Borobudur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Anashir (bicara | kontrib)
Menolak perubahan terakhir (oleh 125.165.107.102) dan mengembalikan revisi 4940986 oleh Anashir
Baris 108:
# '''Tahap ketiga''': Terjadi perubahan rancang bangun, undak atas lingkaran dengan stupa tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak ini dengan satu stupa induk yang besar di tengahnya. Karena alasan tertentu pondasi diperlebar, dibangun kaki tambahan yang membungkus kaki asli sekaligus menutup relief Karmawibhangga. Para arkeolog menduga bahwa Borobudur semula dirancang berupa stupa tunggal yang sangat besar memahkotai batur-batur teras bujur sangkar. Akan tetapi stupa besar ini terlalu berat sehingga mendorong struktur bangunan condong bergeser keluar. Patut diingat bahwa inti Borobudur hanyalah bukit tanah sehingga tekanan pada bagian atas akan disebarkan ke sisi luar bagian bawahnya sehingga Borobudur terancam longsor dan runtuh. Karena itulah diputuskan untuk membongkar stupa induk tunggal yang besar dan menggantikannya dengan teras-teras melingkar yang dihiasi deretan stupa kecil berterawang dan hanya satu stupa induk. Untuk menopang agar dinding candi tidak longsor maka ditambahkan struktur kaki tambahan yang membungkus kaki asli. Struktur ini adalah penguat dan berfungsi bagaikan ikat pinggang yang mengikat agar tubuh candi tidak ambrol dan runtuh keluar, sekaligus menyembunyikan relief Karmawibhangga pada bagian Kamadhatu
# '''Tahap keempat''': Ada perubahan kecil seperti penyempurnaan relief, penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki.
 
=== Borobudur diterlantarkan===
[[Berkas:Borobudur Stupa Merapi.jpg|right|thumb|Meletusnya [[Gunung Merapi]] diduga sebagai penyebab utama diterlantarkannya Borobudur]]
Borobudur tersembunyi dan terlantar selama berabad-abad terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik yang kemudian ditumbuhi pohon dan semak belukar sehingga Borobudur kala itu benar-benar menyerupai bukit. Alasan sesungguhnya penyebab Borobudur ditinggalkan hingga kini masih misteri. Tidak diketahui secara pasti sejak kapan bangunan suci ini tidak lagi menjadi pusat ziarah umat Buddha. Pada kurun 928 dan 1006, Raja [[Mpu Sindok]] memindahkan ibu kota kerajaan [[Medang]] ke kawasan [[Jawa Timur]] setelah serangkaian letusan gunung berapi; tidak dapat dipastikan apakah faktor inilah yang menyebabkan Borobudur ditinggalkan, akan tetapi beberapa sumber menduga bahwa sangat mungkin Borobudur mulai ditinggalkan pada periode ini.<ref name="Soekmono4" /><ref name="Murwanto" /> Bangunan suci ini disebutkan secara samar-samar sekitar tahun 1365, oleh [[Mpu Prapanca]] dalam naskahnya ''[[Nagarakretagama]]'' yang ditulis pada masa kerajaan [[Majapahit]]. Ia menyebutkan adanya "Wihara di Budur". Selain itu Soekmono (1976) juga mengajukan pendapat populer bahwa candi ini mulai benar-benar ditinggalkan sejak penduduk sekitar beralih keyakinan kepada Islam pada abad ke-15.<ref name="Soekmono4" />
 
