Utsman bin 'Affan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 4:
Beliau adalah [[kalifah]] ketiga yang memerintah dari tahun [[644]] hingga [[656]].
'''RINGKASAN KEUTAMAAN ‘UTSMAN BIN ‘AFFAN RA.'''
Nama beliau ra. adalah ’Utsman bin ’Affan bin al-’Ash bin Umayyah bin Abdus Syams bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib, al-Quraisyi al-Umawi al-Makki.
Baris 39 ⟶ 40:
RasuluLlah saw. juga pernah mengangkat ’Utsman ra. sebagai pengganti beliau saw., saat RasuluLlah saw. pergi ke medan Perang Dzat ar-Riqa’ dan Ghathafan, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Sa’ad.
'''KEDERMAWANAN ‘UTSMAN RA.'''
Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Anas, juga al-Hakim –dia menyatakan keshahihan riwayat ini– dari ’AbdurRahman Samurah dia berkata: ’Utsman datang menemui RasuluLlah saw. dengan membawa seribu dinar tatkala dia sedang mempersiapkan Jaysy al-’Usrah (Tentara yang berada dalam kesulitan). Kemudian RasuluLlah saw. menyimpannya di kamarnya dan membalik-balikkan uang tersebut seraya berkata: ”Setelah ini tidak ada pekerjaan ’Utsman yang membahayakan dirinya”. Beliau mengatakan itu sebanyak dua kali. Juga diriwayatkan dari Ibn Syihab Az-Zuhri, bahwa pada Perang Tabuk, ’Utsman ra. membawa lebih dari 940 unta, kemudian membawa 60 kuda untuk menggenapinya menjadi 1000.
Baris 46 ⟶ 48:
(Ma’nawi) ’Utsman ra. juga pernah memberikan seluruh kafilah dagangnya yang baru datang dari Syam untuk fakir dan miskin dari Kaum Muslimin, padahal begitu banyak pedagang yang menawar barang2 tsb dengan bayaran lima kali lipat keuntungan, karena pada saat itu barang-barang tsb. sedang sangat dibutuhkan. Hal ini terjadi di masa kekhilafahan Abu Bakar ra.
'''KEKHILAFAHAN ‘UTSMAN RA.'''
Sebelum wafatnya, ’Umar menunjuk Ahli Syura berjumlah 6 orang untuk memusyawarahkan siapa khalifah selanjutnya. Dari 6 orang mengkerucut menjadi 3, karena 3 orang menyerahkan maslah khilafah pada 3 orang lainnya, yaitu Zubair ra. menyerahkan kepada ’Ali ra., Sa’ad ra. kepada ’AbdurRahman bin ’Auf ra., dan Thalhah ra. kepada ’Utsman ra. Kemudian ’AbdurRahman ra. melepaskan haknya, dan berbicara dengan ’Utsman ra. dan ’Ali ra., kemudian meminta pendapat khalayak ramai. Mayoritas menghendaki ’Utsman ra., dan dalam salah satu riwayat mengatakan bahwa ’Ali ra. adalah orang yang pertama kali membai’at ’Utsman ra. ’Utsman memerintah, sesuai dengan pidato kenegaraannya, dengan kelembutan dan kebijaksanaan kecuali terhadap apa yang mengharuskannya menegakkan hukum (hudud).
Baris 53 ⟶ 56:
(Ma’nawi) ’Utsman ra. juga adalah orang pertama yang memperluas Masjid Nabawi ketika dirasakan masjid itu tidak sanggup menampung jama’ah. Beliau mengeluarkan uang 20.000 dirham untuk keperluan tsb., sebagai jawaban dari keinginan Nabi saw., sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Ibn Asakir.
'''PENGUMPULAN AL-QURAN DI ZAMAN ’UTSMAN RA.'''
Hudzaifah bin al-Yaman sepulang dari Perang di Armenia pergi menemui ’Utsman ra. setelah melihat perbedaan di kalangan umat Islam di beberapa wilayah dalam membaca Al-Quran. Perbedaan yang dapat mengancam lahimya perpecahan. Beliau ra. berkata kepada ’Utsman: ”Aku menjumpai orang-orang, wahai Amirul Mukminin, di mana mereka berselisih di dalam membaca Al-Quran.” Hudzaifah ra. juga berkata: ”Ambillah tindakan untuk umat ini sebelum berselisih tentang kitab mereka seperti orang Kristen dan Yahudi.”
