Sejarah Kota Samarinda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
baru |
k Bot: Penggantian teks otomatis (- ijin + izin); kosmetik perubahan |
||
Baris 45:
Sejak kedatangan bangsa Belanda yang memerintah di Indonesia sebagai penjajah, daerah ini dibangun menjadi pusat pemerintahan di Kalimantan Timur, wilayah antara Karang Mumus dan [[Karang Asam]].<ref name="Sej Smd 2"/>
Bangsa Jepang datang ke [[Samarinda]] pada tanggal [[3 Februari]] [[1942]] setelah menguasai [[Tarakan]] dan [[Balikpapan]]. Sesampainya di Samarinda, pada tanggal [[5 Februari]] [[1942]], tentara Jepang melanjutkan penyerbuaannya ke Lapangan Terbang Samarinda II yang waktu itu masih dikuasai oleh Tentara Hindia Belanda (KNIL). Dengan berhasil direbutnya lapangan
=== Samarinda Seberang ===
Baris 51:
[[Belanda]] yang mengikat perjanjian dengan [[kesultanan Kutai]] kian lama kian bertumbuh. Bahkan, secara perlahan Belanda menguasai perekonomian di daerah ini. Untuk mengembangkan kegiatan perdagangannya, maka Belanda membuka perkampungan di [[Samarinda Seberang]] pada tahun [[1730]] atau 62 tahun setelah Pua Ado membangun Samarinda Seberang. Di situlah Belanda memusatkan perdagangannya.
Namun demikian, pembangunan [[Samarinda Seberang]] oleh Belanda juga atas
Samarinda berkembang terus dengan bertambahnya penduduk yang datang dari [[Jawa]] dan [[Sulawesi]] dalam kurun waku ratusan tahun. Bahkan sampai pada puncak kemerdekaan tahun [[1945]] hingga keruntuhan Orde Lama yang digantikan oleh Orde Baru, Samarinda terus ’disatroni’ pendatang dari luar Kaltim. Waktu itu Tahun 1966 adalah peralihan masa Orde Lama ke Orde Baru. Keadaan semuanya masih acak dan semberawut. Masalah keamanan rakyat memang terjamin dengan terbentuknya [[Hansip]] (Pertahanan Sipil) yang menggantikan OPR ([[Organisasi Pertahanan Rakyat]]). Hansip mendukung keberadaan Polisi dan [[TNI]].
|