Monumen ini tidak sepenuhnya dilupakan, melalui dongeng rakyat Borobudur beralih dari sebagai bukti kejayaan masa lampau menjadi kisah yang lebih bersifat tahayul yang dikaitkan dengan kesialan, kemalangan dan penderitaan. Dua Babad Jawa yang ditulis abad ke-18 menyebutkan nasib buruk yang dikaitkan dengan monumen ini. Menurut ''Babad Tanah Jawi'' (Sejarah Jawa), monumen ini merupakan faktor fatal bagi Mas Dana, pembangkang yang memberontak kepada Pakubuwono I, raja [[Kesultanan Mataram]] pada 1709.<ref name="Soekmono4">Soekmono (1976), page 4.</ref> Disebutkan bahwa bukit "Redi Borobudur" dikepung dan para pemberontak dikalahkan dan dihukum mati oleh raja. Dalam ''Babad Mataram'' (Sejarah Kerajaan Mataram), monumen ini dikaitkan dengan kesialan Pangeran Monconagoro, putra mahkota [[Kesultanan Yogyakarta]] yang mengunjungi monumen ini pada 1757.<ref name="p5">Soekmono (1976), page 5.</ref> Meskipun terdapat tabu yang melarang orang untuk mengunjungi monumen ini, "Sang Pangeran datang dan mengunjungi '' satria yang terpenjara di dalam kurungan '' (arca buddha yang terdapat di dalam stupa berterawang)". Setelah kembali ke keraton, sang Pangeran jatuh sakit dan meninggal dunia sehari kemudian. Dalam kepercayaan Jawa pada masa Mataram Islam, reruntuhan bangunan percandian dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh halus dan dianggap ''wingit'' (angker) sehingga dikaitkan dengan kesialan atau kemalangan yang mungkin menimpa siapa saja yang mengunjungi dan mengganggu situs ini. Meskipun secara ilmiah diduga, mungkin setelah situs ini tidak terurus dan ditutupi semak belukar, tempat ini pernah menjadi sarang wabah penyakit seperti [[demam berdarah]] atau [[malaria]].
 
=== Penemuan kembali ===
[[Berkas:Borobudur photograph by van kinsbergen.jpg|right|thumb|Foto pertama Borobudur oleh [[Isidore van Kinsbergen]] (1873) setelah monumen ini dibersihkan dari tanaman yang tumbuh pada tubuh candi. Bendera Belanda tampak pada stupa utama candi.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gezicht op de bovenste stupa van het tempelcomplex van de Borobudur TMnr 10023604.jpg|thumb|Teras tertinggi setelah restorasi Van Erp. Stupa utama memiliki menara dengan ''chattra'' (payung) susun tiga.]]
 
Setelah [[Perang Jawa Britania-Belanda|Perang Inggris-Belanda]] dalam memperebutkan pulau Jawa, Jawa dibawah pemerintahan Britania (Inggris) pada kurun 1811 hingga 1816. [[Thomas Stamford Raffles]] ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, dan ia memiliki minat istimewa terhadap sejarah Jawa. Ia mengumpulkan [[artefak]]-artefak antik kesenian Jawa kuno dan membuat catatan mengenai sejarah dan kebudayaan Jawa yang dikumpulkannya dari perjumpaannya dengan rakyat setempat dalam perjalanannya keliling Jawa. Pada kunjungan inspeksinya di [[Semarang]] tahun 1814, ia dikabari mengenai adanya sebuah monumen besar jauh di dalam hutan dekat desa Bumisegoro.<ref name="p5" /> Karena berhalangan dan tugasnya sebagai Gubernur Jenderal, ia tidak dapat pergi sendiri untuk mencari bangunan itu dan mengutus H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki keberadaan bangunan besar ini. Dalam dua bulan, Cornelius beserta 200 bawahannya menebang pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di bukit Borobudur dan membersihkan lapisan tanah yang mengubur candi ini. Karena ancaman longsor, ia tidak dapat menggali dan membersihkan semua lorong. Ia melaporkan penemuannya kepada Raffles termasuk menyerahkan berbagai gambar sketsa candi Borobudur. Meskipun penemuan ini hanya menyebutkan beberapa kalimat, Raffles dianggap berjasa atas penemuan kembali monumen ini, serta menarik perhatian dunia atas keberadaan monumen yang pernah hilang ini.<ref name="Raffles1814" />
 
Hartmann, seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda di Keresidenan Kedu meneruskan kerja Cornelius dan pada 1835 akhirnya seluruh bagian bangunan telah tergali dan terlihat. Minatnya terhadap Borobudur lebih bersifat pribadi daripada tugas kerjanya. Hartmann tidak menulis laporan atas kegiatannya; secara khusus, beredar kabar bahwa ia telah menemukan arca buddha besar di stupa utama.<ref name="p6">Soekmono (1976), page 6.</ref> Pada 1842, Hartmann menyelidiki stupa utama meskipun apa yang ia temukan tetap menjadi misteri karena bagian dalam stupa kosong.
 
