Minyak bumi merupakan campuran berbagai macam zat [[organik]], tetapi komponen pokoknya adalah [[hidrokarbon]]<ref name="b">{{en}} Lea PJ, Leegood RC.1999. Plant Biochemistry and Molecular Biology 2nd edition. West Sussex, England: John Wiley & Sons.Page 103.</ref>. Minyak bumi disebut juga ''minyak mineral'' karena diperoleh dalam bentuk campuran dengan mineral lain.<ref name="b"/> Minyak bumi tidak dihasilkan dan didapat secara langsung dari hewan atau tumbuhan, melainkan dari [[fosil]].<ref name="b"/> Karena itu, minyak bumi dikatakan sebagai salah satu dari '''bahan bakar fosil'''.<ref name="b"/> Beberapa [[ilmuwan]] menyatakan bahwa minyak bumi merupakan zat [[abiotik]], yang berarti zat ini tidak berasal dari fosil tetapi merupakan zat anorganik yang dihasilkan secara alami di dalam bumi.<ref name="d"/> Namun, pandangan ini diragukan secara ilmiah karena hanya memiliki sedikit bukti yang mendukung.<ref name="b"/>
== Analisis untuk Lemak dan Minyak ==
Toksisitas logam adalah terjadinya keracunan dalam tubuh manusia yang diakibatkan oleh bahan berbahaya yang mengandung logam beracun.[1] Zat-zat beracun dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kulit, dan mulut.[1] Pada umumnya, logam terdapat di alam dalam bentuk batuan, bijih tambang, tanah, air, dan udara.[2] Macam-macam logam beracun yaitu raksa/merkuri (Hg), kromium (Cr), kadmium (Cd), tembaga (Cu), timah (Sn), nikel (Ni), arsene (As), kobalt (Co), aluminium (Al), besi (Fe), selenium (Se), dan zink (Zn).[3] Walaupun kadar logam dalam tanah, air, dan udara rendah, namun dapat meningkat apabila manusia menggunakan produk-produk dan peralatan yang mengandung logam, pabrik-pabrik yang menggunakan logam, pertambangan logam, dan pemurnian logam.[3] Contohnya penggunaan 25.000-125.000 ton raksa per tahun pada pabrik termometer, spigmanometer, barometer, baterai, saklar elektrik, dan peralatan elektronik.[2]
Jenis-jenis lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya.<ref name="a"/>
Pengujian sifat-sifat lemak dan minyak ini meliputi<ref name="d"/>:
* angka penyabunan
* angka ester
* angka iodin
* angka Reichert Meissel
Pengujian untuk menentukan kualitas minyak, seperti<ref name="d"/>:
http://www.google.com
* angka asam
* angka peroksida
tambang Emas di Indonesia dan Cara Pengolahan Limbahnya
* angka asam thiobarbiturat (TBA)
2 dari 3 Kompasianer menilai Aktual
* kadar minyak
Indonesia memiliki berbagai macam bahan tambang yang terdapat di berbagai daerah. Minyak bumi, gas alam, emas, batubara, bijih besi, dan aspal merupakan jenis-jenis bahan tambang yang dimiliki oleh Indonesia. Salah satu jenis bahan tambang yang cukup banyak dan tersebar ketersediaannya di Indonesia adalah emas. Emas merupakan salah satu jenis bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Emas hampir dipasarkan dan diperdagangkan hampir di semua pasar perdagangan bahan tambang di seluruh dunia. Nilai investasi emas meningkat setiap terjadi perdagangan emas dalam jumlah yang cukup besar. Bahkan, jika dilihat lebih jauh lagi, emas memberikan kontribusi berupa devisa yang sangat besar bagi negara-negara pengekspor emas.
