Suku Sunda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 47:
Mayoritas masyarakat Sunda berprofesi sebagai petani, dan berladang, ini disebabkan tanah Sunda yang subur.<ref>{{cite book | last = Hendayana | first = Yayat | publisher= Pikiran Rakyat | title =Jawa Barat 2010, Terdepan atau Terpinggirkan? | date = | year = | url = | accessdate = | isbn = }}</ref> Sampai abad ke-19, banyak dari masyarakat Sunda yang berladang secara berpindah-pindah.
Selain bertani, masyarakat Sunda seringkali memilih untuk menjadi pengusaha dan pedagang sebagai mata pencariannya, meskipun kebanyakan berupa wirausaha kecil-kecilan yang sederhana, seperti menjadi penjaja makanan keliling, membuka [[warung]] atau rumah makan, membuka toko barang kelontong dan kebutuhan sehari-hari, atau membuka usaha cukur rambut, di daerah perkotaan ada pula yang membuka usaha percetakan, distro, cafe, rental mobil dan jual beli kendaraan bekas.
Beberapa jenis makanan jajanan tradisional Indonesia, seperti [[siomay]], [[gado-gado]], [[karedok]], [[nasi goreng]], [[cendol]], [[bubur ayam]], roti bakar, bubur kacang hijau dan warung [[Indomie]] diketahui penjualnya kebanyakan adalah suku Sunda. Profesi pedagang keliling banyak pula dilakoni oleh masyarakat Sunda, terutama asal [[Tasikmalaya]] dan [[Garut]]. Di wilayah perkotaan, banyak orang Sunda yang berprofesi sebagai pegawai negeri, penyanyi, seniman, dan pengusaha. == Tokoh ==
|