Konten dihapus Konten ditambahkan
Rychartorryan (bicara | kontrib)
Rychartorryan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 77:
Komunikasi publik dapat berjalan dengan mulus tanpa perlu sekat perintang atau barikade penghalang. Artinya rakyat yang semakin kritis dan punya kesadaran sosial-politik yang cukup saat ini punya keberanian moral dan praktis serta tidak berdiam diri tapi mampu mengekspresikan berbagai perasaan, penilaian dan pengamatan tentang situasi atau apa yang dialaminya sendiri secara terbuka.
Para aparatur penegak hukum mungkin adalah pihak yang menganggap lagu ciptaan Bona ini sebagai berlebihan atau kurang pantas untuk dimasyarakatkan, karena ada bagian isi syair yang terkait dengan carut marut penegakan hukum yang diskriminatif terhadap Bona Paputungan dan Gayus Tambunan. Pandangan tersebut di atas sah-sah saja, namun harus dipahami bahwa kecanggihan dan kecepatan tehnologi informasi/komunikasi akan semakin mendorong munculnya suatu generasi masyarakat yang melek dan sadar informasi serta menginginkan transparansi sebagai jaminan untuk memperoleh semua hak-hak sebagai warganegara Indonesia, termasuk kemampuan mengekspresikan perasaan dan situasi sosial baik melalui produk diskursus lagu maupun bentuk lain seperti produk karya seni lukis mural yang juga relatif cukup merakyat saat ini sebagai medium penyampaian kritik sosial. (*)
 
== KOMUNIKASI MELALUI MUSIK ==
 
 
 
==SEJARAH MUSIK==
Sejak abad ke II dank e III sebelum Masehi, di Tiongkok dan Mesir ada music yang mempunyai bentuk tertentu. Dengan mendapt pengaruh dari Mesir dan Babilon, berkembanglah music Hibrani yang dikemudian hari berkembang menjadi music Gereja. Musik itu kemudian disenangi oleh masyarakat, karena adanya pemain – pemain yang mengembara serta menyanyikan lagu yang dipakai pada upacara Gereja.
Musik itu tersebar di seluruh Eropa kemudian tumbuh berkembang, dan musik instrumental maju dengan pesat setelah ada perbaikan pada alat-alat musik, misalnya biola dan cello. Kemudian timbulah alat musik Orgel. Komponis besar muncul di Jerman, Prancis, Italia, dan Rusia. Dalam abad ke 19, rasa kebangsaan mulai bangun dan berkembang.
Oleh karena itu perkembangan musik pecah menurut kebangsaannya masing-masing, meskipun pada permulaannya sama-sama bergaya Romantik. Mulai abad 20, Prancis menjadi pelopor dengan musik Impresionistis yang segera diganti dengan musik Ekspresionistis.
 
==FUNGSI MUSIK==
Musik sudah sejak dahulu digunakan untuk alat komunikasi baik dalam keadaan damai maupun perang. Komunikasi bunyi yang menggunakan sangkakala (sejenis trumpet), trumpet kerang juga digunakan dalam suku – suku bangsa pesisir pantai, kentongan juga digunakan sebagai alat komunikasi keamanan di Jawa, dan teriakan teriakan pun dikenal dalam suku – suku asli yang hidup di pegunungan maupun di hutan – hutan.
Bunyi – bunyi teratur berpola – pola ritmik. Komunikasi elektronik yangmenggunakan telepon semakon hari semakin banyakmenggunakan bunyi – bunyi musical.
 
===BAHASA SEBAGAI KOMUNIKASI===
Kita tahu bahwa manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan, baik itu keterbatasan internal (fisik) maupun keterbatasan eksternal (sekitar). Keterbatasan fisik manusia jelas dapat dikenali lewat indera yang ada di tubuh kita. Manusia punya keterbatasan pendengaran, keterbatasan jarak pandang, keterbatasan kecepatan berlari dan lain sebagainya. Semua keterbatasan ini rupanya merupakan kelemahan bagi manusia, lantas diakali agar bisa menembus keterbatasan-keterbatasan tadi. Akal manusia ternyata lebih cemerlang dari sekedar fisik. Keterbatasan pendengaran dapat diatasi dengan alat bantu dengar, kaca mata merupakan alat bantu keterbatasan penglihatan dan seterusnya.
 