Emas tidak terdapat di lapisan tanah yang cukup dalam dari permukaan bumi atau permukaan tanah. Bisa dikatakan bahwa bahan tambang jenis ini terletak di permukaan tanah, daerah aliran sungai yang berisi endapan-endapan mineral, bahkan di daerah hilir sungai yang merupakan akhir dari arah aliran air sungai yang mungkin saja menjadi tempat berkumpulnya arah aliran beberapa sungai yang membawa endapan-endapan mineral. Emas merupakan salah satu jenis mineral yang memiliki banyak manfaat. Jenis mineral ini dapat digunakan sebagai bahan konduktor pengantar panas di beberapa jenis alat elektronik. Namun, kegunaan emas yang utama adalah sebagai bahan perhiasan berupa kalung, emas, cincin, dan lain sebagainya. Jadi, secara garis besar, emas memiliki berbagai manfaat untuk kehidupan manusia.
Untuk mendapatkan emas yang terletak di permukaan tanah ataupun yang terletak di daerah aliran sungai tidaklah terlalu sulit. Pencariannya hanya mempergunakan alat-alat yang sederhana. Teknik pencarian dan pengolahan limbahnya sangat sederhana. Namun, untuk mendapatkan emas yang terdapat di dalam lapisan tanah dengan kedalaman tertentu, pencarian emas perlu dipergunakan alat-alat teknologi dan teknik pencarian yang cukup sulit. Survey lokasi merupakan salah satu kegiatan awal yang diperlukan untuk mengetahui jumlah ketersediaan emas, posisi atau letak emas, dan kedalaman emas dari permukaan tanah. Daerah yang memiliki banyak ketersediaan emas tentu saja harus menjadi basis atau sumber pencarian dan pengolahan limbah hasil eksplorasi emas. Daerah-daerah inilah yang kemudian menjadi daerah-daerah tambang emas yang mungkin saja alam dan lingkungannya dapat rusak karena adanya kegiatan penambangan emas ini.
Ilustrasi-Tambang Emas/Admin (kontan.co.id)
Ilustrasi-Tambang Emas/Admin (kontan.co.id)
Indonesia memiliki banyak tambang emas yang tersebar mulai dari Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan Papua. Cadangan emas di Indonesia cukup besar. Ini dapat dilihat dari jumlah tersebarnya daerah tambang-tambang emas di Indonesia. Salah satu daerah tambang emas dengan jumlah kandungan emas yang sangat besar terletak di daerah Pegunungan Jayawijaya yang terletak di Provinsi Papua Barat. Derah ini hanya memiliki satu tempat tambang emas, yaitu tambang emas Grasberg. Tambang Grasberg adalah tambang emas terbesar di dunia dan tambang tembaga ketiga terbesar di dunia. Tambang ini terletak di provinsi Papua di Indonesia dekat latitude -4,053 dan longitude 137,116, dan dimiliki oleh Freeport yang berbasis di AS dengan pembagian hasil tambang mencapai 67.3%, Rio Tinto Group mendapatkan 13%, Pemerintah Indonesia mendapatkan 9.3% dan PT Indocopper Investama Corporation mendapatkan 9%. Operator tambang ini adalah PT Freeport Indonesia, yaitu anak perusahaan dari Freeport McMoran Copper and Gold. Biaya membangun tambang di atas gunung sebesar 3 milyar dolar AS. Pada 2004, tambang ini diperkirakan memiliki cadangan 46 juta ons emas. Pada 2006 produksinya adalah 610.800 ton tembaga; 58.474.392 gram emas; dan 174.458.971 gram perak.
Awal dari ditemukan tambang emas ini berawal dari geologis Belanda Jean-Jacquez Dozy yang mengunjungi Indonesia pada tahun 1936 untuk menskala glasier Pegunungan Jayawijaya di provinsi Irian Jaya di Papua Barat. Dia membuat catatan di atas batu hitam yang aneh dengan warna kehijauan. Pada 1939, dia mengisi catatan tentang Ertsberg (bahasa Belanda untuk “gunung ore”). Namun, peristiwa Perang Dunia II menyebabkan laporan tersebut tidak diperhatikan. Dua puluh tahun kemudian, geologis Forbes Wilson, bekerja untuk perusahaan pertambangan Freeport, membaca laporan tersebut. Dia dalam tugas mencari cadangan nikel, tetapi kemudian melupakan hal tersebut setelah dia membaca laporan tersebut. Dia memutuskan untuk menyiapkan perjalanan untuk memeriksa Ertsberg. Ekspedisi yang dipimpin oleh Forbes Wilson dan Del Flint, menemukan deposit tembaga yang besar di Ertsberg pada 1960.
