Telaga Ngebel: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-jaman +zaman); kosmetik perubahan
Anashir (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Telaga-ngebel.jpg|240px|thumb|Telaga Ngebel]]
{{tidak dikembangkan|d=14|m=03|y=2011|i=14|ket=}}
{{tanpa_referensi|date=2011}}
'''Telaga Ngebel''' adalah sebuah danau alami yang terletak di Kecamatan [[Ngebel]], [[Kabupaten Ponorogo]]. Kecamatan Ngebel sendiri terletak di kaki gunung [[Wilis]]. Telaga Ngebel terletak sekitar 30 KM dari pusat kota Ponorogo atau yang terkenal dengan nama Kota [[Reog]]. Keliling dari Telaga Ngebel sekitar 5 KM. Dengan suhu antara 20 - 26 derajat celcius, suhu dingin nan sejuk membuat pengunjung makin nyaman mengunjungi Telaga Ngebel. Selain Reog, Telaga Ngebel merupakan salah satu andalan wisata yang dimiliki Kabupaten Ponorogo. Pemasok air bagi Telaga Ngebel terdiri dari berbagai sumber. Sumber air yang cukup deras berasal dari Kanal Santen. Selain itu, juga terdapat sungai yang mengalirinya, dimana dibagian hulu sungai terdapa air terjun yang diberi nama Air Terjun Toyomarto.
 
== Sejarah Legenda==
Telaga Ngebel dihubungkan dengan kisah seekor ular naga bernama “Baru Klinting“. Ular tersebut merupakan jelmaan dari Patih Kerajaan Bantaran Angin. Kala itu Sang patih sedang bermeditasi dengan wujud ular, dan secara tak sengaja ada seorang warga yang membawa ular jelmaan tersebut ke desa.
Terdapat dua versi cerita asal - usul yang beredar di lingkungan masyarakat. Yang pertama, dari cerita tradisional, diceritakan berawal dari anak yang bernama Baru Klinting. Baru Klinting adalah anak yang di temukan dan diangkat oleh sebuah keluarga miskin yang ada di sebuah lembah. Seperti anak - anak yang lain, Baru Klinting senang bermain dengan anak - anak yang lain. Pada suatu hari, Baru Klinting menyuruh orang tua angkatnya untuk menyiapkan Lesung (alat penumbuk padi). Dia berkata bahwa akan ada banjir besar. Namun anehnya, Baru Klinting sendiri ''malah'' pergi bermain. Dia menancapkan sebuah lidi di tanah, namun tak ada satupun anak yang mampu mencabut. Yang bisa mencabut hanyalah Baru Klinting. Disaat Baru Klinting mencabut lidi tersebut, keluar air yang cukup deras, sehingga membuat lembah tersebut menjadi telaga. Orang tua angkat Baru Klinting selamat karena naik Lesung, sedangkan Baru Klinting sendiri konon berubah menjadi ular naga, yang sampai saat ini dipercaya masih tinggal di sekitar '''Kemambang'''.
 
Pada versi lain yang lebih ilmiah, Telaga Ngebel dulu adalah sebuah gunung. Pada zaman Belanda, gunung tersebut dihancurkan dengan rudal untuk jalan dalam peperangan. Di daerah '''Kemambang''' pula masih terdapat dua lubang sisa rudal tersebut.
Sesampainya di desa, ular jelmaan tersebut hendak dijadikan makanan karena ukuran tubuhnya yang besar. Sebelum dipotong ular tersebut secara ajaib menjelma menjadi anak kecil, yang kemudian mendatangi masyarakat dan memutuskan membuat sayembara.
 
Sang bocah kemudian menancapkan lidi di tanah, dan mengumumkan dalam sayembara barang siapa yang mampu mencabut lidi yang ditancapkan di tanah maka ia akan mendapatkan hadiah berupa emas dan perak sepuasnya. Akhirnya dengan tawaran yang menggiurkan tersebut para warga mencoba menarik lidi dari tanah. Hasilnya tak seorangpun berhasil mencabut lidi itu dari tanah.
 
Karena tidak ada yang berhasil mencabut lidi tersebut kemudian, jelamaan bocah itulah yang berhasil mencabut lidi itu. Dari lubang bekas lidi tersebut keluarlah air yang kemudian menjadi mata air yang menggenang hingga membentuk Telaga Ngebel.
 
Legenda Telaga Ngebel ini konon terkait erat dan memiliki peran penting dalam sejarah Kabupaten Ponorogo. Konon salah seorang pendiri Kabupaten ini yakni Batoro Kantong. Sebelum melakukan syiar Islam di Kabupaten Ponorogo, Batoro menyucikan diri terlebih dahulu di mata air, yang ada di dekat Telaga Ngebel yang kini dikenal sebagai Kucur Batoro..<ref name="test">[http://today.co.id/read/2011/05/30/35258/legenda_baru_klinting_ala_loch_ness_dari_ponorogo Legenda 'Baru Klinting' ala Loch Ness dari Ponorogo], 30 Mei 2011, diakses pada 5 Agustus 2011</ref>
==Catatan kaki==
<references />