Korps Brigade Mobil: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 33:
 
== Brimob dalam peristiwa ==
 
=== Gedung RRI Surabaya, Aksi Pertempuran Polisi Istimewa ===
Kita yang biasa jalan jalan di kota Surabaya tentu sering sekali melewati Gedung RRI, ini tak lain karena lokasi dari bangunan ini yang memang berada di tengah kota dan berhadapan dengan Surabaya Delta Plaza.
 
 
Gedung yang beralamatkan di Jl Pemuda 82-90 Surabaya ini pada masa Pertempuran Surabaya pada tahun 1945 ternyata memiliki kisah pertempuran yang luar biasa.
 
Untuk menggambarkan bagaimana situasi di tempat ini saat pertempuran berlangsung, mari kita baca penggalan memoar dari Alm. Ruslan Abdul Ghani:
 
"........28 oktober jam 14.15 sepasukan tentara Gurkha sebanyak kira-kira 35 orang dibawah pimpinan seorang mayor bangsa Inggris dengan tidak terduga-duga sama sekali menduduki studio RRI di Simpang. Yang selama ini memutar lagu kebangsaan Indonesia Raya pada pembukaan dan penutupan siaran. Oleh kepala pasukan yang menduduki RRI, kepala dinas Sutoyo ditanyai alamat pimpinan umum. Sutoyo menelepon Sulaiman dan melaporkan keadaan studio. Pada waktu itu instruksi Sulaiman (pemimpin umum) hanyalah supaya semua pegawai bersikap tenang saja dan mempersilahkan opsir Iggris itu datang ke rumah Sukirman yang letaknya di samping belakang gedung studio.
 
Mendapat jawaban itu dengan segera rumah Sukirman dikepung oleh tentara Gurkha sambil mengadakan stelling siap tempur. Sukirman diajak ke studio dan semua pegawai yang sedang dinas disuruh pulang, sedang Sukirman diwajibkan tinggal. Semua kunci studio dipegang oleh opsir tersebut. Meskipun studio Simpang telah diduduki siaran RRI tiada terhenti. Pendudukan gedung RRI ini segera tercium oleh pemuda pejuang yang berada di sekitarnya. Pendudukan gedung RRI Simpang ini sungguh mengundang permusuhan. Tetapi mungkin karena sikap kekurangajaran pasukan Inggris selama ini, mereka tidak merasa bahwa menduduki gedung itu memancing bentrokan senjata dengan para pejuang Indonesia. Pasukan Gurkha yang berada di gedung RRI melakukan penembakan terhadap orang-orang yang lalu lintas di depan gedung. Perbuatan ini lebih mengundang bentrokan. karena rakyat yang mengepung gedung ini tidak memiliki senjata api yang ampuh, maka mereka segera menghubungi markas PRI, Markas Polisi Istimewa dan lain-lain. Rakyat minta bantuan pasukan bersenjata.
 
Pengepungan Gedung radio Surabaya di Simpang meletus jadi bentrokan bersenjata. Sayang, rakyat menyerang hanya mengandalkan semangat dan keberanian saja. sehingga banyak jatuh korban dipihak rakyat Surabaya. Seorang Opsir yang merasa ketika tembak menembak (jam 18.00 Minggu, 28 Oktober 1945) pihaknya akan menang. Opsir Inggris itu keluar dari gedung mengendarai jip akan kembali ke markasnya. Ia memang berhasil meloloskan diri dari kepungan rakyat yang tidak lengkap persenjataannya, tetapi sampai Markas Pemuda Republik Indonesia di Simpang Club, ( kini Balai Pemuda) dicegat oleh para pemuda yang bersiap-siap disitu. Jipnya di rampas dan opsir itu tewas terbunuh.
 
Pertempuran berlanjut sampai jauh malam, serta sampai satu hari berikutnyaSenin pagi 29 Oktober 1945, tembak menembak di gedung Radio Surabaya mulai ramai lagi. Polisi Istimewa mengirimkan sebuah kendaraan panser dari markasnya di Coen Boulevard, lengkap dengan senjata dan tiga orang penumpangnya,yaitu Luwito, Wagimin, dan Sutrisno. Melihat banyaknya korban yang bergelimpangan dan tak ada yang berani menolong atau memindahkan ke pinggir jalan, panser datang dari arah barat dengan hati-hati. Panser Polisi Istimewa itu melewati gedung tadi sambil melihat keadaan dan tidak luput dari brondongan tembakan dari atas. Panser berputar ke sebelah kiri dan dari depan gedung, dan laras senapan mesin watermantel 7,7 diarahkan ke jendela tempat orang-orang Gurkha mengintai dan menembak.
 
