Sunan Giri: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Menolak perubahan terakhir (oleh 39.211.34.107) dan mengembalikan revisi 4688413 oleh 222.124.80.234 |
||
Baris 1:
'''Sunan Giri''' adalah nama salah seorang [[Walisongo]] dan pendiri kerajaan [[Giri Kedaton]], yang berkedudukan di daerah [[Kabupaten Gresik|Gresik]],
Beberapa babad menceritakan pendapat yang berbeda mengenai silsilah Sunan Giri. Sebagian [[babad]] berpendapat bahwa ia adalah anak Maulana Ishaq, seorang mubaligh yang datang dari [[Asia Tengah]]. Maulana Ishaq diceritakan menikah dengan Dewi Sekardadu, yaitu putri dari Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir kekuasaan Majapahit.
Pendapat lainnya yang menyatakan bahwa Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW; yaitu melalui jalur keturunan
Dalam Hikayat Banjar, Pangeran Giri/Sunan Giri merupakan putera dari pasangan Putri Pasai (Jeumpa?) dengan putera Raja Bali. Putri Pasai adalah puteri Sultan Pasai yang diambil isteri oleh Raja Majapahit yang bernama Dipati Hangrok. Pasangan Putri Pasai dengan Raja Majapahit ini telah memperoleh seorang putera. Kemudian Putri Pasai diberikan oleh Raja Majapahit kepada putera dari Raja Bali. Jadi Pangeran Giri saudara seibu dengan putera Raja Majapahit. Mangkubumi Majapahit masa itu adalaha Patih Maudara.
Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari [[Maulana Ishaq]], seorang mubaligh Islam dari Asia Tengah, dengan [[Dewi Sekardadu]], putri [[Menak Sembuyu]] penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit. Namun kelahirannya dianggap telah membawa kutukan berupa wabah penyakit di wilayah tersebut. Maka ia dipaksa ayahandanya untuk membuang anak yang baru dilahirkannya itu, Lalu Dewi Sekardadu dengan rela menghanyutkan anaknya itu ke laut/selat bali sekarang ini.
Kemudian, bayi tersebut ditemukan oleh sekelompok awak kapal (pelaut) dan dibawa ke Gresik. Di Gresik, dia diadopsi oleh seorang saudagar perempuan pemilik kapal, Nyai Gede Pinatih. Karena ditemukan di laut, dia menamakan bayi tersebut '''Joko Samudra'''.
Ketika sudah cukup dewasa, Joko Samudra dibawa ibunya ke Ampeldenta (kini di [[Kota Surabaya|Surabaya]]) untuk belajar agama kepada [[Sunan Ampel]]. Tak berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Kemudian, Sunan Ampel mengirimnya dan Makdhum Ibrahim ([[Sunan Bonang]]), untuk mendalami ajaran Islam di Pasai. Mereka diterima oleh Maulana Ishaq yang tak lain adalah ayah Joko Samudra. Di sinilah, Joko Samudra, yang ternyata bernama '''Raden Paku''', mengetahui asal-muasal dan alasan mengapa dia dulu dibuang.
Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan
Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di [[Jawa]], bahkan pengaruhnya sampai ke [[Pulau Madura|Madura]], [[Lombok]], [[Kalimantan]], [[Sulawesi]], dan [[Maluku]]. Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut
Terdapat beberapa karya [[seni tradisional]] Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti ''Jelungan'', ''Lir-ilir'' dan ''Cublak Suweng''; serta beberapa ''gending'' (lagu instrumental Jawa) seperti ''Asmaradana'' dan ''Pucung''.
|