Wedung, Demak: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 14:
==Asal nama Desa Wedung==
Dan rakyatnya, kaum nelayan, menggunakan jaring krikit, yang ditarik bersama menyusuri pantai sampai dengan lahirnya jaring trol atau jaring pukat harimau. Kemudian tempat ini disebut Kepulauan Wadung. Seiring perkembangan masyarakat dan masing-masing pulau menjadi pedesaan, Kepulauan Wadung menjadi Pedesaan Wedung, dan akhirnya menjadi Desa [[Wedung]].
Kemudian getek pembawa kayu jati untuk tiang [[Masjid Agung Demak]] tersebut melanjutkan perjalanannya dengan hanya membawa 3 tiang. Saat pembangunan dimulai, dengan terpaksa [[Sunan Kalijogo]] menyusun satu soko dari beberapa potongan kayu yang dirakit dengan tali yang disebut soko tatal.
* Sejak abad ketujuh
Kepualaun Muria selain memiliki gunung muria juga memiliki gunung pati ayam yang hutannya banyak dihuni gajah-gajah besar dan pada zaman itu kebanyakan penduduk kepulauan muria adalah beragama hindu. Sehingga pada zaman itu mereka sangat bangga dengan lambang gajah dan ingin menamakan daerah yang yang baru yang menjadi kebanggaam mereka denagn nama gajah. Dari sinilah nama gajah-oyo terbentuk yaitu daerah yang berpencar antara demak, kudus, dan jepara. Mereka menyebut kepulauan itu sebagai Kepulauan Gajah Oyo.
* Pada awal abad Masehi (sekitar abad keempat Masehi) Hinduisme sudah masuk ke Kepulauan Nusantara Indonesia di sebuah kerajaan di Kalimantan Timur dengan rajanya yaitu Mulawarman. Berlanjut dengan Kerajaan Tarumanegara dengan rajanya yaitu Purnawarman yang tertuang dalam Prasasti Batu Tulis.
Pada masa tersebut terdapat Pertapa Begawan Abiyoso yang bertapa di Puncak Songolikur di bukit Gunung Muria dan memiliki seorang puteri yang memiliki kelainan. Puteri tersebut sangat cantik namun keriangatnya berbau amis. Akibatnya puteri tersebut selalu saja gagal dilamar oleh ksatria. Akhirnya puteri tersebut diasingkan di suatu pulau kecil, yaitu di sebelah utara Kepulauan Gajah-Oyo yang akhirnya dinamakan Berahan.
* Pada awal abad ketiga belas (1230 M), suatu bangunan unik dibangun di Wedung, yaitu suatu bangunan '''Balai Romo''' dengan luas 10×20 m3 tanpa dinding dan pagar. Bangunan tersebut adalah bangunan terbuka dengan empat pintu penjuru di timur, barat, selatan, dan utara. Dalam legenda cerita lisan dinyatakan bahwa bangunan itu dibangun oleh Raja Kediri yang mengharapkan bangunan itu sebagai tempat persinggahan, rekreasi, dan tempat musyawarah khusus.
* Pada akhir abad ketiga belas Masehi, hadir serombongan mubaligh yang dipimpin oleh [[Maulana Malik Ibrahim Almaghriby]] (berarti Al-Syaik dari Maroko, yang bermadzhab maliki).
Pada awal abad kelima belas Masehi (tahun 1414 M), armada Laksamana Haji Muhammad [[Ceng Hoo]] (Sam Poo Tai Jin) mengadakan kunjungan muhibbah kepada Raja Brawijaya, Kerajaan [[Majapahit]]. Armadanya berjumlah kurang lebih 80 [[Kapal Jung]] yang mayoritas angkatannya adalah muslimin yang bermadzhah Hanafiyah. Sebelum sampai di pelabuhan Semarang (Semongan), armada tersebut singgah di kepulauan Gajah Oyo dan berlabuh di Pantai Selatan Kepulauan Muria, tepatnya di Welahan.
Tahun 1414 M itu juga, Armada Laksamana H. Muhammad Ceng Hoo singgah di Palembang, Laut Bangka-Bagan Siapi-api sebelum menuju Semarang (Semongan). Armadanya menemukan kapal-kapal perompak Cina atau bajak laut dari Cina yang mengganggu keamanan di Lautan Jawa dan kemudian dikejar oleh Armada H. M. Ceng Hoo, terus dikejar hingga armada tersebut masuk ke perairan Gajah Oyo. Begitu singgah di pantai jepara arah timur, yaitu Welahan, kapal perompak tersebut dapat dihancurkan dan tenggelam di perairan Kepulauan Gajah-Oyo; ternyata tahun 1947, ditemukan bangkai kapal Jung di arah timur tambak Gojoyo, dan banyak barang-barang keramik ala Dinasti Ming..
Catatan : “Dewa Srani” adalah armada kapal-kapal yang berbendera salib (palang-pantek-merah), armada Portugis dan Spanyol yang memburu kaum Moro (kaum Muslim Spanyol) sampai di Kepulauan Mindanao, Philipina Selatan. Akhirnya kaum Moro mendarat di Mindanao dan masuk hutan-hutan, dan kemudian akhirnya menjadi warga negara Philipina sampai sekarang.
|