Parabel: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k r2.6.4) (bot Mengubah: sl:Parabola (literatura) |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
kelompok : alvin
yusup
aldi B.INDONESIA
sandi
angga
cerita : fabel
cerita kancil dan buaya
tersebutlah kisah KANCIL DAN BUAYA yang masih terkenal hingga saat ini. di sebuah sungai yg airnya tenang terdapat sekelompok buaya yang besar , suatu hari si kancil ingin menyebrangi sungai tersebut dan bahwa tak ada kapal dan jembatan yang bisa membawa ke seberang sungai. dilihatnya seekor buaya sadang berjemur di pinggir sungai .
dengan gagah dan berani , dihampirinya buaya tersebut dan mengatakan ingin membagikann daging segar untuknya dan teman-teman nya , maka buaya tersebut memanggil teman teman nya agar berbaris dan menghitung jumlah buaya .
setelah buaya baris dengan rapih , si kancil melompat dari buaya pertama hingga buaya terakhr menghitung dengan suara lantang ,"satu...dua...tiga..." hingga seterus nya hingga sampai di seberang sungai. setelah sampai kancil mentertawakan buaya dan mengatakan bahwa sebenarnya dia tidak memiliki daging segar, melainkan hanya butuh menyeberangi sungai dengan selamat .
cerita :parabel
damarwulan
Dikisahkan bahwa Adpati Blambangan, Prabu Urubesma, atau yang lebih dikenal dengan Prabu Menakjingga memberontak terhadap kekuasaan Majapahit; didasari keinginannya memperisteri Ratu Majapahit. Sebenarnya Ratu Majapahit telah mengutus Adipati Tuban dan Adipati Kediri untuk menumpas pemberontakan itu, tetapi gagal, bahkan mereka berdua gugus di medan pertempuran. Persoalan Blambangan belum selesai, muncul pasukan dari Wandan Gupita yang hendak menyerang Majapahit. Selanjutnya Ratu Majapahit dalam mimpinya menerima petunjuk Dewata bahwa yang dapat mengalahkan Prabu Urubesma adalah seorang bernama Damarwulan.
Setelah menemukan Damarwulan, Ratu Majapahit mengutus Damarwulan, Ratu Majapahit mengutus Damarwulan menumpas pemberontakan itu dengan diiringi oleh Raden Layangseta dan Raden Layangkumitir. Berkat pertolongan isteri Prabu Urubesma, yaitu Dewi Sasmitaningrum dan Dewi Suselawati, Damarwulan berhasil membunuh Prabu Urubesma.
Di tengah perjalanan pulang menuju Majapahit, Damarwulan dibunuh oleh Raden Layangseta dan Raden Layang Kumitir. Setelah berhasil membunuh Damarwulan dan merampas peti yang berisikan kepala Prabu Urubesma, kedua orang itu pulang ke Majapahit dan mengaku bahwa merekalah yang berhasil membunuh PrabuUrubesma. Prabu Kenya tidak begitu saja mempercayai keterangan kedua orang itu karena tidak sesuai dengan wangsit yang diterimanya.
Ternyata memang benar bahwa Damarwulan masih hidup sehingga untuk membuktikan kebenaran ceritera itu. Damarwulan berperang tanding melawan Raden Layangsetadan Raden Layang Kumitir. Damarwulan berhasil mengalahkan kedua orang itu sehingga ialah yang berhak memperisteri Ratu Majapahit dan bertahta sebagai Raja Majapahit.
Dapat disimpulkan bahwa ceritera ini yang hidup pada masa akhir kejayaan Majapahit masih diwarnai pengaruh agama Hindu. Hal ini terlihat pada waktu Ratu Majapahit menerima wangsit dari Dewata untuk menemukan seorang yang bernama Damarwulan.
Jeng Dewa Ji kula boten dugi,
mring wangsit Hyang Manon,
Damarwulan Kang saged nyirnakke,
mring pun Besma Wusana blenjadi,
Damarwulan lalis,
mengsih Besma Prabu.
Ugi pejah Prabu Urubesmi,
saking dasih katong,
Layangseta Kumitir kalihe,
anglengkara wangsitnya Dewa Ji.
Wangsit yang datang dari Dewata ini dipegang teguh oleh Ratu Majapahit sehingga ia tidak mempercayai keterangan Layangseta dan Layangkumitir yang mengaku telah membunuh Prabu Urubesma. Dan akhirnya memang terbukti bahwa Layangseta dan Layangkumitir telah berbohong terhadap ratunya sehingga mereka dapat dikalahkan Damarwulan dalam perang tanding.