Kemudian ’Utsman ra. mengeluarkan kebijakan beliau ra. guna menertibkan hal itu dan sejumlah besar sahabat ra. sependapat dengan terobosan terpuji tsb. Berkata Ibnut Tin: ”...Sedang pengumpulan ’Utsman sebabnya banyaknya perbedaan dalam hal qiraat, sehingga mereka membacanya menurut logat mereka masing-masing dengan bebas dan ini menyebabkan timbulnya sikap saling menyalahkan, karena kawatir akan timbul bencana , ’Utsman segera memerintahkan menyalin lembaran-lembaran itu dalam satu mushaf dengan menertibkan surah-surahnya dan membatasinya hanya pada bahasa Quraisy saja dengan alasan bahwa Al-Quran diturunkan dengan bahasa mereka (Quraisy). Sekalipun pada mulanya memang diizinkan membacanya dengan bahasa selain Quraisy guna menghindari kesulitan. Dan menurutnya keperluan demikian ini sudah berakhir, karena itulah ia membatasinya hanya pada satu logat saja.” (Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat beberapa rujukan semisal: ”Ulumul Quran” karya Manna Khalil Al-Qattan, ”History of Quranic Text” karya Al-A’zami, dll.)
'''MASA FITNAH DAN BANTAHAN FITNAH TERHADAP ’UTSMAN RA.'''
Seorang tokoh yahudi yang mendengki terhadap Islam dan berpura-pura masuk Islam bernama AbduLlah bin Saba’ beserta Sabaiyah nya (Sabaisme) sangat memainkan peran timbulnya fitnah di masa2 akhir kekhilafahan ’Utsman ra. Provokator-provokator ini berhasil pula memfitnah ’Utsman ra. dengan fitnah-fitnah keji dan berhasil pula menghasut orang-orang berwatak keras yang belum mantap imannya, minim ilmu, fanatik terhadap suatu pendapat, serta berlebih-lebihan (ekstrem) dalam beragama, yaitu orang-orang khawarij, untuk melakukan makar dan konspirasi kepada seorang sahabat utama ra. yang telah dijamin surga. Hal ini ’didukung’ oleh perubahan sosial di masyarakat Islam ketika itu dengan adanya orang-orang yang masuk Islam saat perluasan wilayah, namun tidak seiring dengan pemahaman yang benar tentang Islam itu sendiri kepada mereka.
Baris 71 ⟶ 76:
”Sesungguhnya Allah akan memakaikan kepadamu baju kebesaran (kekuasaan), di mana apabila orang-orang munafik menginginkan agar engkau menanggalkannya, maka janganlah engkau tanggalkan.”
'''SYAHIDNYA ’UTSMAN RA.'''
Musuh-musuh Allah Swt. yang melakukan konspirasi, membunuh ’Utsman ra. dg mengambil kesempatan saat sepinya Madinah karena musim haji. Di sisi lain tidak seorang pun dari sahabat ra. yang menyangka bahwa khawarij dalam hasutan Ibnu Saba’ berani membunuh ’Utsman ra. Beberapa sahabat ra. juga telah berusaha melindungi ’Utsman ra., begitu pula dengan anak-anak mereka ra. Namun saat situasi genting, ’Utsman ra. justru keluar menuju mereka ra. agar tidak turut campur guna mencegah tertumpahnya darah kaum muslimin. Selain itu, beliau ra. pun telah mengetahui bahwa beliau ra. akan menemui syahidnya dalam keadaan aniaya sebagaimana dikabarkan RasuluLlah saw.
Baris 82 ⟶ 88:
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad pula dengan isnad hasan dari ‘Utsman ra. berkata: Aku bertemu Rasul saw. dalam tidurku semalam dan aku melihat Abu Bakar dan ‘Umar. Mereka berkata kepadaku: “Bersabarlah, karena kamu akan berbuka bersama kami nanti”, kemudian Rasul saw. mengambil mushaf Al-Quran dan membukanya di depan ’Utsman. Lalu ia terbunuh di saat membaca Al-Quran.
'''BEBERAPA PERKATAAN HIKMAH DAN ZUHUD ’UTSMAN RA.'''
Dari ’AbduLlah Ar-Rumy, dia berkata: Aku mendengar ’Utsman bin ’Affan (ra.) berkata, ”Sekiranya aku berada di antara surga dan neraka, sementara aku tidak tahu ke mana aku diperintahkan, maka aku suka memilih menjadi debu seelum aku tahu ke arah mana yang aku tuju.”
|