Paskibraka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 15:
Ketika Ibukota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar tidak lagi menangani pengibaran bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka pada setiap 17 Agustus di Istana Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966. Selama periode itu, para pengibar bendera diambil dari para pelajar dan mahasiswa yang ada di Jakarta.
 
Tahun [[1967]], [[Husein Mutahar]] dipanggil presiden saat itu, [[Soekarno]], untuk menangani lagi masalah pengibaran bendera pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun [[1946]] di [[Yogyakarta]], beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompokpasukan yang dinamai sesuai jumlahdengan anggotanyatanggal kemerdekaan NKRI, yaitu:
* KelompokPasukan 17 / pengiring (pemandu),
* KelompokPasukan 8 / pembawa (inti),
* KelompokPasukan 45 / pengawal.
Jumlah tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus [[1945]] (17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada, Mutahar hanya melibatkan putra daerah yang ada di [[Jakarta]] dan menjadi anggota Pandu/[[Pramuka]] untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka.
Rencana semula, untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para [[mahasiswa]] [[AKABRI]] (Generasi Muda ABRI) namun tidak dapat dilaksanakan. Usul lain menggunakan anggota [[pasukan khusus]] [[ABRI]] (seperti [[RPKAD]], [[PGT]], [[marinir]], dan [[Brimob]]) juga tidak mudah. Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi karena mereka bertugas di Istana Negara Jakarta.