Penghasilan tembaga Grasberg meningkat dari 515.400 ton pada 2004 menjadi 793.000 ton pada 2005. Produksi emas meningkat dari 1,58 juta ons menjadi 3,55 juta ons. Jumlah produksi emas di tambang ini merupakan yang terbesar di dunia. Namun, jika dilihat dari jumlah pembagian hasil tambang emas ini, Pemerintah Indonesia hanya mendapatkan bagian yang sangat kecil. Bagian yang sangat besar diterima oleh operator penambangan yang mendapatkan bagian lebih dari 50%. Ini tentu saja sangat menyedihkan mengingat tambang emas Grasberg berada di wilayah Indonesia dan dimiliki oleh masyarakat Provinsi Papua Barat yang notabene merupakan salah satu provinsi yang terdapat di Indonesia.
Indonesia memiliki banyak perusahaan yang bergerak di dalam bidang penambangan emas. Seperti Borneo Gold Corporation, yaitu perusahaan tambang emas yang melakukan kegiatan penambangan emas di Pulau Kalimantan. Perusahaan ini berkantor pusat di Toronto, Kanada. PT Freeport Indonesia yang merupakan perusahaan tambang emas dari Amerika Serikat. Perusahaan ini melakukan kegiatan penambangan di Provinsi Papua. Kalimantan Gold Co.Ltd merupakan perusahaan tambang emas dan tembaga. Perusahaan ini berada di Palangkaraya, Kalimantan Selatan. PT Kelian Equatorial Mining adalah perusahaan tambang emas pit terbuka yang melakukan kegiatan penambangan di Kelian, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Perusahaan ini berkantor pusat di Balikpapan. Logam Mulia merupakan anak perusahaan dari PT Aneka Tambang Tbk, Unit Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia. Memproduksi emas batangan, koin emas, dan lain-lain. Berkantor pusat di Jakarta. PT Mamberamo Indobara merupakan perusahaan tambang yang bergerak di bidang tambang batubara, emas, dan minyak gas. Lokasi tambang berada di daerah Mamberamo, Papua. Perusahaan ini berkantor pusat di Kota Legenda, Bekasi. PT Nusa Halmahera Minerals merupakan perusahaan yang bergerak di pertambangan emas. Perusahaan ini melakukan kegiatan pertambangan di Pulau Halmahera, Maluku Utara. Perusahaan ini berkantor pusat di Jakarta. PT Southern Arc Minerals Inc (Kanada) dan PT Selatan Arc Minerals merupakan perusahaan tambang emas dan tembaga. Kantor pusat berada di Graha Krama Yudha, Warung Jati Barat, Jakarta Selatan. Tambang perusahaan ini berada di beberapa lokasi, seperti Wonogiri, Lombok, dan Sumbawa.
