Sejarah Paser: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-jaman +zaman); kosmetik perubahan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- ijin + izin)
Baris 299:
Pemerintahan Aji Panji bin Ratu Agung dimulai tahun 1213 sampai tahun 1225 Hijriyah atau 1799 sampai tahun 1811 Masehi. Bergelar Sultan Sulaiman Alamsyah. Pemerintah menyisakan berbagal persoalan diantaranya sebanyak 30 buah kapal pengawal pantai tenggelam. Kapal-kapal ini dipakai oleh Arung Turawe melawan [[Sunan Nata Alam|Sultan Nata Alam]] Sultan Banjar, bentuk partisipasi Paser membantu Pangeran Amir, yang masih berkerabat dengan Bugis Pagatan dan Kesultanan Paser.
 
Dalam tahun 1801 Masehi, Kerajaan Penekki yang masih berada dalam lingkungan kerajaan Wajo Sulawesi Selatan memerintah seorang Ratu, bernama Andi Tanra Tellu-e bersuamikan seorang keturunan Arab Ba'Alwi keluarga Sultan Banten yang bernama Sayyid Abu Bakar Adni Al-Idrus. gelar Petta Mattasi-e, seorang ulama besar dan keramat terkenal di kalangan orang-orang Bugis Penekki dan Wajo. Salah seorang anaknya bernama Sayyid Thaha, bergelar Puang Petta Saiye-e di Penekki bertugas sebagai penguasa perkapalan, beliau berkunjung ke Paser. Di saat tiba di Muara sungai Kandilo beliau mengirim 7 orang utusan untuk menemui syahbandar untuk meminta ijinizin dan diperkenankan bertemu Sultan Paser.
Utusan dipimpin Najanuddin Daeng Lallo, dan disambut syahbandar La Manrape Daeng Nattutu, orang Bugis kelahiran Paser, masih keturunan Luwuk, wilayah kerajaan besar Wajo. Sultan Paser bersedia menerima rombongan Sayyid Thaha. Rombongan diterima dengan baik bahkan Sultan bersedia bertemu muka dan berbicara dengan Sayyid Thaha. Dalam pembicaraan menyetujui pembuatan 40 buah kapal. Tenaga ahlinya Penekki Wajo.<ref>A.S Assegaff, Op cit hIm 133140. Haji Padang Sarjan. Haji Sardani Usman, et a], hlm 27</ref>