Belenggu (Buddhisme): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tjmoel (bicara | kontrib)
k Daftar belenggu: +terjemahan
Tjmoel (bicara | kontrib)
k Daftar belenggu: +terjemahan
Baris 11:
 
== Daftar belenggu ==
{{TahapanBelengguKelahiran|notes=1}}
Belenggu diberi nomor dengan cara yang berbeda antara [[Sutta Pitaka]] dan [[Abhidhamma Pitaka]] [[Kanon Pali]]
 
===Daftar sepuluh belenggu menurut Sutta Pitaka ===
{{TahapanBelengguKelahiran|notes=1}}
Sutta Pitaka dalam Kanon Pali menjelaskan sepuluh "belenggu-belenggu untuk menjadi":<ref>Belenggu-belenggu ini diberi nomor, sebagai contoh, dalam [[Samyutta Nikaya|SN]] 45.179 dan 45.180 (Bodhi, 2000, hal. 1565-66). Artikel berbahasa Pali dan terjemahan bahasa Inggris untuk sepuluh belenggu ini didasari oleh [http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:2509.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), p. 656, "Saŋyojana" entry] (retrieved 2008-04-09).</ref>
#percaya pada diri (<small>Pali</small>:''{{IAST|sakkāya-diṭṭhi}}'')<ref>[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:2684.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), pp. 660-1, "Sakkāya" entry] (retrieved 2008-04-09), menjelaskan ''{{IAST|sakkāya-diṭṭhi}}'' sebagai "teori akan jiwa, bidaah individualitas, spekulasi akan keabadian atau hal lain mengenai individualitas seseorang." Bodhi (2000), p. 1565, [[Samyutta Nikaya|SN]] 45.179, menerjemahkannya sebagai "pandangan identitas"; Gethin (1998), p. 73, menggunakan "pandangan akan kepribadian"; Harvey (2007), p. 71, menggunakan "pandangan-pandangan dalam kelompok yang ada"; [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.013.than.html Thanissaro (2000)] menggunakan "pandangan-pandangan identifikasi-diri"; dan, Walshe (1995), p. 26, menggunakan "kepercayaan-pribadi."</ref>
Baris 22:
#keinginan buruk (''vyāpādo'' atau ''byāpādo'')<ref>[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:2462.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), p. 654, "Vyāpāda" entry] (retrieved 2008-04-09), mendefinisikan ''vyāpādo'' sebagai "berlaku buruk, berbuat jahat: keinginan untuk melukai, kedengkian, keinginan buruk." Bodhi (2000), p. 1565, SN 45.179, Harvey (2007), p. 71, [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.013.than.html Thanissaro (2000)] and Walshe (1995), p. 26, menerjemahkannya sebagai "keinginan buruk" (''"ill will") Gethin (1998), p. 73, menggunakan "keengganan" (''"aversion"'').</ref>
#nafsu akan keberadaan materi, nafsu akan kelahiran kembali secara material (''rūparāgo'')<ref>[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:565.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), pp. 574-5, "Rūpa" entry] (retrieved 2008-04-09), mendefinisikan ''rūparāgo'' sebagai "nafsu setelah kelahiran kembali dalam rūpa" (''"lust after rebirth in rūpa"''). Bodhi (2000), p. 1565, SN 45.180, menerjemahkannya sebagai "nafsu akan bentuk" (''"lust for form"'') Gethin (1998), p. 73, menggunakan "keinginan akan bentuk" (''"desire for form"''). [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.013.than.html Thanissaro (2000)] menggunakan "keinginan akan bentuk" (''"passion for form"''). Walshe (1995), p. 27, menggunakan "keinginan akan keberadaan dalam Dunia Bentuk" (''"craving for existence in the Form World").</ref>
#lustnafsu forakan immaterialkeberadaan existencenon-materi, lustnafsu forakan rebirthkelahiran inkembali adi formlessdunia tanpa realmbentuk (''arūparāgo'')<ref>[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:565.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), pp. 574-5, "Rūpa" entry] (retrieved 2008-04-09), suggestsmenyarankan thatbahwa ''arūparāgo'' maydapat bedijelaskan definedsebagai as"nafsu setelah kelahiran kembali dalam arūpa" (''"lust after rebirth in arūpa." ''). Bodhi (2000), p. 1565, SN 45.180, translatesmenerjemahkannya itsebagai as"nafsu akan ketidakadaan bentuk" (''"lust for the formless."''). Gethin (1998), p. 73, usesmenggunakan "keinginan untuk keadaan tanpa bentuk" (''"desire for the formless."''). Harvey (2007), p. 72, usesmenggunakan "keterikatan akan bentuk murni atau dunia-dunia tanpa bentuk" (''"attachment to the pure form or formless worlds."'') [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.013.than.html Thanissaro (2000)] usesmenggunakan "keinginan untuk apa yang tidak berbentuk" (''"passion for what is formless."''). Walshe (1995), p. 27, usesmenggunakan "keinginan akan keberadaan di Dunia Tanpa Bentuk" (''"craving for existence in the Formless World."'').</ref>
#conceitkesombongan (''māno'')<ref>[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.2:1:3957.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), p. 528, "Māna" entry] (retrieved 2008-04-09), definesmendefinisikan ''māna'' assebagai "kebanggaan, kesombongan, keangkuhan" (''"pride, conceit, arrogance."''). Bodhi (2000), p. 1565, SN 45.180, [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.013.than.html Thanissaro (2000)] and Walshe (1995), p. 27, translatemenerjemahkannya itsebagai as"kesombongan" (''"conceit."''). Gethin (1998), p. 73, usesmenggunakan "kebanggaan" (''"pride."''). Harvey (2007), p. 72, usesmenggunakan "kesombongan 'Saya adalah'" (''"the 'I am' conceit."'').</ref><ref>ForUntuk amembedakan distinction between theantara firstbelenggu fetterpertama, "personalpandangan identityakan view,diri" anddan thisbelenggu eighthke fetter,delapan "conceitkesombongan," seelihat, e.g.contoh:, [[Samyutta Nikaya|SN]] 22.89 [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn22/sn22.089.than.html (trans., Thanissaro, 2001).]</ref>
#restlessnesskegelisahan (''uddhaccaŋ'')<ref>[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.0:1:3582.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), p. 136, "Uddhacca" entry] (retrieved 2008-04-09), definesmendefinisikan ''uddhacca'' assebagai "melampaui-keseimbangan, pergolakan, kegirangan, kebingunan, tergesa-gesa" (''"over-balancing, agitation, excitement, distraction, flurry."''). Bodhi (2000), p. 1565 (SN 45.180), Harvey (2007), p. 72, [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.013.than.html Thanissaro (2000)] and Walshe (1995), p. 27, translatemenerjemahkannya itsebagai as"kegelisahan" (''"restlessness."''). Gethin (1998), p. 73, uses "agitation."</ref>
#ignorancekedunguan (''[[Avidya|avijjā]]'')<ref>[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.0:1:2303.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), p. 85, "Avijjā" entry] (retrieved 2008-04-09), definemendefinisikan ''avijjā'' assebagai "kedunguan; akar buruk utama dan kelahiran kembali yang terus menerus" (''"ignorance; the main root of evil and of continual rebirth."''). Bodhi (2000), p. 1565 (SN 45.180), Gethin (1998), p. 73, [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.013.than.html Thanissaro (2000)] and Walshe (1995), p. 27, translate it as "ignorance." Harvey (2007), p. 72, usesmenggunakan "kedunguan spiritual" (''"spiritual ignorance."'').</ref>
 