Pengolahan emas ini selain menguntungkan juga dapat memberikan beberapa efek negatif. Selain melakukan eksplorasi alam secara berlebihan, penambangan emas dan pengolahan emas akan menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan. Kasus pencemaran limbah akibat penambangan emas salah satunya terjadi di Perairan Pantai Buyat. Dugaan terjadinya pencemaran logam berat di perairan pantai Buyat karena pembuangan limbah padat (tailing) seharusnya tidak akan terjadi, seandainya limbah tersebut sebelum dibuang dilakukan pengolahan lebih dulu. Pengolahan limbah bertujuan untuk mengurangi hingga kadarnya seminimal mungkin bahkan jika mungkin menghilangkan sama sekali bahan-bahan beracun yang terdapat dalam limbah sebelum limbah tersebut dibuang. Walaupun peraturan dan tatacara pembuangan limbah beracun telah diatur oleh Pemerintah dalam hal ini Kementrian Lingkungan Hidup, tetapi dalam prakteknya dilapangan, masih banyak ditemukan terjadinya pencemaran akibat limbah industri. Mungkin terbatasnya tenaga pengawas disamping proses pengolahan limbah biasanya memerlukan biaya yang cukup besar.Logam berat adalah logam yang massa atom relatifnya besar, kelompok logam-logam ini mempunyai peranan yang sangat penting dibidang industri misalnya : Kadmium Cd digunakan untuk bahan batery yang dapat diisi ulang. Kromium Cr untuk pemberi warna cemerlang atau verkrom pada perkakas dari logam. Kobalt Co untuk bahan magnet yang kuat pada loudspeker atau microphone. Tembaga Cu untuk kawat listrik. Nikel Ni untuk bahan baja tahan karat atau stainless steel. Timbal Pb untuk bahan battery atau Accu pada mobil. Seng Zn untuk pelapis kaleng. Mercury Hg dapat melarutkan emas sehingga banyak digunakan untuk memisahkan emas dari campurannya dengan tanah, bahan pengisi termometer dan dan masih banyak lagi kegunaan logam berat yang tidak mungkin saya sebutkan semuanya disini. Hanya sangat disayangkan disamping begitu banyak kegunaannya, kelompok logam-logam berat ini sangat beracun misalnya Hg, Pb Cd dan Cr dan lain-lain. Ditambah lagi sifatnya yang akumulatif di dalam tubuh manusia, dimana setelah logam berat ini masuk ke dalam tubuh manusia, biasanya melalui makanan yang tercemar logam berat. Logam berat ini tidak dapat dikeluarkan lagi oleh tubuh sehingga makin lama jumlahnya akan semakin meningkat. Jika jumlahnya telah cukup besar baru pengaruh negatifnya terhadap kesehatan mulai terlihat, biasanya logam-logam berat ini menumpuk di otak, syaraf, jantung, hati, ginjal yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan yang ditempatinya. Tersebarnya logam berat di tanah, peraian ataupun udara dapat melalui berbagai hal misalnya, pembuangan secara langsung limbah industri, baik limbah padat maupun limbah cair, tetapi dapat pula melalui udara karena banyak industri yang membakar begitu saja limbahnya dan membuang hasil pembakaran ke udara tanpa melalui pengolahan lebih dulu. Banyak orang beranggapan bahwa dengan cara membakar maka limbah beracun tersebut akan hilang, padahal sebenarnya kita hanya memindahkan dan menyebarkan limbah beracun tersebut keudara. Pencemaran dengan cara ini lebih berbahaya karena udara lebih dinamis sehingga dampak yang diakibatkannya juga akan lebih luas dan membersihkan udara jauh lebih sulit.
Dalam kasus Buyat, logam berat mercury kemungkinan dapat berasal dari limbah proses pemisahan biji emas atau dari tanah bahan tambangnya sendiri memang mengandung mercury. Banyak alternatif yang dapat digunakan untuk mengolah limbah yang mengandung logam berat kususnya mercury diantaranya ialah dengan teknologi Low TemperatureThermal Desorption (LTTD) atau dengan teknologi Phytoremediation. Pada sistem thermal desorption, material diuraikan pada suhu rendah (< 300 oC) dengan pemanasan tidak langsung serta kondisi tekanan udara yang rendah (vakum). Dengan kondisi tersebut material akan lebih mudah diuapkan dibandingkan dalam tekanan tinggi. Jadi dalam sistem ini yang terjadi adalah proses fisika tidak ada reaksi kimia seperti misalnya reaksi oksidasi. Cara ini sangat efektif untuk memisahkan bahan-bahan organik yang mudah menguap misalnya, (volatile organic compounds/VOCs), semi-volatile organic compounds (SVOCs), (poly aromatic hydrocarbon/PAHs), (poly chlorinated biphenyl/PCBs), minyak, pestisida dan beberapa logam Cadmium, Mercury Timbal serta non logam misal Arsen, Sulfur, Chlor dan lain-lain. Material yang telah terpisah dalam bentuk uapnya akan lebih mudah untuk dikumpulkan kembali dengan cara dikondensasikan, diadsorbsi menggunakan filter, larutan atau media lain sehingga tidak tersebar kemana-mana. Dengan sistem thermal desorption material yang berbahaya di pisahkan agar lebih mudah untuk ditangani entah akan dibuang atau dimanfaatkan kembali, sedangkan bahan-bahan organik yang sukar menguap akan terkarbonisasi menjadi arang.