Pemerintah [[Hindia Belanda]] menugaskan F.C. Wilsen, seorang insinyur pejabat Belanda bidang teknik, ia mempelajari monumen ini dan menggambar ratusan sketsa relief. J.F.G. Brumund juga ditunjuk untuk melakukan penelitian lebih terperinci atas monumen ini, yang dirampungkannya pada 1859. Pemerintah berencana menerbitkan artikel berdasarkan penelitian Brumund yang dilengkapi sketsa-sketsa karya Wilsen, tetapi Brumund menolak untuk bekerja sama. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menugaskan ilmuwan lain, C. Leemans, yang mengkompilasi [[monografi]] berdasarkan sumber dari Brumund dan Wilsen. Pada 1873, monograf pertama dan penelitian lebih detil atas Borobudur diterbitkan, dilanjutkan edisi terjemahannya dalam bahasa Perancis setahun kemudian.<ref name="p6" /> Foto pertama monumen ini diambil pada 1873 oleh ahli engrafi Belanda, [[Isidore van Kinsbergen]].<ref name="p42">Soekmono (1976), page 42.</ref>
 
Penghargaan atas situs ini tumbuh perlahan. Untuk waktu yang cukup lama Borobudur telah menjadi sumber cenderamata dan pendapatan bagi pencuri, penjarah candi, dan kolektor "pemburu artefak". Kepala arca Buddha adalah bagian yang paling banyak dicuri. Karena mencuri seluruh arca buddha terlalu berat dan besar, arca sengaja dijungkirkan dan dijatuhkan oleh pencuri agar kepalanya terpenggal. Karena itulah kini di Borobudur banyak ditemukan arca Buddha tanpa kepala. Kepala Buddha Borobudur telah lama menjadi incaran kolektor benda antik dan museum-museum di seluruh dunia. Pada 1882, kepala inspektur artefak budaya menyarankan agar Borobudur dibongkar seluruhnya dan reliefnya dipindahkan ke museum akibat kondisi yang tidak stabil, ketidakpastian dan pencurian yang marak di monumen.<ref name="p42" /> Akibatnya, pemerintah menunjuk Groenveldt, seorang arkeolog, untuk menggelar penyelidikan menyeluruh atas situs dan memperhitungkan kondisi aktual kompleks ini; laporannya menyatakan bahwa kekhawatiran ini berlebihan dan menyarankan agar bangunan ini dibiarkan utuh dan tidak dibongkar untuk dipindahkan. Pada tahun 1896, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dihadiahkan kepada [[Raja Thailand]], [[Chulalongkorn]] yang mengunjungi [[Hindia Belanda]] (kini Indonesia) sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda ketika itu.
 
=== Pemugaran ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Affiche voor het herstel van de Borobudur TMnr 20018452.jpg|thumb|right|Poster tahun 1971 menyerukan upaya penyelamatan Borobudur]]
Borobudur kembali menarik perhatian pada 1885, ketika Yzerman, Ketua Masyarakat Arkeologi di Yogyakarta, menemukan ''kaki tersembunyi''.<ref name="kompas">{{cite news|publisher=[[Kompas]]|title=Borobudur Pernah Salah Design?|language=Indonesian|url=http://www.kompas.com/kompas-cetak/0004/07/dikbud/boro09.htm|archiveurl=http://web.archive.org/web/20071226230646/http://www.kompas.com/kompas-cetak/0004/07/dikbud/boro09.htm|archivedate=26 December 2007|date=7 April 2000|accessdate=23 August 2008}}</ref> Foto-foto yang menampilkan relief pada kaki tersembunyi dibuat pada kurun 1890–1891.<ref name="p43">Soekmono (1976), page 43.</ref> Penemuan ini mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengambil langkah menjaga kelestarian monumen ini. Pada 1900, pemerintah membentuk komisi yang terdiri atas tiga pejabat untuk meneliti monumen ini: Brandes, seorang sejarawan seni, Theodoor van Erp, seorang insinyur yang juga anggota tentara Belanda, dan Van de Kamer, insinyur ahli konstruksi bangunan dari Departemen Pekerjaan Umum.
 