Selain itu ada keterbatasan luar badan (eksternal). Keterbatasan yang sudah melegenda turun temurun sejak nenek moyang manusia, ternyata lambat laun mulai mengarah pada titik terang.
Keterbatasan itu adalah keterbatasan tempat, jarak, dan waktu. Manusia memliki keterbatasan tempat, dahulu kala manusia gunung tidak pernah berfikir untuk hidup di pantai, manusia asia tidak pernah berfikir ada manusia lain di dataran eropa. Namun manusia berhasil menemukan alat transportasi. Tempat, artinya ketika dia diam di sebuah lokasi A maka ia tidak dapat merasakan suasana di lokasi B, ketika ia sedang makan di meja makan, maka ia tidak dapat menebang kayu di hutan. Namun nampaknya manusia mulai bisa mengakali keterbatasan ini, salah satunya dengan bantuan mesin. Keterbatasan tempat atau jarak kemudian bisa dipenuhi.
Keterbatasan waktu, manusia saat ini memang belum bisa kembali ke masa lalu atau masa depan. Yang saat ini bisa ditembus hanyalah keterbatasan beda waktu wilayah. Ketika muncul internet, manusia seakan menembus tata cara kehidupan yang terpola oleh waktu, makan siang, sarapan, tidur dll. Kegiatan bekerja manusia sudah tidak diatur oleh batas jam, hingga akhirnya muncul waktu internet (internet time = @).
 
Kembali ke topik, ternyata manusia memiliki keterbatasan lain, selain diri dan lingkungan, yaitu keterbatasan komunikasi (manusia dengan manusia). Ketika manusia hidup dalam suatu budaya maka mereka akan hidup dalam bahasa-nya. Akan tetapi keragaman budaya manusia ternyata menghasilkan beribu-ribu bahasa di muka bumi ini. Tidaklah heran jika bahasa merupakan sebuah kendala komunikasi antar manusia. Namun keterbatasan ini tidaklah sulit sejak manusia membuat kamus penterjemah. Apalagi sudah ada yang elektronik. Namun yang menjadi menarik adalah ketika manusia mempunyai bahasa universal diluar bahasa asli mereka, bahasa apakah itu? bahasa dengan musik (nada).
 
Nada = code
Kita tahu ikan lumba-lumba konon bisa berkomunikasi dengan nada-nada. Dalam film Close Encounters, digambarkan juga bahwa manusia bisa berkomunikasi dengan mahluk luar angkasa dengan nada-nada musik. Kemudian dalam film Star Wars, R2D2 digambarkan berkomunikasi dengan nada juga.
 
Sebetulnya melihat dari gejala-gejala tersebut nampaknya suatu saat nanti akan muncul bahasa baru yang menjembatani semua bahasa sejagad yaitu bahasa dengan nada. Perumpamaan yang paling sederhana adalah :
 
 saya = I (inggris) = watashi wa (jepang) = ana (arab) = 1 /do (musik)
kamu = you (inggris) = anata wa (jepang) = anta (arab) = 2 /re (musik)
cinta = love (inggris) = aishiteru (jepang) = (apalah.. saya gak tahu) = 5 /sol (musik)
Berarti : saya cinta kamu = I love you = (do-sol-re) 1 5 2 !! (taadaa..)
Kombinasi notasi lain misalnya : makan = eat = mi-fa / 34 — saya makan = 1 34
Contoh lain : pergi = go = 46 (fa la) => saya pergi makan = 1 46 34
 
Mungkin rumit kalau kita yang musti memperlajarinya sekarang, akan tetapi bayangkan jika bahasa ini sudah mulai dikenal sejak anak-anak. Penelitian pun membuktikan bahwa anak-anak lebih mudah mencerna nada dibanding bahasa, mengapa? karena nada muncul tanpa harus menggunakan lidah. Sederhananya, jangan dengan kita melantunkan nada itu sudah bisa jadi arti secara universal? Apalagi jika ada alat yg bisa menterjemahkan Bahasa Indonesia menjadi nada, lalu dari nada menjadi Bahasa Jepang (misalnya) jadi kita akan mudah berkomunikasi dengan orang Jepang hanya dengan alat bantu ini.
 