Rentetan tembakan dilepaskan ke jendela beberapa kali, ternyata mereka tetap mengadakan pembalasan. Rupanya mereka dapat menghindari tembakan dari panser, Luwito turun dari panser, minta kepada para pemuda yang stelling di muka gedung menyingkir ke samping gedung. Dinding kaca dimuka ruang tamu dihancurkan dengan tembakan senapan mesin. Panser yang dikemudikan Wagimin merapat dibawah gedung untuk menghindari lemparan granat musuh. Sutrisno mengawasi gedung sambil melindungi teman-temannya. Mereka berkumpul ke tempat semula, lalu kembali mendekati gedung dengan dua jerigen bensin cadangan yang tersedia didalam panser. Jerigen dibuka tutupnya dan dilemparkan ke lantai, sehinggga lantai gedung basah oleh bensin. Wagiman menjalankan pansernya seperti tadi, tapi agak cepat. Pada kesempatan itu sebuah granat yang telah dicabut pennya dilemparkan ke lantai yang basah oleh bensin. Granat meledak, dan api pun menyala, gedung terbakar hebat.
 
Setelah terjadi kebakaran beberapa saat, maka keluarlah tentara Gurkha kira-kira 10 orang dari kepulan asap. Dalam keadaan muka setengah hangus menyandang senjatanya sambil angkat kedua tangannya ke atas tanda mereka menyerah. Mereka langsung disambut oleh pasukan rakyat dimuka gedung dengan amukan tanpa belas kasih. Di bantai dengan senjata seadanya hingga tewas semuanya. Rupanya rakyat melakukan balas dendam karena kawan-kawan seperjuangannya banyak yang gugur akibat tembakan pasukan Gurkha dari atas gedung itu. Semua pasukan Gurkha yang menduduki Gedung Radio Surabaya tewas terbakar atau diamuk oleh rakyat. Hanya dengan perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, Sukirman yang bertahan digedung itu dapat meloloskan diri dan selamat....."
 
Semoga dengan tulisan ini kawan-kawan bila berjalan pelan melewati gedung ini, karena memang biasanya sedikit macet di depan Delta Plaza =)
 
maka tengoklah, dan ceritakanlah kepada saudara atau kawan disamping anda, secuil kisah bangunan ini agar tak hilang kenangan sejarah pertempuan di gedung ini dari ingatan generasi muda Surabaya.
 
Bantulah tugu bisu ini untuk menyebarkan tentang kisahnya....
 
 
 
Tulisan dalam dinding tugu :
 
KARENA FUNGSINYA YANG PENTING MAKA GEDUNG RADIO SURABAYA INI DIDUDUKI OLEH PASUKAN JEDERAL MALLABY. PADA PERTEMPURAN 28-30 OKTOBER 1945 BANYAK KORBAN RAKYAT JATUH. TANGGAL 29 OKTOBER 1945 GEDUNG INI DIBAKAR HABIS DAN TIDAK SEORANGPUN PASUKAN INGGRIS DISINI LOLOS DARI KEMARAHAN RAKYAT
 
=== Pendaratan di Irian Barat ===
Korps Brimob Polri mempesiapkan sejumlah Resimen Tim Pertempuran (RTP)di pulau-pulau di Provinsi Maluku yang terdekat dengan Irian Barat sebagai respon atas perintah Presiden Soekarno untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda. Perintah Bung Karno itu dikenal sebagai Tri Komando Rakyat (Trikora). Dalam operasi ini Korps Brimob bergabung dalam Komando Mandala pimpinan Mayjen Soeharto. Satu tim Brimob pimpinan Hudaya Sumarya berhasil mendarat di Fak-Fak Irian Barat menggunakan sebuah speedboat. Dari Fak-Fak pasukan ini menusuk masuk ke pedalaman Irian Barat untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih. Pada masa olah Yudha sebelum pendaratan di Papua, Brimob sempat dimasukkan kedalam daftar unit untuk operasi Naga, tetapi kemudian di batalkan mengingat terbatasnya kualitas Parasut yang dimiliki anggota Brimob saat itu. Operasi Naga akhirnya dilakukan oleh RPKAD dibawah komando Jend (purn) Benny Moerdani yang kemudian mendapatkan penghargaan Bintang Sakti dari Presiden Soekarno.