[[Berkas:Borobudur restoration.png|thumb|left|200px|Penanaman beton dan pipa [[PVC]] untuk memperbaiki sistem drainase Borobudur pada pemugaran tahun 1973]]
Pada 1902, komisi ini mengajukan proposal tiga langkah rencana pelestarian Borobudur kepada pemerintah. Pertama, bahaya yang mendesak harus segera diatasi dengan mengatur kembali sudut-sudut bangunan, memindahkan batu yang membahayakan batu lain di sebelahnya, memperkuat pagar langkan pertama, dan memugar beberapa relung, gerbang, stupa dan stupa utama. Kedua, memagari halaman candi, memelihara dan memperbaiki sistem drainase dengan memperbaiki lantai dan pancuran. Ketiga, semua batuan lepas dan longgar harus dipindahkan, monumen ini dibersihkan hingga pagar langkan pertama, batu yang rusak dipindahkan dan stupa utama dipugar. Total biaya yang diperlukan pada saat itu ditaksir sekitar 48.800 [[Gulden]].
 
Pemugaran dilakukan pada kurun 1907 dan 1911, menggunakan prinsip [[anastilosis]] dan dipimpin Theodor van Erp.<ref name="unesco2004">{{cite press release|publisher=[[UNESCO]]|title=UNESCO experts mission to Prambanan and Borobudur Heritage Sites|date=31 August 2004}}</ref> Tujuh bulan pertama dihabiskan untuk menggali tanah di sekitar monumen untuk menemukan kepala buddha yang hilang dan panel batu. Van Erp membongkar dan membangun kembali tiga teras melingkar dan stupa di bagian puncak. Dalam prosesnya Van Erp menemukan banyak hal yang dapat diperbaiki; ia mengajukan proposal lain yang disetujui dengan anggaran tambahan sebesar 34.600 gulden. Van Erp melakukan rekonstruksi lebih lanjut, ia bahkan dengan teliti merekonstruksi ''chattra'' (payung batu susun tiga) yang memahkotai puncak Borobudur. Pada pandangan pertama, Borobudur telah pulih seperti pada masa kejayaannya. Akan tetapi rekonstruksi ''chattra'' hanya menggunakan sedikit batu asli dan hanya rekaan kira-kira. Karena dianggap tidak dapat dipertanggungjawabkan keasliannya, Van Erp membongkar sendiri bagian ''chattra''. Kini mastaka atau kemuncak Borobudur ''chattra'' susun tiga tersimpan di Museum Karmawibhangga Borobudur.
 
Akibat anggaran yang terbatas, pemugaran ini hanya memusatkan perhatian pada membersihkan patung dan batu, Van Erp tidak memecahkan masalah drainase dan tata air. Dalam 15 tahun, dinding galeri miring dan relief menunjukkan retakan dan kerusakan.<ref name="unesco2004" /> Van Erp menggunakan beton yang menyebabkan terbentuknya kristal garam alkali dan kalsium hidroksida yang menyebar ke seluruh bagian bangunan dan merusak batu candi. Hal ini menyebabkan masalah sehingga renovasi lebih lanjut diperlukan.
 
Pemugaran kecil-kecilan dilakukan sejak itu, tetapi tidak cukup untuk memberikan perlindungan yang utuh. Pada akhir 1960-an, [[Pemerintah Indonesia]] telah mengajukan permintaan kepada masyarakat internasional untuk pemugaran besar-besaran demi melindungi monumen ini. Pada 1973, rencana induk untuk memulihkan Borobudur dibuat.<ref name="1973restoration">{{cite journal|title=The Restoration and Conservation Project of Borobudur Temple, Indonesia. Planning: Research: Design|author=Caesar Voute|journal=Studies in Conservation|volume=18|issue=3|doi=10.2307/1505654|year=1973|pages=113–130|last2=Voute|first2=Caesar|jstor=1505654}}</ref> Pemerintah Indonesia dan [[UNESCO]] mengambil langkah untuk perbaikan menyeluruh monumen ini dalam suatu proyek besar antara tahun 1975 dan 1982.<ref name="unesco2004" /> Pondasi diperkokoh dan segenap 1.460 panel relief dibersihkan. Pemugaran ini dilakukan dengan membongkar seluruh lima teras bujur sangkar dan memperbaiki sistem drainase dengan menanamkan saluran air ke dalam monumen. Lapisan saringan dan kedap air ditambahkan. Proyek kolosal ini melibatkan 600 orang untuk memulihkan monumen dan menghabiskan biaya total sebesar 6.901.243 dollar AS.<ref>{{cite press release|publisher=[[UNESCO]]|title=Cultural heritage and partnership; 1999|url=http://unesdoc.unesco.org/images/0011/001163/116321Eo.pdf|accessdate=17 August 2008|format=PDF}}</ref> Setelah renovasi, UNESCO memasukkan Borobudur ke dalam daftar [[Situs Warisan Dunia]] pada tahun 1991.<ref name="unesco-whc" /> Borobudur masuk dalam kriteria Budaya (i) "mewakili mahakarya kretivitas manusia yang jenius", (ii) "menampilkan pertukaran penting dalam nilai-nilai manusiawi dalam rentang waktu tertentu di dalam suatu wilayah budaya di dunia, dalam pembangunan arsitektur dan teknologi, seni yang monumental, perencanaan tata kota dan rancangan lansekap", dan (vi) "secara langsung dab jelas dihubungkan dengan suatu peristiwa atau tradisi yang hidup, dengan gagasan atau dengan kepercayaan, dengan karya seni artistik dan karya sastra yang memiliki makna universal yang luar biasa".<ref name="unesco-whc" />
 
