Orang Jepang di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Qyaicutie (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Qyaicutie (bicara | kontrib)
Baris 24:
 
Di [[Grand Wijaya Center]] dan [[Blok M]], Jakarta terdapat toko-toko dan usaha yang melayani ekspatriat Jepang, termasuk rumah makan, pasar swalayan yang menjual bahan makanan impor, dan sejenisnya, terutama di Blok M banyak terdapat ''[[izakaya]]''.<ref>{{citation|periodical=The Jakarta Post|first=Chisato|last=Hara|title=Exploring 'izakaya' in Blok M|url=http://web.archive.org/web/20080423060317/old.thejakartapost.com/community/japan3.asp|date=2008-04-23|accessdate=2010-04-23}}</ref>
 
Bencana gempa bumi, tsunami, dan kebocoran reaktor nuklir 2011 menyentuh rasa kemanusiaan penduduk Indonesia pun warga Medan. Selain sebagai sesama negara di Asia, ternyata di kota ini terdapat sekitar 2.880 orang keturunan Jepang. Jumlah itu sama dengan 90 persen (3.200 orang) warga keturunan Jepang di Pulau Sumatera. Data itu diperoleh dari survei yang dilakukan Yayasan Warga Persahabatan (Fukushi-Tomonokai), Yayasan ini semacam asosiasi orang Jepang di Indonesia.
 
Diungkapkan Masatoshi, generasi pertama orang Jepang yang ada di Medan hanya berkisar 324 orang yang merupakan tentara Jepang. Masa kolonilisme Jepang antara Maret 1942 hingga Agustus 1945, Aceh adalah titik konsentrasi yang mesti dijaga oleh tentara Kaisar Jepang (Konoeshidan). “Karena Aceh merupakan pintu utama masuknya tentara Belanda yang bermaksud menjajah kembali Indonesia,” terangnya.
 
Generasi yang pertama ini, pada 1951 yang tak dapat kembali ke Jepang berkumpul di Medan dengan alasan, pemerintah pusat Indonesia khawatir orang Jepang ini akan membantu memerdekakan Aceh dari Indonesia.Jumlah mereka pada saat itu sekitar 80 orang, baik yang sudah atau belum berkeluarga.
 
Di Sumut,Orang Jepang bermukim di daerah Binjai, Tebing Tinggi, Stabat, Limapuluh, Pangkalan Susu, Pematang Siantar dan Medan,” paparnya.
 
Sebelum berdirinya Yayasan Warga Persahabatan pada 1979, terdapat perkumpulan orang Jepang di Sumut seperti, Perkumpulan Keturunan Jepang Medan (1950), Perkumpulan Keturunan Jepang Pematang Siantar (19560) dan Perkumpulan Keturunan Jepang Sungai Tapanuli (1952). Adapun aktivitas yayasan ini adalah seperti arisan, pemeriksaan kesehatan, Upacara Ziarah Musim Semi, Upacara Ziarah Musim Gugur, pembersihan Makam maupun halal bi halal.
 
Hampir semua anak-anak keturunan Jepang yang dilahirkan di Medan dan tempat lainnya dari generasi kedua dan ketiga menggunakan nama Jepang. Walaupun sifatnya hanya internal keluarga. Sementara nama dan marga khas Jepang tak mereka gunakan pada KTP Indonesia.
 
== Media massa ==