Kupu, Dukuhturi, Tegal: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Semrawud (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 16:
|kepadatan =-
}}
'''Kupu''' adalah sebuah [[desa]] di kecamatan [[Dukuhturi, Tegal|Dukuhturi]], [[Kabupaten Tegal]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].

==Penduduk==
Mata pencaharian penduduk desaDesa Kupu umumnya adalah sebagai petani, pedagang (wartegan), wiraswasta, guru, PNS, buruh dll. Mayoritas penduduk desaDesa Kupu memeluk agama [[Islam]]. Untuk menunjang pelaksanaan ibadah di desa ini memiliki 2 buah masjid dan 13 musholla/ langgar. Sarana pendidikan yang ada terdapat 3 [[Sekolah Dasar|Sekolah Tingkat Dasar]] yaitu SD 1 Kupu 01 dan SD 2Kupu Kupu02 Inpres dan 1 MI (Madrasah Ibtidaiyah) serta [[Sekolah Menengah Pertama|Sekolah Tingkat Pertama]] yaitu MTs Almunawarah Kupu yang didirikan oleh KH. Chozin Muftie (salah satu kyai dari ponpes [[Ma'hadut Tholabah]], Babakan Tegal). Selain itu terdapat beberapa pendidikan agama atau disebut Sekolah Diniyah dan taman bermain yang berada di wilayah Kupu Kulon tepatnya di lingkungan Musholla Baitul Muttaqin asuhan Bapak Tafsir Abdul Jalil yang dibantu oleh anak-anaknya.
Bermula dari kegiatan mengaji yang dilaksanakan setiap hari setelah ba’da Maghrib dan untuk malam Jum’atnya diadakan pengajian yasinan yang dilakukan oleh ibu-ibu dengan dilanjutkan dengan ceramah agama.
Melihat perkembangan hari ke hari jumlah anak yang mengaji di Musholla tersebut semakin banyak, maka timbullah gagasan untuk membuat suatu wadah yaitu mendirikan sebuah lembaga pendidikan. Minat anak-anak untuk menimba ilmu di tempat itupun cukup tinggi ditambah mendapat sambutan positif dari masyarakat sekitar akhirnya didirikanlah sebuah Yayasan Pendidikan Agama Islam (TK, Madrasah Diniyah untuk anak-anak dan Majelis Ta’lim yaitu mengadakan pengajian rutin mingguan khusus untuk para orang tua). Meskipun lokasinya di Desa dan jauh dari keramaian kota serta berdirinyapun belum cukup lama, namun berkat kegigihan dan kesabaran dalam menanamkan ilmu agama kepada anak didiknya kini telah dirasakan oleh murid, orang tua murid serta masyarakat sekitar.
Sarana pendidikan yang lain yaitu terdapat sarana kesehatan yang dikenal dengan nama Puskesmas Kupu. Banyak masyarakat Desa Kupu dan desa-desa sekitarnya yang memanfaatkan sarana kesehatan tersebut.
Di desa Kupu juga terdapat pasar tradisional yang letaknya berbatesanberbatasan dengan Desa [[Dukuhturi, Dukuhturi, Tegal|Dukuhturi]] banyak orang bilang pasar tersebut bernama Pasar Cilunglung atau Pasar Kupu. Untuk menunjang sarana transportasi, di desa ini juga dilalui trayek transportasi Angkutan Desa Jurusan [[Tegal]] - [[Jatibarang, Brebes|Jatibarang]] yang rutenya dimulai dari Terminal Tegal - Desa [[Tunon, Tegal Selatan, Tegal|Tunon]] - Desa [[Kalinyamat Kulon, Margadana, Tegal|Kalinyamat]] - Desa Dukuhturi - Desa Kupu - Desa [[Ketanggungan, Dukuhturi, Tegal|Ketanggungan]] - Desa [[Gumalar, Adiwerna, Tegal|Gumalar]] - Desa Bersole[[Besole, Adiwerna, Tegal|Besole]] - dan terakhir ke [[Jatibarang, Brebes.|Jatibarang]]
 
==Pertanian==
KONDISI PERTANIAN DI DESA KUPU
Sebagian besar masyarakat desa Kupu bermatapencaharian adalah petani, pedagang (wartegan), guru, PNS dll. Desa Kupu terbelah menjadi dua bagian oleh aliran sungai Kemiri. Di sebelah barat dikenal dengan sebutan Kupu Kulon dan di sebelah Timur dikenal dengan sebutan Kupu Wetan. Satu sebutan lagi adalah Kupu Dukuh karena letaknya dipisahkan oleh [[tegalan]] yang cukup luas dan berada paling timur yang berbatasan dengan Desa [[Pengarasan, Dukuhturi, Tegal|Pengarasan]].
 