=== Peristiwa kontemporer ===
[[Berkas:Borobudur monks 1.jpg|thumb|right|Biksu peziarah tengah bermeditasi di pelataran puncak]]
[[Berkas:Borobudur Tourism.jpg|upright|thumb|Turis di Borobudur]]
Setelah pemugaran besar-besaran pada 1973 yang didukung oleh [[UNESCO]],<ref name="1973restoration" /> Borobudur kembali menjadi pusat keagamaan dan ziarah agama Buddha. Sekali setahun pada saat bulan purnama sekitar bulan Mei atau Juni, umat Buddha di Indonesia memperingati hari suci [[Waisak]], hari yang memperingati kelahiran, wafat, dan terutama peristiwa pencerahan [[Siddhartha Gautama]] yang mencapai tingkat kebijaksanaan tertinggi menjadi Buddha Shakyamuni. Waisak adalah hari libur nasional di Indonesia<ref>{{cite press release|url=http://menkokesra.go.id/content/view/460/73/|publisher=Coordinating Ministry for Public Welfare|title=Keputusan Bersama tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama tahun 2006|language=Indonesian|accessdate=17 August 2008}}{{dead link|date=June 2011}}</ref> dan upacara peringatan dippusatkan di tiga candi Buddha utama dengan ritual berjalan dari Candi Mendut menuju Candi Pawon dan prosesi berakhir di Candi Borobudur.<ref name="walubi-The_Meaning_of_Procession">
{{cite web
| title=The Meaning of Procession
| publisher=Walubi (Buddhist Council of Indonesia)
| work=Waisak
| url=http://www.walubi.or.id/waisak/waisak_emakna_prosesi.shtml
| accessdate=28 December 2008
}}</ref>
 
Pada 21 Januari 1985, sembilan stupa rusak parah akibat sembilan bom.<ref>{{cite news|title=1,100-Year-Old Buddhist Temple Wrecked By Bombs in Indonesia|publisher=The Miami Herald|date=22 January 1985|url=http://nl.newsbank.com/nl-search/we/Archives?p_product=MH&s_site=miami&p_multi=MH&p_theme=realcities&p_action=search&p_maxdocs=200&p_topdoc=1&p_text_direct-0=0EB3619008FD4B9F&p_field_direct-0=document_id&p_perpage=10&p_sort=YMD_date:D&s_trackval=GooglePM|accessdate=17 August 2008}}</ref> Pada 1991 seorang penceramah muslim beraliran ekstrem yang tunanetra, Husein Ali Al Habsyie, dihukum penjara seumur hidup karena berperan sebagai otak serangkaian serangan bom pada pertengahan dekade 1980-an, termasuk serangan atas Candi Borobudur.<ref>{{cite journal|author=Harold Crouch|journal=Institute of Southeast Asian Studies|title=The Key Determinants of Indonesia's Political Future|url=http://www.iseas.edu.sg/72002.pdf|year=2002|issn=0219-3213|volume=7|format=PDF}}</ref> Dua anggota kelompok ekstrem sayap kanan djatuhi hukuman 20 tahun penjara pada tahun 1986 dan seorang lainnya menerima hukuman 13 tahun penjara.
 