Cepat atau lambat, manusia akan membutuhkan alat komunikasi yang lebih universal. Kehidupan manusia saat ini pun sudah global (kesejagatan) yang artinya sudah mulai menembus batas-batas teritori negara, budaya, tingkah laku, tata-krama, bahkan ritual beragama. Bahasa sebagai alat komunikasi tentu akan menjadi hal penting di sana. Kehidupan berkomunikasi antar manusia mulai penting belum lagi pengembangannya menjadi bahasa mesin.
 
Saat itulah manusia akan bisa memerintahkan mesin (voice command) terjadi lebih layak. Keterbatasan voice command saat ini karena kendala bahasa asli. Kelak voice command merupakan keseharian manusia dengan mesin. Maka manusia akan hidup lebih mudah dengan bahasa pengantarnya, tentunya akan mengubah banyak kehidupan bangsa-bangsa, negara, dan suku-suku.
====HUBUNGAN MUSIK DENGAN FUNGSI OTAK===
Semua jenis bunyi atau bila bunyi tersebut dalam suatu rangkaian teratur yang kita kenal dengan musik, akan masuk melalui telinga, kemudian menggetarkan gendang telinga, mengguncang cairan di telinga dalam serta menggetarkan sel-sel berambut di dalam Koklea untuk selanjutnya melalui saraf Koklearis menuju ke otak.
Ada 3 buah jaras Retikuler atau Reticular Activating System yang diketahui sampai saat ini.
Pertama, jaras retikuler-talamus. Musik akan diterima langsung oleh Talamus, yaitu suatu bagian otak yang mengatur emosi, sensasi, dan perasaan, tanpa terlebih dahulu dicerna oleh bagian otak yang berpikir mengenai baik-buruk maupun intelegensia.
Kedua, melalui Hipotalamus mempengaruhi struktur basal "forebrain" termasuk sistem limbik, dan
Ketiga, melalui axon neuron secara difus mempersarafi neokorteks. Hipotalamus merupakan pusat saraf otonom yang mengatur fungsi pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, pergerakan otot usus, fungsi endokrin, memori, dan lain-lain. Seorang peneliti Ira Altschuler mengatakan "Sekali suatu stimulus mencapai Talamus, maka secara otomatis pusat otak telah diinvasi."
 
Penyanyi jazz senior asal Brazil, Lica Cecato (baca: Lika Sekato, red) mengaku tidak bisa berbahasa Indonesia sepatah kata pun, namun dengan teman sepanggungnya, Zarro yang tidak bisa berbahasa Inggris ternyata Lica menemukan bahasa efektif yang dapat membangun saling pengertian antara keduanya.
Lica dalam konferensi pers usai tampil di panggung JakJazz, Istora senayan Jakarta, Rabu malam (28/11), mengungkapkan bahasa yang digunakannya adalah bahasa musik. Hal itu satu-satunya hal yang menjembatani persoalan bahasa tutur yang dialaminya dengan Zarro.
"Musik adalah bahasa universal, itu yang mempersatukan kami di atas panggung," kataLica yang didampingi Zarro dalam konferensi pers tersebut.
 
Beberapa pengakuan orang – oeang yang merasa bahwa music merupakan alat bantu komunikasi yang penting saat ini.
Saya merasa beruntung karena terlahir dalam keluarga yang sangat mencintai musik. Hal ini memberikan saya kemampuan untuk dapat memberikan apresiasi yang lebih besar terhadap musik. Insting untuk bermusik tampaknya telah mengalir di dalam darah saya sejak masih berada di dalam kandungan Ibu, karena konon, saat beliau mengandung saya, beliau sering menyenandungkan lagu Edelweiss. Maka, sejak terlahir ke dunia hingga beranjak dewasa pun minat saya terhadap musik terus bertambah.
Meskipun tidak menempuh pendidikan musik secara khusus, namun musik merupakan dunia yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan saya. Dengan menggubah lagu, saya ingin menyampaikan pesan saya kepada dunia. Dan dengan bernyanyi, saya berharap dapat menyuarakan dan menyebarkan pesan tersebut. Dan walaupun profesi yang saya tekuni sekarang ini tidak ada kaitannya dengan musik, namun sejak saat ini saya telah berkomitmen untuk terus berkiprah dalam bidang musik dan tidak akan pernah berhenti bermusik… Semata–mata karena suara hati saya mengatakan demikian. Panggilan jiwa… Begitu kata orang–orang.
====MUSIK ADALAH BAHASA UNIVERSAL====
Musikadalah bahasa dunia (universal). Musik adalah untaian nada yang dapat dinikmati semua umat manusia sejagad. Harmonisasi nada-nada dalam musik menimbulkan sebuah sensasi pada indera telinga sehingga menimbulkan reaksi pada si empunya telinga.
 