AsSebagaimana indicatedditampilkan inpada thetabel tabledisebelah to the rightkanan, throughoutdi thedalam Sutta Pitaka, thelima firstbelenggu fivepertama fettersdirujuk are referred to assebagai "lowerbelenggu fettersrendah" (''orambhāgiyāni saṃyojanāni'') anddan arediberantas eradicatedsegera uponsetelah becomingmenjadi aseorang [[nonpemasuk-returnerarus]]; and,dan thelima lastbelenggu fiveterakhir fettersdirujuk are referred to assebagai "higherbelenggu-belenggu fetterstinggi" (''uddhambhāgiyāni saṃyojanāni''), eradicateddiberantas byoleh anseorang [[arahantarahat]].<ref>ForUntuk referensi single-sutta-tunggal referencesbaik to bothuntuk "higherbelenggu-belenggu fetterstinggi" anddan "lowerbelenggu-belenggu fettersrendah," seelihat, [[Digha Nikaya|DN]] 33 (sectionbagian of fiveskelima) anddan [[Anguttara Nikaya|AN]] 101.13. InDalam otherhal instanceslainnya, asebuah sutta regardingmengenai thebelenggu-belenggu lowerrendah fettersdiikuti isdengan followed by asebuah sutta regardingmengenai the higherbelenggu-belenggu fetterstinggi, asseperti indalam: [[Samyutta Nikaya|SN]] 45.179 and 45.180; SN 46.129 and 46.130; SN 46.183 anddan 46.184; SN 47.103 anddan 47.104; SN 48.123 anddan 48.124; SN 49.53 anddan 49.54; SN 50.53 anddan 50.54; SN 51.85 anddan 51.86; SN 53.53 anddan 53.54; anddan, AN 9.67 anddan 9.70. InSebagai additiontambahana, thelima fivebelenggu lowerrendah fetters alonesendiri (withouttanpa referencerujukan toakan thebelenggu-belenggu higher fetterstinggi) are discusseddidiskusikan, e.g.contoh, indalam [[Majjhima Nikaya|MN]] 64.</ref>
 
== Referensi ==