Kira-kira padaPada tahun [[1980|80-an]], kejayaan pertanian di Desa Kupu cukup maju. Dari hasil pertanian seperti bawang merah, cabai, padi telah meningkatkan taraf hidup masyarakat petani. Bahkan nilai jual atau sewa tanah pada waktu itu boleh dibilang tinggi karena banyak dari desa-desa lain seperti [[Sidakaton, Dukuhturi, Tegal|Sidakaton]] dan [[Sidapurna, Dukuhturi, Tegal|Sidapurna]] banyak yang menggarap lahan di Desa Kupu. Hal ini pula didukung oleh irigasi yang tertata rapi sehingga di saat musim kemarau tidak kekurangan air. Selain itu adanya kelompok tani dimana setiap hari ada mantri pertanian yang berkunjung ke sawah-sawah untuk memberikan penyuluhan.
Sebagian besar masyarakat desa Kupu bermatapencaharian adalah petani, pedagang (wartegan), guru, PNS dll. Desa Kupu terbelah menjadi dua bagian oleh aliran sungai Kemiri. Di sebelah barat dikenal dengan sebutan Kupu Kulon dan di sebelah Timur dikenal dengan sebutan Kupu Wetan. Satu sebutan lagi adalah Kupu Dukuh karena letaknya dipisahkan oleh tegalan yang cukup luas dan berada paling timur yang berbatasan dengan Desa Pengarasan.
 
Pada waktu itu juga banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang pertanian seperti obat-obatan, pupuk sampai alat-alat pertanian yang mengadakan pertemuan dengan para kelompok tani dalam rangka promosi/uji coba seperti penggunaan pestisida untuk hama ulet, penyubur tanaman salah stau produknya adalah N-Fix, benih padi dll banyak yang diujicobakan di persawahan desa Kupu. Bukan hanya itu saja, pernah dari siswa SMA dari [[Kalimantan]] pernah mengadakan PKL mengenai bercocok tanam bawang. Kurang lebih selama sebulan ia terjun mencari solusi untuk diterapkan di tanah Kalimantan yang katanya kondisi tanahnya berpasir.
Kira-kira pada tahun 80-an, kejayaan pertanian di Desa Kupu cukup maju. Dari hasil pertanian seperti bawang merah, cabai, padi telah meningkatkan taraf hidup masyarakat petani. Bahkan nilai jual atau sewa tanah pada waktu itu boleh dibilang tinggi karena banyak dari desa-desa lain seperti Sidakaton dan Sidapurna banyak yang menggarap lahan di Desa Kupu. Hal ini pula didukung oleh irigasi yang tertata rapi sehingga di saat musim kemarau tidak kekurangan air. Selain itu adanya kelompok tani dimana setiap hari ada mantri pertanian yang berkunjung ke sawah-sawah untuk memberikan penyuluhan.
 
Kemudian pada pertengahan tahun [[1990]]-an, pernah ada tim peneliti dari PBB yaitu WHO yang diketuai/ anggotanya pada waktu, salah satunya yaitu Ir. Misha Kishi dari [[Jepang]] yang mengadakan penelitian terkait penggunaan pestisida bagi para petani. Perlu diketahui bahwa sejak adanya pestisida dalam produk pertanian Indonesia, ekspor hasil pertanian keluar negeri menurun drastis dikarenakan banyak Negaranegara tujuan eskpor menolak produk pertanian Indonesia yang mengandung pestisida. Pestisida sendiri adalah bahan kimia yang apabila dikonsumsi secara terus menerus akan membahayakan kesehatan dan mengakibatkan kanker.
Pada waktu itu juga banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang pertanian seperti obat-obatan, pupuk sampai alat-alat pertanian yang mengadakan pertemuan dengan para kelompok tani dalam rangka promosi/uji coba seperti penggunaan pestisida untuk hama ulet, penyubur tanaman salah stau produknya adalah N-Fix, benih padi dll banyak yang diujicobakan di persawahan desa Kupu. Bukan hanya itu saja, pernah dari siswa SMA dari Kalimantan pernah mengadakan PKL mengenai bercocok tanam bawang. Kurang lebih selama sebulan ia terjun mencari solusi untuk diterapkan di tanah Kalimantan yang katanya kondisi tanahnya berpasir.
 
Kemudian pada pertengahan tahun 1990-an, pernah ada tim peneliti dari PBB yaitu WHO yang diketuai/anggotanya pada waktu, salah satunya yaitu Ir. Misha Kishi dari Jepang yang mengadakan penelitian terkait penggunaan pestisida bagi para petani. Perlu diketahui bahwa sejak adanya pestisida dalam produk pertanian Indonesia, ekspor hasil pertanian keluar negeri menurun drastis dikarenakan banyak Negara tujuan eskpor menolak produk pertanian Indonesia yang mengandung pestisida. Pestisida sendiri adalah bahan kimia yang apabila dikonsumsi secara terus menerus akan membahayakan kesehatan dan mengakibatkan kanker.
 
