Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fadelmuhammadg (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Fadelmuhammadg (bicara | kontrib)
Baris 47:
Dengan landasan kemanusiaan, motivasi, jujur, integritas yang tinggi akan mampu meningkatkan mutu pelayanan.
 
== Sejarah Rumah Sakit<ref>Suwarjoko. name="Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi".>Artikel Tulisan. 29 Mei 2008. Suwarjoko.</ref> ==
*Periode 1925 – 1942 ( Masa Pemerintahan Hindia Belanda )
Pada tahun 1919 tercetuslah gagasan dan rencana dari dr. N.F. Liem untuk mengganti dan menggabungkan Rumah Sakit Kota ( “ Stadverband Ziekenhuis “ ) yang ada di Tawang dengan Rumah Sakit Kota Pembantu ( “ Hulp Stadverband Ziekenhuis “ ) di Alun – alun Semarang. Rencana tersebut dapat diwujudkan dengan membangun sebuah rumah sakit yang lebih besar di kota Semarang. Pembangunan Rumah Sakit dimulai pada tahun 1920 dan selesai lima tahun kemudian. Maka tepat pada tanggal 9 September 1925 lahirlah “ Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting “ yang terkenal dengan nama CBZ. Pada waktu itu kapasitas rumah sakit adalah 500 tempat tidur. Tempat perawatan orang sakit terdiri dari bangsal – bangsal besar yang menampung empat puluh lima tempat tidur. Fasilitas ruangan tersebut disesuaikan dengan penghidupan kaum “ Indlander “ pada Zaman itu. Beberapa spesialisasi sudah ada, yaitu bagian penyakit dalam, bagian bedah, bagian kebidanan dan penyakit kandungan. Rupa – rupanya perencana Ooiman Van Leeuwen dan Opzichter pelaksana Bapak Wijanarko sudah berfikir lebih jauh, sehingga dalam system bangunan – bangunan sudah tampak jelas pemisah antara poliklinik dan ruang perawatan nginap. Keadaan ini mungkin dapat diketahui setelah mereka melihat dan mempelajari bangunan – bangunan untuk tempat perawatan orang sakit, sekaligus telah dibangun pula asrama – asrama, dapur, pencucian, laboratorium, kamar obat, kantor administrasi dan garasi. Perumahan dokter dan karyawan perawatan dibangun mengelilingi rumah sakit, rupanya hal ini dirancang demi efisiensi. Tidak perlu sarana transportasi bagi pegawai yang memang masih langka pada zaman itu, disamping agar dapat dengan cepat bertindak dalam hal – hal yang bersifat gawat darurat. Sarana olah ragapun tidak luput dari pemikiran mereka, maka dibangun pula lapangan sepak bola. Direktur yang pertama memimpin rumah sakit ini ialah dr. N.F. Liem. Nama dr. Lie mini dan nama isterinya Liembergsma kemudian dipergunakan untuk nama jalan di kompleks perumahan tenaga perawatan. Pada mulanya rumah sakit ini mengutamakan pada fungsi pelayanan medis berupa pengobatan kuratif dan fungsi pendidikan paramedis. Dalam periode ini berdiri bagian – bagian yang baru, yaitu bagian mata, THT dan Kulit Kelamin. Hal ini dapat dilakukan berhubung dengan berdirinya Rumah Sakit Tentara di Semarang yang sudah mempunyai dokter ahli untuk bagian – bagian tersebut. Pendidikan paramedic yang dizaman itu terkenal dengan nama “ Mantri Verpleger ( ster ) dan vroedvrouw “ makin hari makin banyak memikat hati anak – anak Bumiputra, walaupun mereka mengetahui betapa keras dan ketatnya disiplin yang dijalankan oleh zuster – zuster Belanda. Menjadi murid pada zaman itu harus mempunyai mental yang sangat kuat dan harus disertai fisik yang betul – betul sehat, karena didalam duapuluh empat jam harus bekerja dari jam 17.00 sampai jam 05.00 pagi hari berikutnya. Tidak sedikit yang dipecat karena kesalahan yang kecil saja. Tetapi hal ini membawa hal – hal yang positif dikemudian hari, karena mantri – mantri CBZ Semarang kualitasnya dapat dibanggakan. Dibidang olah raga sepak bola, kesebelasan CBZ pernah mendapat tempat yang terhormat ditengah klub – klub yang ada di kota Semarang.