Tamjidullah I dari Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
Pangeran Tamjid-Allah I semula menjabat mangkubumi kemudian setelah wafatnya Sultan Hamidullah ia bertindak sebagai wali [[Putra Mahkota]] yaitu [[Muhammad Aliuddin Aminullah]] yang belum [[dewasa]]. Tetapi kemudian mengangkat dirinya menjadi [[Sultan]] dengan gelar '''Sultan Sepuh'''. Sultan Sepuh dibantu adiknya '''Pangeran Nullah (Panembahan Hirang)''' sebagai [[mangkubumi]] (kepala pemerintahan).
 
Sultan Tahlilullah berputra enam orang yaitu Pangeran Tamjidullah, Pangeran Nullah, Pangeran Dipati, Pangeran Istana Dipati, Pangeran Wira Kasuma dan Pangeran Mas. Pangeran Mas (Prabujaya?) kelak menjadi mangkubumi dengan gelar Ratu Anom Kasuma Yuda (mangkubumi Sultan [[Tahmidullah II]]).<ref name="tutur candi"/> Kyai Martaraga dilantik menjadi penghulu (ulama keraton) tahun 1752.<ref>http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf </ref>
 
Kyai Martaraga dilantik menjadi penghulu (ulama keraton) tahun 1752. Sepupu Sultan Sepuh yang bernama Pangeran Suryanata menjadi ketua Dewan Mahkota. Ia tinggal di Martapura dan meninggal tahun 1750. Putera almarhum yang bernama Pangeran Prabukasuma menggantikan sebagai ketua Dewan Mahkota. Beberapa anggota Dewan Mahkota tinggal di luar [[Kayu Tangi]] yaitu Pangeran Marta dan Pangeran Ulahnegara yang tinggal di [[Distrik Margasari|Margasari]] dan Pangeran Wiranata tinggal di [[Distrik Benua Empat|Tapin]]<ref>http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf </ref>
 
Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah bin Sultan Hamidullah menjadi [[Putra Mahkota]] dengan gelar '''Ratu Anum''', belakangan ia berhasil menuntut tahta dari pamannya.