Kota Sawahlunto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mamasamala (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
VoteITP (bicara | kontrib)
k merapikan
Baris 82:
}}
 
'''Kota Sawahlunto''' adalah salah satu [[Kota (wilayah administratif)|kota]] yang terletak di provinsi [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]]. Kota yang berjarak sekitar 95 km dari [[kota Padang]] ini, pada awalnya merupakan areal persawahan yangkemudian beradamenjadi dalam wilayah nagari [[Kubang, Guguk, Lima Puluh Kota|Kubang]], kecamatan [[Guguk, Lima Puluh Kota|Guguk]], kabupaten [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima Puluh Kota]], provinsi Sumatera Barat. Dan sejak tahun [[1887]], Sawahlunto mulai dirancang oleh pemerintah [[Hindia-Belanda]] sebagai kotakawasan yang berorientasi pada [[industri]] [[pertambangan]] [[batu bara]].
 
== Geografi ==
Baris 100:
 
== Sejarah ==
Kota Sawahlunto merupakan kota [[Pertambangan|tambang]], yang dimulai sejak ditemukannya cadangan [[batu bara]] di kota ini pada pertengahan [[abad ke-19]] oleh Ir. de Greve, yang kemudian sejak [[1 Desember]] [[1888]] pemerintah [[Hindia-Belanda]] mulai melakukan [[investasi]], yaitu ketika uang sebesar 5.5 juta [[gulden]] ditanamkan oleh pemerintah Hindia-Belanda untuk membangun berbagai fasilitas pengusahaan tambang batubara, dalam memenuhi kebutuhan [[industri]] dan [[transportasi]] masa itu. DanKemudian kemudianhari peristiwa ini diabadikan sebagai ''Hari Jadi Kota Sawahlunto''.
 
Kota ini mulai memproduksi batu bara sejak tahun [[1892]]<ref>Penerbit Buku Kompas, (2001), ''Profil daerah kabupaten dan kota'', Vol. 1, Penerbit Buku Kompas, ISBN 978-979-709-009-8.</ref>, dan seiring dengan itu kota ini mulai menjadi kawasan pemukiman pekerja tambang, dan pemukiman ini terus berkembang menjadi sebuah kota kecil dengan penduduk yang intinya adalah pegawai dan pekerja tambang.
Baris 118:
Sejak tahun [[1940]] sampai dengan akhir tahun 70-an produksi batubara kota ini merosot menjadi hanya puluhan ribu ton pertahun. Bersamaan dengan itu jumlah penduduk kota ini pun mengalami penurunan menjadi 13.561 jiwa pada [[sensus]] tahun [[1980]]. Setelah pemerintah menambah beberapa fasilitas, dan melakukan perubahan manajemen serta penerapan teknologi baru, maka sejak awal tahun 80-an, produksi batu bara kembali meningkat, dan pada akhir tahun 90-an, produksinya melampaui 1 juta ton pertahun. Sehingga jumlah penduduk kota Sawahlunto juga meningkat menjadi 15.279 jiwa menurut sensus tahun [[1990]], walaupun demikian laju pertumbuhan penduduk yang hanya 1,2% pertahun ini masih dibawah rata-rata laju pertumbuhan penduduk [[Sumatera Barat]] yang mencapai 1,62% dan tidak tampak mempunyai korelasi langsung dengan peningkatan produksi batu bara.
 
Dan padaPada tahun [[1990]] wilayah [[administrasi]] kotaKota Sawahlunto diperluas dari hanya 778 ha menjadi 27.345 ha yang membawa konsekuensi jumlah penduduknya meningkat. Berdasarkan hasil sensus [[1995]], jumlah penduduk kota Sawahlunto berubah menjadi 55.090 jiwa. Namun pertumbuhan jumlah penduduk kota ini hanya bersifat sementara karena berdasarkan sensus tahun [[2000]], jumlah penduduk kota Sawahlunto menunjukan gejala menurun, dimana tercatat jumlah penduduk adalah 50.668 jiwa, artinya selama lima tahun telah terjadi penurunan 8%. Hal ini diantaranya disebabkan karena sebagian perumahan pegawai Unit Pertambangan Ombilin (UPO) dipindahkan keluar daerah kota Sawahlunto. Sehingga dari segi ini tampak kaitannya antara usaha pertambangan batu bara dengan pertambahan jumlah penduduk kota Sawahlunto.
 
{| class="wikitable" style="font-size:90%;width:70%;border:0px;text-align:center;line-height:120%;"
Baris 209:
 
== Perekonomian ==
Kota sawahluntoSawahlunto termasuk kota dengan pendapatan per kapita tertinggi sesudah kotaKota Padang di provinsiProvinsi Sumatera Barat<ref>Sjafrizal, ''Ekonomi Regional'', Niaga Swadaya, ISBN 978-979-17475-2-3.</ref>, dimana mata pencarian penduduk sebagian besar ditopang oleh sektor [[pertambangan]] dan [[jasa]]. Selain itu sektor lain seperti [[pertanian]] dan [[peternakan]] juga masih diminati masyarakat. Selain itu, beberapa kawasan sedang dikembangkan untuk menjadi daerah sentral industri kerajinan dan makanan kecil.
 
Selama seratus tahun lebih batu bara telah dieksploitasi mencapai sekitar 30 juta ton, dan masih tersisa cadangan lebih dari 100 juta ton. Namun masa depan penambangan batu bara Ombilin ini masih belum jelas, karena cadangan yang tersisa hanya bisa dieksploitasi sebagai tambang dalam. Dan dapat tidaknya eksploitasi tersebut sangat bergantung kepada penguasaan teknologi serta harga dan permintaan pasar batu bara, selain itu penyelenggaraan pertambangan batu bara ini juga sedang mengalami re-orientsi oleh berkembangnya semangat desentralisasi atau tuntuntan otonomi daerah, yang membangkitkan keinginan masyarakat setempat untuk melakukan penambangan sendiri.
 
== Perhubungan ==
Penemuan cadangan batubara di Kota Sawahlunto mendorong Pemerintah Hindia Belanda waktu itu, untuk membangun rel kereta api menuju Kota Padang dalam mendistribusikan batubara, melalui Kota Padang Panjang sekarang dan diselesaikan pada tahun 1896.<ref>Colombijn, Freek. Paco-Paco (Kota) Padang. hlm. 65.</ref>
 
== Pariwisata ==
Baris 222 ⟶ 225:
 
== Olahraga ==
Di kota ini terdapat gelanggang pacuan kuda, yang bernama [[Lapangan Pacuan Kuda Bukit Kandih]] seluas 39.69 ha milik pemerintah setempat, yangdan dapat menampung 30.000 penonton<ref>www.sawahlunto.go.id [http://www.sawahlunto.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=83&Itemid=141 Gelanggang Pacuan Kuda] (diakses pada 11 Juli 2010)</ref> dan setiap tahunnya di kota ini diselenggarakan olah raga lomba pacu kuda. Selain itu kotaKota sawahluntoSawahlunto juga memiliki arena ''road race'' dengan ''track'' lintasan beraspal ''hotmix'' sepanjang 1.2 km dan telah berstandar nasional<ref>www.sawahlunto.go.id [http://www.sawahlunto.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=82&Itemid=143 Arena Road Race] (diakses pada 11 Juli 2010)</ref>.
 
== Rujukan ==