Limbah padat yang mengandung polutan mercury dan arsen dimasukkan ke dalam sistem LTTD, limbah akan mengalami pemanasan tidak langsung dengan kondisi tekanan udara lebih kecil dari 1 atmosfer. Polutan mercury dan arsen akan menguap (desorpsi), sedangkan limbah padat yang telah bersih dari polutan dapat dibuang ke tempat penampungan. Kemudian uap polutan yang terbentuk dialirkan ke dalam media pengabsorpsi (absorber). Untuk menangkap uap logam mercury dapat digunakan butiran logam perak atau tembaga yang kemudian membentuk amalgam. Sedangkan untuk menangkap ion-ion mercury dan arsen dapat digunakan larutan hidroksida (OH- ) - )sulfida (S2--) yang akan mengendapkan ion-ion tersebut. Dalam sistem ini perlu ditambahkan wet scrubber dan filter karbon untuk menangkap partikulat dan gas-gas beracun yang mungkin terbentuk pada proses desorbsi. Keunggulan sistem ini ialah prosesnya cepat dan biaya investasi peralatan dan operasionalnya murah, unitnya dapat dibuat kecil sehingga dapat dibuat sistem yang mobil.
Teknologi mengolah limbah dengan sistem Phytoremediasi, menggunakan tanaman sebagai alat pengolah bahan pencemar. Pada limbah padat atau cair yang akan diolah, ditanami dengan tanaman tertentu yang dapat menyerap, mengumpulkan, mendegradasi bahan-bahan pencemar tertentu yang terdapat di dalam limbah tersebut. Banyak istilah yang diberikan pada sistem ini sesuai dengan mekanisme yang terjadi pada prosesnya. Misalnya : Phytostabilization, yaitu polutan distabilkan di dalam tanah oleh pengaruh tanaman, Phytostimulation : akar tanaman menstimulasi penghancuran polutan dengan bantuan bakteri rhizosphere, Phytodegradation, yaitu tanaman mendegradasi polutan dengan atau tanpa menyimpannya di dalam daun, batang atau akarnya untuk sementara waktu, Phytoextraction, yaitu polutan terakumulasi di jaringan tanaman terutama daun, Phytovolatilization, yaitu polutan oleh tanaman diubah menjadi senyawa yang mudah menguap sehingga dapat dilepaskan ke udara, dan Rhizofiltration, yaitu polutan diambil dari air oleh akar tanaman pada sistem hydroponic.
Proses remediasi polutan dari dalam tanah atau air terjadi karena jenis tanaman tertentu dapat melepaskan zat carriers yang biasanya berupa senyawaan kelat, protein, glukosida yang berfungsi mengikat zat polutan tertentu kemudian dikumpulkan dijaringan tanaman misalnya pada daun atau akar. Keunggulan sistem phytoremediasi diantaranya ialah biayanya murah dan dapat dikerjakan insitu, tetapi kekurangannya diantaranya ialah perlu waktu yang lama dan diperlukan pupuk untuk menjaga kesuburan tanaman, akar tanaman biasanya pendek sehingga tidak dapat menjangkau bagian tanah yang dalam. Yang perlu diingat ialah setelah dipanen, tanaman yang kemungkinan masih mengandung polutan beracun ini harus ditangani secara khusus.
<sup>http://green.kompasiana.com/limbah/2010/10/01/tambang-emas-di-indonesia-dan-cara-pengolahan-limbahnya/
Penyebab Dan Dampak Pencemaran Air, Limbah Pertambangan
Tag : Lingkungan, Penyebab, Dampak, Pencemaran, Limbah, Pertambangan
BERITA - zhonnaidi.wordpress.com -
Limbah pertambangan seperti batubara biasanya tercemar asam sulfat dan senyawa besi, yang dapat mengalir ke luar daerah pertambangan. Air yang mengandung kedua senyawa ini dapat berubah menjadi asam. Bila air yang bersifat asam ini melewati daerah batuan karang/ kapur akan melarutkan senyawa Ca dan Mg dari batuan tersebut.