 
 
“Andaikan Aku Jadi Gayus” terkandung pesan komunikatif di antaranya berbunyi : “Andaikan Aku Jadi Gayus Tambunan yang bisa pergi ke Bali – Inilah lucunya hukum di negeri ini hukuman bisa dibeli.- Kita orang lemah --- hanya bisa pasrah” ......” - Wahai saudara dan para sobat .....lakukan yang terbaik jangan salah langkah .....” .
 
Syair-syair lagu tersebut merupakan pesan komunikasi yang mengekspresikan suara rakyat yang menyangkut rasa keadilan dan perlakuan hukum, yang merupakan realitas sosial bahkan kritik sosial.
Bagi komunitas media massa, munculnya Bona Paputungan dengan lagu “Andai Aku Jadi Gayus” ini merupakan suatu kejutan media yang bahkan mungkin juga tidak ada dalam agenda media atau agenda setting karena adanya dominasi isu Gayus-Penegak Hukum-Pemerintah-DPR.
 
Pro dan kontra muncul terhadap Lagu “Andaikan Aku Jadi Gayus” seiring dengan heboh di masyarakat Gorontalo dan Jakarta. Sebuah stasiun TV nasional secara langsung menayangkan percakapan Bona Paputungan dengan penelpon yang menekan dan menteror Bona karena telah menciptakan dan mengedarkan lagu “Andai Aku Jadi Gayus” itu. Gambaran pro dan kontra lagu “Andaikan Aku Jadi Gayus” ini indikatornya adalah percakapan langsung Bona dengan penelpon yang mengaku dari Detasemen Khusus (Densus), yang juga tentu saja sempat dianggap Detasemen Khusus Anti-Teror 88 dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Bona merasa punya hak untuk mengekspresikan rasa keadilan yang dialaminya dan membandingkannya dengan pengalaman Gayus di satu pihak.
 
Di lain pihak, penelpon memosisikan diri sebagai pihak yang belum bisa menerima adanya pengungkapan perasaan keadilan rakyat yang tersentuh dengan ulah Gayus yang berstatus tahanan tapi bisa jalan-jalan ke Bali dan luar negeri.
 
Pernyataan Kuasa Hukum isteri Gayus Tambunan di sebuah televisi swasta nasional juga merupakan gambaran pro-kontra, karena dengan menciptakan lagu “Andaikan Aku Jadi Gayus” Bona Paputungan dianggap mencari popularitas di atas penderitaan orang Bona membuat lagu Gayus sebagai ekspresi perasaannya sebagai mantan penghuni Lembaga Pemasyarakatan Gorontalo akibat jerat hukum pasal Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan harus meringkuk di balik jeruji besi penjara pada 11 Maret 2010 sampai 7 Oktober 2010, dan baru dibebaskan 5 Januari 2011.
Pro dan kontra lagu ciptaan Bona tentang Gayus Tambunan paling tidak mendorong orang untuk sampai pada kesimpulan bahwa penelpon tanpa nama dapat dianggap mewakili ketakutan penyebarluasan ulah Gayus yang terkait dengan perlakuan dan penegakan hukum di Indonesia melalui lagu Gayus. Dari sisi lain, kita juga dapat menyimpulkan, bahwa penelpon Bona itu juga bisa diduga sebagai bagian dari rekayasa Internet marketing (e-marketing) guna mendongkrak popularitas.
 
Teman-teman Bona Paputungan cukup cerdik memanfaatkan media massa mainstream maupun alternative multi media (You Tube) sebagai sebuah metode dan tehnik pemasaran lagu baru. Dan, penggunaan "You Tube" sebagai medium komunikasi bukan suatu hal baru di Indonesia karena sebelumnya “Keong Racun” yang dinyanyikan Sinta dan Jojo dengan penampilan minimalis mampu meraih sukses yang maksimalis lewat medium komunikasi multimedia You Tube.
 