Selain unsur agama Hindu yang tampak masih dominan, dapat ditemui pula unsur mitologi dalam ceritera ini. Unsur mitologi itu mengenai kekuasaan seorang raja yang tidak boleh diganggu gugat. Raja adalah utusan atau wakil Dewata di muka bumi ini yang harus dipatuhi dan ditaati segala perintahnya. Barang siapa yang melawan raja akan hancur binasa. Maka perbuatan Prabu Urubesma yang bernai memberontak terhadap Ratu Majapahit, yang dilandasi keinginannya untuk memperisteri Ratu Majapahit tidak direstui oleh Dewata. Prabu Urubesma yang gagah perkasa, yang tidak dapat mati selain oleh senjata sendiri, besi kuning, akhirnya binasa karena pengkhianatan kedua isterinya.
cerita : sage
pararaton
Serat Pararaton, sebuah historiografi tradisi yang menjadi rujukan utama para sejarawan dalam mempelajari sejarah Singhasari dan Majapahit. Posisi serat ini pun mampu menandingi kitab Negarakertagama dan prasasti-prasasti yang ditinggalkan oleh peradaban Singhasari dan Majapahit. Padahal kitab Negarakertagama dan prasasti-prasasti ini lebih jelas asal-usulnya daripada Serat Pararaton itu sendiri. Seperti yang telah lama diketahui, historiografi tradisi adalah historiografi dimana bercampurnya antara fakta sejarah dengan mitos-mitos yang ada. Dengan bercampurnya antara fakta dan mitos ini tidak serta merta membuat historiografi tradisi diragukan kebenarannya. Sejarawan sendiri lebih banyak mengambil dari Serat Pararaton ketika membicarakan tentang sejarah Singhasari dan Majapahit. Dan apa yang mereka dapat dari serat itu mereka bandingkan dengan Negarakertagama dan prasasti-prasasti yang telah ditemukan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Serat Pararaton adalah inti cerita dari sejarawan-sejarawan yang mengkisahkan sejarah Singhasari dan Majapahit, sementara Negarakertagama dan prasasti-prasasti lain hanya sebagai pembanding, penggembira, dan pelengkap dari kisah-kisah di dalam Serat Pararaton.
Hal yang menarik dalam serat ini adalah tidak jelasnya siapakah pengarang dari Serat Pararaton itu sendiri. Yang dapat dijadikan jejak penelusuran asal mula serat ini adalah nama desa dan waktu penyelesaian Serat Pararaton. Tetapi ini menjadi kontroversi ketika mendapati kenyataan bahwa Serat Pararaton sendiri ditulis pada tahun 1613 M, tepatnya pada masa Sultan Agung Hanyakrakusuma berkuasa. Sangat berbeda dengan kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada masa kerajaan Majapahit. Apalagi bila dibandingkan dengan prasasti-prasasti yang sudah pasti terbukti keabsahannya sebagai sebuah sumber sejarah. Padahal Serat Pararaton ini adalah rujukan utama para sejarawan dalam menganalisa sejarah Singhasari dan Majapahit, tetapi hingga saat ini belum diketahui siapakah penanggungjawab kebenaran-kebenaran peristiwa pada Serat Pararaton tersebut.
Serat Pararaton lebih ke arah sebuah novel yang sarat dengan kisah kepahlawanan, intrik politik, asmara, dendam, dan hasrat akan harta dan kekuasaan. Dan bila ditelisik lebih jauh, serat ini memberitahukan bahwa budaya politik nusantara adalah budaya saling mengkudeta satu sama lain . Bahkan dalam Serat Pararaton digambarkan dengan gamblang tentang perebutan kekuasaan, saling iri-dengki antar saudara, obsesi yang begitu tinggi, sifat megalomania, dendam pribadi, dan lain-lain. Hanya saja apabila dibandingkan dengan Negarakertagama, Serat Pararaton nampak lebih objektif karena tidak hanya membicarakan yang manis-manis saja mengenai sejarah Singhasari dan Majapahit.
Serat Pararaton ini berkisah tentang awal mula Ken Angrok lahir hingga menjelang jatuhnya Majapahit pada masa Bhre Pandanalas (Sri Adi Suraprabhawa Singhawikramawardhana Giripati Pasutabhupati Ketubhuta ). Di dalam nya penuh dengan mitos, fantasi, dan khayalan yang digunakan untuk melegitimasi tokoh-tokoh yang diceritakan di dalamnya. Fakta dan fantasi yang terbaur menjadi satu membuat para ahli sejarah meragukan bahwa Serat Pararaton ditulis untuk merekam kejadian-kejadian pada masa lampau. Hal ini diungkap oleh C.C. Berg yang berpendapat bahwa teks-teks tersebut secara keseluruhan supranatural dan ahistoris, serta dibuat bukan dengan tujuan untuk merekam masa lalu melainkan untuk menentukan kejadian-kejadian di masa depan.
cerita : jenaka
lebai malang
Pak Lebai menimang- nimang untung dan rugi dari setiap undangan. Tetapi ia tidak pernah dapat mengambil keputusan dengan cepat. Ia berpikir, kalau ia ke pesta di desa hulu sungai, tuan rumah akan memberinya hadiah dua ekor kepala kerbau. Namun, ia belum begitu kenal dengan tuan rumah tersebut. Menurut berita, masakan orang-orang hulu sungai tidak seenak orang hilir sungai.