Penelitian Penurunan Kadar Logam dari Limbah Pertambangan Bijih Emas dan Batubara Secara Biosorpsi
Limbah cair pengolahan bijih emas dan pencucian batubara umumnya mengandung berbagai jenis logam berat antara lain besi (Fe), tembaga (Mn), timbal (Pb) dan seng (Zn). Logam-logam tersebut dapat berasal dari kegiatan pengupasan tanah penutup dan proses pengolahannya.
Pencemaran badan perairan oleh logam dapat diatasi dengan mengolah limbah sebelum dialirkan ke badan perairan. Cara pengolahan yang umum dilakukan adalah dengan cara fisik dan kimia atau gabungan keduanya. Namun kedua cara tersebut dianggap kurang memadai karena menghasilkan limbah sekunder yang membahayakan lingkungan dengan masa yang lebih panjang. Hal ini disebabkan ketoksikan lumpur dapat lepas kembali oleh asam (Hancook, 1996).
Masalah lingkungan akibat pembuangan lumpur yang mengandung ion logam dapat diatasi dengan proses bioremoval yang ramah lingkungan. Proses biosorpsi juga dikenal sebagai passive uptake merupakan proses pengikatan ion logam pada permukaan dinding sel biomassa melalui interaksi fisikokimia.
Ion logam berat mengikat dinding sel dengan dua cara yang berbeda; pertama, pertukaran ion monovalen dan divalen seperti Na, Mg dan Ca pada dinding sel digantikan oleh ion logam berat, kedua adalah formasi kompleks antara ion-ion logam dengan gugus-gugus fungsional (hydroxy, phosphate, dan hydroxy-carboxyl) yang berada pada dinding sel.
Proses biosorpsi ini bersifat bolak balik dan cepat. Proses bolak balik ikatan ion logam berat di permukaan sel ini dapat terjadi pada sel mati dan sel hidup pada suatu biomass. Proses biosorpsi dapat lebih efektif dengan kehadiran tertentu pH dan kehadiran ion-ion lainnya di media di mana logam berat dapat terendapkan sebagai garam yang tidak terlarut.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan :
* Biomassa R. arrhizus dan A.niger mampu menyerap ion logam besi, mangan tembaga, timbal dan seng yang berada dalam limbah proses pengolahan bijih emas dan pencucian batubara.
* Kemampuan R. arrhizus menyerap berbagai logam tersebut lebih tinggi dari pada A.niger.
* Dalam waktu 15 menit kemampuan biomassa R. arrhizus menyerap besi (Fe) sebesar 95,1%, mangan (Mn) 92%, tembaga (Cu) 100%, timbal (Pb) 100%, dan seng (Zn) 100%.
* Dalam waktu 15 menit kemampuan Biomassa A.niger menyerap besi (Fe) sebesar 22,46%, mangan (Mn) 20,20%, tembaga (Cu) 100%, timbal (Pb) 28,28%, dan seng (Zn) 35%.
* Kemampuan penyerapan logam oleh biomassa ditentukan oleh sifat kimia dinding sel. Urutan selektifitas berdasarkan serapan maksimumnya dalam contoh adalah: besi > mangan >tembaga > timbal > seng.
Tentu saja, pada akhirnya pertimbangan ekonomis sangat penting dalam mengevaluasi seluruh proses. Produksi biomassa suatu mikroorganisme, khususnya mikroalga diakui lebih mahal biayanya.
Untuk menghasilkan satu gram biomassa R. arrhizus diperlukan biaya sebesar Rp 21.616,50 (dua puluh satu ribu enam ratus enam puluh enam lima rupiah). Namun demikian, produksi dalam jumlah besar dapat menekan biaya produksi.
Ketika recovery logam berat dilakukan dengan pertimbangan ekonomis, maka perlu juga dipertimbangkan pendekatan secara teknis yang menyangkut mekanisme akumulasi logam berat dengan menggunakan mikroorganisme. Sangat memungkinkan menggunakan metode non-destractive yang membutuhkan regenerasi biomass untuk penggunaan berikutnya.
== Pengolahan minyak ==
|