Khasanah lagu di Indonesia terhitung kaya dengan koleksi lagu-lagu sebagai produk budaya masyarakat karena lagu dianggap mampu menjadi medium dan diskursus yang dapat mengekspresikan situasi social politik pada suatu periode atau era tertentu. Lagu-lagu, seperti "Satu Nusa Satu Bangsa", "Maju Tak Gentar" dan "Halo-halo Bandung", serta "Hari Merdeka" dapat dianggap mewakili patriotisme perjuangan pasca-kemerdekaan. Pada masa Orde Lama (Orla) kelompok Koes Bersaudara, kemudian Koes Plus muncul dengan lagu-lagu yang menggambarkan kekayaan alam dan bumi "Nusantara", Indonesia, melalui lagu "Kolam Susu" dan "Penyanyi Tua".
 
Lagu-lagu rakyat bernuansa seputar reformasi dan runtuhnya rejim Orde Baru, seperti lagu-lagu kelompok Slank, Iwan Falls juga Franky Sahilatua sering muncul membawakan lagu-lagu bertema kritik sosial dan balada politik. Bahkan, kelompok musik bersaudara Bimbo pernah membuat heboh melalui lagu "Tante Sun", yang oleh banyak kalangan dianggap menyindir Ibu Negara saat itu.
 
Pusaran liputan media You Tube ke media TV terhadap lagu “Andaikan Aku Jadi Gayus” ciptaan Bona Paputungan berlangsung cepat dan mencapai seluruh masyarakat Indonesia. Ada tawa senyum dan tentu juga sumpah serapah anggota masyarakat terhadap lagu ini. Kecepatan penyampaian informasi atau pesan media massa atau multimedia membuktikan bahwa lagu “Andai Aku Jadi Gayus” ini memasuki arus informasi yang oleh Al Gore pada tahun 1994 disebut sebagai informasi bebas hambatan (superhighway information).
 
Lagu “Andai Aku Jadi Gayus” yang dikirim lewat saluran komunikasi multimedia You Tube kemudian di-streamingpula oleh media televisi dipancar luaskan kepada masyarakat pemirsa secara lebih luas lagi ini menunjukkan kekuatan multimedia You Tube telah digandakan oleh media televisi dan terbukti mampu menembus semua kanal dan blokade komunikasi apapun, tanpa reduksi pembatasan atau tanpa intervensi penyesuaian konten apapun. Dalam konteks komunikasi atau dari aspek komunikasi penyampaian pesan yang muncul dalam lagu “Andai Aku Jadi Gayus” yang diciptakan Bona Paputungan ini yang paling menonjol adalah sisi perimbangan antar unsur-unsur komunikasi menjadi bersifat seimbang dan setara di mana semua unsur dalam konteks komunikasi dua arah ternyata memiliki peluang yang sama untuk bisa menjadi komunikator yang mengusung pesan-pesan tertentu.
 
Artinya masyarakat atau anggota masyarakat punya peluang yang sama untuk bisa menjadi komunikator atau menjadi pihak yang dapat mengkomunikasikan suatu isi pesan tertentu (komunike) dengan menggunakan semua medium komunikasi apapun yang dipilih.
 
Komunikasi publik dapat berjalan dengan mulus tanpa perlu sekat perintang atau barikade penghalang. Artinya rakyat yang semakin kritis dan punya kesadaran sosial-politik yang cukup saat ini punya keberanian moral dan praktis serta tidak berdiam diri tapi mampu mengekspresikan berbagai perasaan, penilaian dan pengamatan tentang situasi atau apa yang dialaminya sendiri secara terbuka.
 
Para aparatur penegak hukum mungkin adalah pihak yang menganggap lagu ciptaan Bona ini sebagai berlebihan atau kurang pantas untuk dimasyarakatkan, karena ada bagian isi syair yang terkait dengan carut marut penegakan hukum yang diskriminatif terhadap Bona Paputungan dan Gayus Tambunan. Pandangan tersebut di atas sah-sah saja, namun harus dipahami bahwa kecanggihan dan kecepatan tehnologi informasi/komunikasi akan semakin mendorong munculnya suatu generasi masyarakat yang melek dan sadar informasi serta menginginkan transparansi sebagai jaminan untuk memperoleh semua hak-hak sebagai warganegara Indonesia, termasuk kemampuan mengekspresikan perasaan dan situasi sosial baik melalui produk diskursus lagu maupun bentuk lain seperti produk karya seni lukis mural yang juga relatif cukup merakyat saat ini sebagai medium penyampaian kritik sosial. (*)