Kalau ia pergi ke pesta di hilir sungai, ia akan mendapat hadiah seekor kepala kerbau yang dimasak dengan enak. Ia juga kenal betul dengan tuan rumah tersebut. Tetapi, tuan rumah di hulu sungai akan memberi tamunya tambahan kue-kue. Hingga ia mulai mengayuh perahunya ketempat pestapun ia belum dapat memutuskan pesta mana yang akan dipilih.
Pertama, dikayuh sampannya menuju hulu sungai. Baru tiba ti ditengah perjalanan ia mengubah pikirannya. Ia berbalik mendayung perahunya ke arah hilir. Begitu hampir sampai di desa hilir sungai. Dilihatnya beberapa tamu menuju hulu sungai. Tamu tersebut mengatakan bahwa kerbau yang disembelih disana sangat kurus. Iapun mengubah haluan perahunya menuju hulu sungai. Sesampainya ditepi desa hulu sungai, para tamu sudah beranjak pulang. Pesta disana sudah selesai.
Pak lebai cepat-cepat mengayuh perahunya menuju desa hilir sungai. Sayangnya, disanapun pesta sudah berakhir. Pak Lebai tidak mendapat kepala kerbau yang diinginkannya.
Saat itu ia sangat lapar, ia memutuskan untuk memancing ikan dan berburu. Untuk itu ia membawa bekal nasi. Untuk berburu ia mengajak anjingnya.
Setelah memancing agak lama, kailnya dimakan ikan. Namun kail itu menyangkut di dasar sungai. Pak Lebaipun terjun untuk mengambil ikan tersebut. Sayangnya ikan itu dapat meloloskan diri. Dan anjingnya memakan nasi bekal pak Lebai. Oleh karena kemalangan nasibnya, pak Lebai diberi julukan Lebai Malang.
cerita : mite
roro jonggrang
Alkisah pada zaman dahulu kala, berdiri sebuah kerajaan yang sangat besar yang bernama Prambanan. Rakyat Prambanan sangat damai dan makmur di bawah kepemimpinan raja yang bernama Prabu Baka. Kerajaan-kerajaan kecil di wilayah sekitar Prambanan juga sangat tunduk dan menghormati kepemimpinan Prabu Baka.
Sementara itu di lain tempat, ada satu kerajaan yang tak kalah besarnya dengan kerajaan Prambanan, yakni kerajaan Pengging. Kerajaan tersebut terkenal sangat arogan dan ingin selalu memperluas wilayah kekuasaanya. Kerajaan Pengging mempunyai seorang ksatria sakti yang bernama Bondowoso. Dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung, sehingga Bondowoso terkenal dengan sebutan Bandung Bondowoso. Selain mempunyai senjata yang sakti, Bandung Bondowoso juga mempunyai bala tentara berupa Jin. Bala tentara tersebut yang digunakan Bandung Bondowoso untuk membantunya untuk menyerang kerajaan lain dan memenuhi segala keinginannya.
Hingga Suatu ketika, Raja Pengging yang arogan memanggil Bandung Bondowoso. Raja Pengging itu kemudian memerintahkan Bandung Bondowoso untuk menyerang Kerajaan Prambanan. Keesokan harinya Bandung Bondowoso memanggil balatentaranya yang berupa Jin untuk berkumpul, dan langsung berangkat ke Kerajaan Prambanan.
Setibanya di Prambanan, mereka langsung menyerbu masuk ke dalam istana Prambanan. Prabu Baka dan pasukannya kalang kabut, karena mereka kurang persiapan. Akhirnya Bandung Bondowoso berhasil menduduki Kerajaan Prambanan, dan Prabu Baka tewas karena terkena senjata Bandung Bondowoso.
Kemenangan Bandung Bondowoso dan pasukannya disambut gembira oleh Raja Pengging. Kemudian Raja Pengging pun mengamanatkan Bandung Bondowoso untuk menempati Istana Prambanan dan mengurus segala isinya,termasuk keluarga Prabu Baka.
Pada saat Bandung Bondowoso tinggal di Istana Kerajaan Prambanan, dia melihat seorang wanita yang sangat cantik jelita. Wanita tersebut adalah Roro Jonggrang, putri dari Prabu Baka. Saat melihat Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso mulai jatuh hati. Dengan tanpa berpikir panjang lagi, Bandung Bondowoso langsung memanggil dan melamar Roro Jonggrang.
