Belenggu (Buddhisme): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Referensi: +terjemahan |
k →Referensi: +terjemahan |
||
Baris 87:
Sementara belenggu akan keraguan dapat dianggap sebagai upaya untuk menyinggung ajaran [[Shramana''samana'']] yang bersaing selama masa Buddha, belenggu mengenai kebiasaan dan riual
sepertinya merujuk kepada beberapa adat kebiasaan penguasa brahmanik kontemporer.<ref>Sebagai perbandingan, lihat : Gethin (1998), hal. 10-13, untuk sebuah diskusi yang dilakukan Buddha mengenai tradisi sramanik dan brahmanik.</ref>
== Memangkas belenggu ==
<table cellpadding=0 cellspacing=8 width="32%" style="background:Azure; border:1px solid DarkGray; margin:0px 0px 15px 15px; float:right; font-size:90%">
<tr><td style="text-align:center; color:SlateBlue">
<font=3>'''Meditasi<br />dengan belenggu-belenggu'''</font>
<tr><td style="text-align:left; color:DarkSlateBlue">
"Disini, O [[bhikkhu]], seorang bhikkhu mengerti mata dan bentuk materi dan belenggu yang timbul tergantung pada keduanya (mata dan bentuk); ia mengerti bagaimana belenggu yang tidak timbul menjadi timbul; ia mengerti bagaimana mengabaikan belenggu yang timbul tersebut; dan ia mengerti bagaimana hal yang tidak-timbul di masa mendatang akan belenggu yang diabaikan terjadi. [Dan oleh karenanya] ia mengerti telinga dan suara .... indera pembauan dan bau-bauan .... indera pengecapan dan rasa .... indera sentuhan dan obyek yang dapat disentuh .... [dan] kesadaran dan obyek-obyek batin ..."
<tr><td style="text-align:right; color:SlateBlue">
– ''[[Satipatthana Sutta]]'' ([[Majjhima Nikaya|MN]] 10)<ref>[http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/soma/wayof.html#discourse Soma, 1998, bagian "The Six Internal and the Six External Sense-bases."] Perlu digaris bawahi bahwa hanya belenggu yang diabaikan, ''bukan'' [[ayatana|organ indera]] atau obyek indera.</ref>
</table>
Pada [[Majjhima Nikaya|MN]] 64, "Khotbah Panjang kepada Mālunkyāputta," Buddha menyatakan bahwa jalan untuk mengabaikan lima belenggu rendah (yang adalah, lima dari "sepuluh belenggu" ''pertama'' sebagaimana disebutkan terdahulu) adalah melalui pencapaian [[jhana]] dan pengetahuan akan [[vipassana]] secara bersamaan.<ref>{{IAST|Ñāṇamoli}} & Bodhi (2001), pp. 537-41.</ref> Dalam [[Samyutta Nikaya|SN]] 35.54, "Mengabaikan Belenggu," Buddha menyatakan bahwa seseorang yang mengabaikan belenggu-belenggu "ketika ia mengetahui dan melihat ... sebagai [[anicca|ketidak kekalan]]" (<small>Pali</small>:''anicca'') duabelas [[ayatana|sumber indera]] (''āyatana''), hal-hal yang sehubungan dengan enam indera-kesadaran (''{{IAST|viññaṇa}}''), dan hasil reaksi [[Sparśa|sentuhan]] (''phassa'') dan [[Vedana|sensasi]] (''vedanā'').<ref>Bodhi (2000), p. 1148.</ref> Pada hal yang sama, dalam SN35.55, "Menumbangkan Belenggu," Buddha menyatakan bahwa ia yang menumbangkan belenggu "ketika ia mengetahui dan melihat ... sebagai [[Anatta|tanpa diri]]" (''anatta'') sumber indera, indera kesadaran, sentuhan dan sensasi.<ref>Bodhi (2000), p. 1148. Perhatikan bahwa Sutta-Sutta yang menjadi rujukan (MN 64, SN 35.54 and SN 35.55) dapat dilihat saling melengkapi dan konsisten jika, sebagai contoh, menyimpulkan bahwa seseorang perlu menggunakan pencapaian jhanik dan pengetahuan vipassana guna "mengetahui dan melihat" ketidak kekalan dan inti tanpa-diri dari sumber indera, kesadaran, kontak dan sensasi. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai ketidak kekalan dan tanpa-diri, lihat [[Tiga Corak Umum]].</ref>
== Referensi ==
|