[[Berkas:Trail of civilisations.jpg|thumb|left|Sendratari "Mahakarya Borobudur" digelar di Borobudur]]
Monumen ini adalah obyek wisata tunggal yang paling banyak dikunjungi di Indonesia. Pada 1974 sebanyak 260.000 wisatawan yang 36.000 diantaranya adalah wisatawan mancanegara telah mengunjungi monumen ini.<ref name="Hampton2004">{{cite journal| author=Mark P. Hampton| title=Heritage, Local Communities and Economic Development| journal=Annals of Tourism Research| doi=10.1016/j.annals.2004.10.010| volume=32| issue=3| pages=735–759| year=2005}}</ref> Angka ini meningkat hingga mencapai 2,5 juta pengunjung setiap tahunnya (80% adalah wisatawan domestik) pada pertengahan 1990-an, sebelum [[Krisis finansial Asia 1997]].<ref name="Sedyawati1997">{{cite conference|author=E. Sedyawati| title=Potential and Challenges of Tourism: Managing the National Cultural Heritage of Indonesia| booktitle=Tourism and Heritage Management| editor=W. Nuryanti (ed.)| pages=25–35| publisher=Gajah Mada University Press| location=Yogyakarta| year=1997}}</ref> Akan tetapi pembangunan pariwisata dikritik tidak melibatkan masyarakat setempat sehingga beberapa konflik lokal kerap terjadi.<ref name="Hampton2004" /> Pada 2003, penduduk dan wirausaha skala kecil di sekitar Borobudur menggelar pertemuan dan protes dengan pembacaan puisi, menolak rencana pemerintah provinsi yang berencana membangun kompleks mal berlantai tiga yang disebut 'Java World'.<ref>{{cite news|url=http://www.time.com/time/printout/0,8816,501030203-411454,00.html| accessdate=23 August 2008| title=Battle of Borobudur| author=Jamie James| date= 27 January 2003| publisher=[[Time (magazine)|Time]]}}</ref> Upaya masyarakat setempat untuk mendapatkan penghidupan dari sektor pariwisata Borobudur telah meningkatkan jumlah usaha kecil di sekitar Borobudur. Akan tetapi usaha mereka untuk mencari nafkah seringkali malah mengganggu kenyamanan pengunjung. Misalnya pedagang cenderamata asongan yang mengganggu dengan bersikeras menjual dagangannya; meluasnya lapak-lapak pasar cenderamata sehingga saat hendak keluar kompleks candi, pengunjung malah digiring berjalan jauh memutar memasuki labirin pasar cenderamata. Jika tidak tertata maka semua ini membuat kompleks candi Borobudur semakin semrawut.
 
Pada 27 Mei 2006, gempa berkekuatan 6,2 skala mengguncang pesisir selatan Jawa Tengah. Bencana alam ini menghancurkan kawasan dengan korban terbanyak di [[Yogyakarta]], akan tetapi Borobudur tetap utuh.<ref>{{cite news|url=http://www.smh.com.au/news/world/an-ancient-wonder-reduced-to-rubble/2006/05/29/1148754940170.html|title=An ancient wonder reduced to rubble|author=Sebastien Berger|date=30 May 2006|accessdate=23 August 2008|publisher=The Sydney Morning Herald}}</ref>
 
Pada 28 Agustus 2006 simposium bertajuk Trail of Civilizations (jejak peradaban) digelar di Borobudur atas prakarsa Gubernur Jawa Tengah dan Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan, juga hadir perwakilan UNESCO dan negara-negara mayoritas Buddha di Asia Tenggara, seperti Thailand, Myanmar, Laos, Vietnam, dan Kamboja. Puncak acara ini adalah pagelaran sendratari kolosal "Mahakarya Borobudur" di depan Candi Borobudur. Tarian ini diciptakan dengan berdasarkan gaya tari tradisional Jawa, musik gamelan, dan busananya, menceritakan tentang sejarah pembangunan Borobudur. Setelah simposium ini, sendratari Mahakarya Borobudur kembali dipergelarkan beberapa kali, khususnya menjelang peringatan Waisak yang biasanya turut dihadiri Presiden Republik Indonesia.
 