“Wahai Roro Jonggrang, bersediakah seandainya dikau menjadi permaisuriku?”, Tanya Bandung Bondowoso pada Roro Jonggrang.
Mendengar pertanyaan dari Bandung Bondowoso tersebut, Roro Jonggrang hanya terdiam dan kelihatan bingung. Sebenarnya dia sangat membenci Bandung Bondowoso, karena telah membunuh ayahnya yang sangat dicintainya. Tetapi di sisi lain, Roro Jonggrang merasa takut menolak lamaran Bandung Bondowoso. Akhirnya setelah berfikir sejenak, Roro Jonggrang pun menemukan satu cara supaya Bandung Bondowoso tidak jadi menikahinya.
“Baiklah,aku menerima lamaranmu. Tetapi setelah kamu memenuhi satu syarat dariku”,jawab Roro Jonggrang.
“Apakah syaratmu itu Roro Jonggrang?”, Tanya Bandung Bandawasa.
“Buatkan aku seribu candi dan dua buah sumur dalam waktu satu malam”, Jawab Roro Jonggrang.
Mendengar syarat yang diajukan Roro Jonggrang tersebut, Bandung Bondowoso pun langsung menyetujuinya. Dia merasa bahwa itu adalah syarat yang sangat mudah baginya, karena Bandung Bondowoso mempunyai balatentara Jin yang sangat banyak.
Pada malam harinya, Bandung Bandawasa mulai mengumpulkan balatentaranya. Dalam waktu sekejap, balatentara yang berupa Jin tersebut datang. Setelah mendengar perintah dari Bandung Bondowoso, para balatentara itu langsung membangun candi dan sumur dengan sangat cepat.
Roro Jonggrang yang menyaksikan pembangunan candi mulai gelisah dan ketakutan, karena dalam dua per tiga malam, tinggal tiga buah candi dan sebuah sumur saja yang belum mereka selesaikan.
Roro Jonggrang kemudian berpikir keras, mencari cara supaya Bandung Bondowoso tidak dapat memenuhi persyaratannya.
Setelah berpikir keras, Roro Jonggrang akhirnya menemukan jalan keluar. Dia akan membuat suasana menjadi seperti pagi,sehingga para Jin tersebut menghentikan pembuatan candi.
Roro Jonggrang segera memanggil semua dayang-dayang yang ada di istana. Dayang-dayang tersebut diberi tugas Roro Jonggrang untuk membakar jerami, membunyikan lesung, serta menaburkan bunga yang berbau semerbak mewangi.
Mendengar perintah dari Roro Jonggrang, dayang-dayang segera membakar jerami. Tak lama kemudian langit tampak kemerah merahan, dan lesung pun mulai dibunyikan. Bau harum bunga yang disebar mulai tercium, dan ayam pun mulai berkokok.
Melihat langit memerah, bunyi lesung, dan bau harumnya bunga tersebut, maka balatentara Bandung Bondowoso mulai pergi meninggalkan pekerjaannya. Mereka pikir hari sudah mulai pagi, dan mereka pun harus pergi.
Melihat Balatentaranya pergi, Bandung Bondowoso berteriak: “Hai balatentaraku, hari belum pagi. Kembalilah untuk menyelesaikan pembangunan candi ini !!!”
Para Jin tersebut tetap pergi, dan tidak menghiraukan teriakan Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso pun merasa sangat kesal, dan akhirnya menyelesaikan pembangunan candi yang tersisa. Namun sungguh sial, belum selesai pembangunan candi tersebut, pagi sudah datang. Bandung Bondowoso pun gagal memenuhi syarat dari Roro Jonggrang.
Mengetahui kegagalan Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang lalu menghampiri Bandung Bondowoso. “Kamu gagal memenuhi syarat dariku, Bandung Bondowoso”, kata Roro Jonggrang.
Mendengar kata Roro Jonggrang tersebut, Bandung Bondowoso sangat marah. Dengan nada sangat keras, Bandung Bondowoso berkata: “Kau curang Roro Jonggrang. Sebenarnya engkaulah yang menggagalkan pembangunan seribu candi ini. Oleh karena itu, Engkau aku kutuk menjadi arca yang ada di dalam candi yang keseribu !”
Berkat kesaktian Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang berubah menjadi arca/patung. Wujud arca tersebut hingga kini dapat disaksikan di dalam kompleks candi Prambanan, dan nama candi tersebut dikenal dengan nama candi Roro Jonggrang. Sementara candi-candi yang berada di sekitarnya disebut dengan Candi Sewu atau Candi Seribu.
|