Hukum dan etika media komunikasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Patriciaaa (bicara | kontrib)
Baris 5:
 
=='''Sejarah Perkembangan Pers'''==
Sejak [[Indonesia]] [[merdeka]] hingga 9 tahun pasca [[reformasi]],[[hukum pers]] tidak pernah benar-benar lepas dari yang namanya kepentingan [[politik]]. Setiap perkembangan [[pers]] terus melekat erat dengan keinginan untuk dapat menguasai [[pers]]. Pada masa [[Bung Karno]],[[pemerintahan]] pada awalnya melalui Menpen [[''Amir Sjaritoedin]]'' memyatakan bahwa pikiran [[masyarakat]] umum sama dengan sendir dasar dari [[pemerintahan]] yang berdaulat dan [[pers]] [[Indonesia]] harus [[merdeka]]. Hal ini mengakibatkan [[pers]] semakin tegas dalam mengawasi [[pemerintah]]. Penangkapan dan pengekangan terhadap [[pers]] tidak pernah berhenti. Lain halnya pada masa [[Soeharto]],[[pers]] diberikan kebebasan sesuai dengan [['''''UU no 11 tahun 1966]]''''' yang menyatakan “memberikan [[kemerdekaan pers]],namun terdapat suatu [[pasal]] peralihan yang memungkinkan [[pemerintah]] yang berkuasa mengekang [[pers]]” dan juga [['''''UU no 21 tahun 1982]]''''' menyatakan bahwa “memperkuat belenggu terhadap [[kemerdekaan pers]]. Hingga akhirnya masa [[reformasi]],[['''''UU no 40 tahun 199]]91999''''' menyatakan bahwa “jauh lebih [[demokratis]],namun terdapat rumusan teknikal penyusunan yang tidak jelas”
 
=='''Perlunya Etika Komunikasi'''==