Harijadi Sumodidjojo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
22Kartika (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
22Kartika (bicara | kontrib)
Baris 30:
Pada awal tahun 1970-an, petugas [[PBB]] dalam bidang rencana pembangunan mengusulkan kepada [[Ali Sadikin]] selaku [[Gubernur Jakarta]] saat itu, untuk melakukan revitalisasi kawasan tua dan bersejarah di Jakarta sehingga nantinya dapat memberikan keuntungan di bidang pariwisata.<ref name="Ref6">[http://202.137.10.134/index.php?option=com_k2&view=item&id=1640:mystery-of-batavia&Itemid=667 NOW! Jakarta], Mystery of Batavia (2 April 2011). Diakses pada 15 Mei 2011.</ref> Usulan tersebut diterima dan Ali Sadikin memanggil beberapa seniman untuk membuat karya yang menarik bagi bekas [[Balai Kota]] yang diubah menjadi [[Museum Sejarah Jakarta]].<ref name="Ref6" /> Pada awalnya, Harijadi Sumodidjojo direncanakan akan melukis di [[kanvas]] seluas 20 m² yang akan dipajang di salah satu ruangan museum itu.<ref name="Ref6" /> Ternyata, dia malah membuat [[mural]] secara langsung di permukaan dinding seluas 200 m².<ref name="Ref6" /> Bagian atas mural setinggi enam meter masih berupa sketsa tanpa warna dan tidak diselesaikan oleh Harijadi sampai akhir hayatnya.<ref name="Ref2" /> Lokasi museum yang berada sangat dekat dengan laut dan konstruksi bangunan abad ke-18 menyebabkan dinding tersebut menjadi terlalu [[lembab]] dan tidak bisa ditempeli [[cat]].<ref name="Ref6" />
 
Sejak tahun 1974, ruangan berisi mural tersebut sempat dipakai untuk penyimpanan objek [[etnografi]] sehingga dikenal sebagai Ruang Etnografi.<ref name="Ref6" /> Namun, ruangan itu akhirnya digunakan sebagai ruang penyimpanan barang karena petugas museum sulit menjelaskan keberadaan mural tersebut apabila ditanyakan oleh pengunjung.<ref name="Ref6" /> Hingga pada tahun 2010, sekelompok seniman Inggris dan Indonesia tak sengaja menemukan mural itu kembali.<ref name="Ref2" /> Mereka bekerja bersama berbagai ahli dalam dan luar negeri untuk menerjemahkan misteri [[lukisan]] tersebut dan membuatnya menjadi proyek Misteri Batavia yang dapat dinikmati melalui pertunjukkan interaktif.<ref name="Ref2" /><ref name="Ref7">[http://lipsus.kompas.com/jalanjalan/read/2011/04/10/09355258/Ayo.Cari.Pedang.Jayakarta Kompas.com], Liputan khusus:Ayo Cari Pedang Jayakarta! Ni Luh Made Pertiwi F, I Made Asdhiana (editor). Diakses pada 15 Mei 2011.</ref>
 
Secara keseluruhan, lukisan ini menggambarkan kehidupan di [[Batavia]] antara tahun 1980-1920. Interaksi manusia yang hidup bersama di kota itu diceritakan berasal dari berbagai [[kultur]] dan [[etnik]], mulai dari [[Melayu]], [[Arab]], [[Cina]], dan [[Eropa]].<ref name="Ref6" /> Di bagian atas [[mural]] yang belum diwarnai, terlukis [[Stasiun Jatinegara]], [[Harmoni]], [[Kota]], [[Sunda Kelapa|Pelabuhan Sunda Kelapa]] dan [[Tanjung Priok]], serta pecinan.<ref name="Ref6" /> Selain itu, digambarkan pula adanya pintu gerbang Amsterdam dan [[Kali Ciliwung]].<ref name="Ref2" /> Berbagai pemandangan sehari-hari yang terjadi di Batavia ditampilkan di mural tersebut, di antaranya suasana pasar, pedagang pikul dan gerobak dorong, [[nelayan]], saudagar Arab yang sedang mengawasi hasil laut, tukang cukur, pesta makan malam yang dihiasi budak, gambaran keluarga yang diusir dari rumahnya, serta pencopet yang berada di balik pesta topeng ondel-ondel.<ref name="Ref2" /><ref name="Ref6" /> Mural tersebut juga berisi berbagai model [[transportasi]] yang pernah ada di Batavia pada masa itu, mulai dari [[sado]] atau [[delman]] yang ditarik [[kuda]], [[sepeda]], [[trem]], mobil tua, hingga penggunaan Sungai Ciliwung.<ref name="Ref6" />