Dengan dasar itulah WHO mengadakan penelitian di berbagai daerah di Seluruh Indonesia termasuk di Desa Kupu. Beberapa orang petani diwawancarai mengenai akibat bersentuhan langsung dengan pestisida. Ditemukan kasus yang pernah di liput oleh RCTI yaitu kasus Bapak Wajad yang mengalami kelumpuhan yang diakibatkan oleh pestisida. Selain itu beberapa petani yang lain ada juga yang merasakan penglihatannya mulai berkurang akibat seringnya terkena semprotan pestisida. Umumnya, keluhan yang sering dirasakan oleh para petani akibat penggunaan pestisida adalah pusing-pusing, mual-mual dan ada juga yang mengalami muntah-muntah.
Baris 38 ⟶ 40:
Ditambah lagi kondisi pengarian yang rusak akibat tidak dirawat dan telah dimakan usia sehingga disaat musim hujan banyak limpahan air yang sering menggenangi sawah dan sebaliknya di saat musim kemarau terjadi kekurangan air. Perlu diketahui pula bahwa disaat musim kemarau banyak warga khususnya para petani di desa Ketanggungan dan desa Kupu serta mungkin desa-desa lain merasakan susahnya mendapatkan suplai pengairan untuk mengairi ladang/sawah mereka.
 
Kondisi saluran air dari desaDesa Gumalar, Ketanggungan sampai ke Kupu mengalami kerusakan dan pendangkalan karena banyak tumpukan sampah bercampur lumpur sempanjang aliran. Bahkan kondisi ini diperparah dengan tidak terawatnya pintu air karena hilang dicuri orang. Suplai air yang diperoleh dari pintu air Desa Lumingser tidak dapat memenuhi kebutuhan pengairan sawah yang ada di desa Ketanggungan dan desa Kupu sehingga disaat kemarau banyak petani yang menggunakan Diesel untuk menyedot air tanah sebagai solusi pengairan sawah mereka.
 
Dahulu pernah ada proyek pemerintah yaitu menyediakan mesin diesel untuk mengatasi masalah pengairan, namun proyek tersebut tidak berjalan dengan semestinya karena kondisi mesin yang tidak bisa tertahan lama dan akhirnya rusak. Sampai sekarang diesel beserta bangunannya sudah tidak ada lagi, hanya menyisakan pipa sumur air yang masih tertanam dalam tanah.
Baris 46 ⟶ 48:
Saat ini, hamparan sawah di Desa Kupu seakan-akan hidup segan mati tak mau. Kondisi jalan sawah sudah mulai rusak, sarana jembatan yang menghubungkan dengan Kapubaten Brebes (desa Lembarawa) juga rusak ditambah para pemilik sawah yang tidak lagi mampu mengelola sawahnya.
 
Pada tahun 2008 ada kabar bahwa akan ada mega proyek jalan Tol Pejagan-Pemalang (Bakrie Group) yang dalam site plannya pintu masuk melalui Desa Kupu tepatnya di perbatasan sawah antara Desa Sidakaton Dukuh, Lembarawa dan Desa Kupu. Namun sampai saat ini proyek yang sempat santer terdengar kini nyaris tidak terdengar lagi padahal tahap pemetaan/ pematokan sudah dimulai. Namun kini patok-patok yang sudah dilakukan oleh pemerintah/ Bakrie Grup kini telah hilang dicabut oleh masyarakat setempat karena sampai saat ini belum ada kejelasan penggantian tanah yang terkena proyek jalan tol tersebut.
 
JEMBATAN KUPU, DULU “BRUG IRENG” SEKARANG “BRUG SANTO” 
 
Tiga sungai terbesar di Wilayah Tegal adalah Kali Gung, Kali Ketiwon dan Kali Kemiri. Apabila ditelusuri sumber air dari Kali Kemiri berasal dari cabang kali-kali kecil yang kemudian menyatu dengan Kali Kemiri. Anak sungai Kemiri dapat dilihat dari pertigaan sungai yang disebut Sarajiwa/Surajiwa (perbatasan Sidapurna, Sidakaton, Kupu) dan di Desa Gumalar berlanjut sampai Desa Lumingser masih terlihat jelas melalui googlemap. Dari Desa Gumalar genangan air sungai belum mulai tampak, hanya terlihat aliran kecil dan masih terlihat batu kali dan cadas/wadas. Genangan air mulai terlihat di perbatasan antara Desa Gumalar dan Ketanggungan sampai ke Pintu Air Sidapurna atau masaraka sekiar menyebutnya dengan nama Pintu Seng.
Baris 82:
 
(Imam Bukhori, 8-4-11 / 7-9-11)
 
{{Dukuhturi, Tegal}}
 
{{desa-stub}}