatellus dan beberapa hama leptidoteran lain pada sayuran.
 
*IV. Penggunaan Feromon dan Atraktan dalam Pengontrolan Hama
Feromon dalam pengontrolan hama adalah dengan mengganggu dari perkawinan serangga dengan cara memperlakukan tanaman dengan feromon yang tepat dan hal ini akan menyebabkan serangga jantan tak dapat memanggil serangga betina sehingga perkawinan akan ditekan. Prinsip utamanya adalah menjaga agar feromon yang ada tetap dalam konsentrasi tinggi dan waktu kawain dari serangga juga perlu diketahui agar hasil lebih maksimal.
*V. Tanaman yang Telah Terproteksi
 
Materi genetik yang berkaitan dengan produksi dari zat pestisida dimasukkan ke dalam genom dari tanaman target yang dapat menghancurkan hama tanaman. Sebagai contoh adalah gen yang memproduksi protein BT, pestisida yang diperkenalkan di kapas dan Brinjal yang akan membuat tanaman tersebut tahan terhadap serangan hama.
 
===Keuntungan menggunakan biopestisida<ref>{{cite web |title= David BV. 2008. Biotechnological approached in IPM and their impact on environment. ''J Biopest''. 1:1-5|url=http://www.jbiopest.com/users/LW8/efiles/Journal_of_Biopeticides.pdf}}</ref>===
===Keuntungan menggunakan biopestisida===
*1. Menjaga kesehatan tanah dan mempertahankan hidupnya dengan meningkatkan bahan organik tanah
*2. Biasanya spesies tertentu yang digunakan aman baik sebagai musuh alami dan organisme non target
Baris 26 ⟶ 32:
*5. Hanya dibutuhkan dalam jumlah terbatas, mudah membusuk sehingga dapat mengurangi pencemaran
 
===Batasan dari biopestisida<ref>{{cite web |title= David BV. 2008. Biotechnological approached in IPM and their impact on environment. ''J Biopest''. 1:1-5|url=http://www.jbiopest.com/users/LW8/efiles/Journal_of_Biopeticides.pdf}}</ref>===
===Batasan dari biopestisida===
*1. Dampak manfaatnya tidak terlihat langsung
*2. Kurangnya kesadaran-petani, pedagang, dll.
Baris 35 ⟶ 41:
*7. Masalah harga/permintaan/pasokan
 
===Pendekatan masa depan<ref>{{cite web |title= David BV. 2008. Biotechnological approached in IPM and their impact on environment. ''J Biopest''. 1:1-5|url=http://www.jbiopest.com/users/LW8/efiles/Journal_of_Biopeticides.pdf}}</ref>===
===Pendekatan masa depan===
*I. Pestisida dari tanaman
Terdapat kebutuhan dalam mengembangkan teknologi baru dalam mengurangi penggunaan bahan kimia. Pendekatan bioteknologi dapat dilakukan dengan menggunakan data-data yang tersedia.