[[Berkas:Batu peringatan pemugaran candi Borobudur.JPG|thumb|upright|Batu peringatan pemugaran candi Borobudur dengan bantuan UNESCO]]
 
UNESCO mengidentifikasi tiga permasalahan penting dalam upaya pelestarian Borobudur: (i) vandalisme atau pengrusakan oleh pengunjung; (ii) erosi tanah di bagian tenggara situs; (iii) analisis dan pengembalian bagian-bagian yang hilang.<ref name="UNESCO report">
{{cite web
| title=Section II: Periodic Report on the State of Conservation
| publisher=UNESCO World Heritage
| work=State of Conservation of the World Heritage Properties in the Asia-Pacific Region
| url=http://whc.unesco.org/archive/periodicreporting/apa/cycle01/section2/592.pdf
| accessdate=23 February 2010
}}</ref> Tanah yang gembur, beberapa kali gempa bumi, dan hujan lebat dapat menggoyahkan struktur bangunan ini. Gempa bumi adalah faktor yang paling parah, karena tidak saja batuan dapat jatuh dan pelengkung ambruk, tanah sendiri bergerak bergelombang yang dapat merusak struktur bangunan.<ref name="UNESCO report" /> Meningkatnya popularitas stupa menarik banyak pengunjung yang kebanyakan adalah warga Indonesia. Meskipun terdapat banyak papan peringatan untuk tidak menyentuh apapun, pengumandangan peringatan melalui pengeras suara dan adanya penjaga, vandalisme berupa pengrusakan dan pencorat-coretan relief dan arca sering terjadi, hal ini jelas merusak situs ini. Pada 2009, tidak ada sistem untuk membatasi jumlah wisatawan yang boleh berkunjung per hari, atau menerapkan tiap kunjungan harus didampingi pemandu agar pengunjung selalu dalam pengawasan.<ref name="UNESCO report" />
 
=== Rehabilitasi ===
Borobudur sangat terdampak letusan [[Gunung Merapi]] pada Oktober adan November 2010. Debu vulkanik dari Merapi menutupi kompleks candi yang berjarak {{convert|28|km|mi|0}} arah barat-baratdaya dari kawah Merapi. Lapisan debu vulkanik mencapai ketebalan {{convert|2,5|cm|in|0}}<ref name=antara2983>{{cite web|author=| coauthors=| title = Covered in volcanic ash, Borobudur closed temporarily | url =http://antaranews.com/en/news/1289042983/covered-in-volcanic-ash-borobudur-closed-temporarily | publisher = from, Magelang, C Java (by ANTARA News) | date =6 November 2010 | accessdate =6 November 2010 }}</ref> menutupi bangunan candi kala letusan 3–5 November 2010, debu juga mematikan tanaman di sekitar, dan para ahli mengkhawatirkan debu vulkanik yang secara kimia bersifat asam dapat merusak batuan bangunan bersejarah ini. Kompleks candi ditutup 5 sampai 9 November 2010 untuk membersihkan luruhan debu.<ref>{{cite web
| title = Borobudur Temple Forced to Close While Workers Remove Merapi Ash
| publisher = [[Jakarta Globe]]
| date = 7 November 2010
| url = http://www.thejakartaglobe.com/home/borobudur-temple-forced-to-close-while-workers-remove-merapi-ash/405343
| accessdate =7 November 2010 }}</ref><ref>{{cite web
| title = Inilah Foto-foto Kerusakan Candi
| language =Indonesian
| publisher = Tribun News
| date = 7 November 2010
| url = http://www.tribunnews.com/2010/11/07/inilah-foto-foto-kerusakan-candi-borobudur
| accessdate =7 November 2010 }}</ref>
 
Mencermati upaya rehabilitasi Borobudur setelah letusan Merapi 2010, [[UNESCO]] telah menyumbangkan dana sebesar 3 juta dollar AS untuk mendanai upaya rehabilitasi. Membersihkan candi dari endapan debu vulkanik akan menghabiskan waktu sedikitnya 6 bulan, disusul penghijauan kembali dan penanaman pohon di lingkungan sekitar untuk menstabilkan suhu, dan terakhir menghidupkan kembali kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat.<ref>{{cite news|url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/02/17/borobudur%E2%80%99s-postmerapi-eruption-rehabilitating-may-take-three-years-official.html|title=Borobudur’s post-Merapi eruption rehabilitating may take three years: Official|date=2011-02-17}}</ref>
Lebih dari 55.000 blok batu candi harus dibongkar untuk memperbaiki sistem tata air dan drainase yang tersumbat adonan debu vulkanik bercampur air hujan. Restorasi berakhir November 2011, lebih awal dari perkiraan semula.<ref>http://www.thejakartapost.com/news/2011/06/28/borobudur-clean-finish-november.html</ref>
 
== Arsitektur ==