Sastra Islam: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 52:
10.Karya bercorak sejarah atau historiografi. Karya semacam ini sering pula disebut salasilah. Khazanahnya tergolong banyak dalam sastra Melayu. Yang terkenal ialah Hikayat Raja-raja Pasai, Sejarah Melayu, Hikayat Aceh, dan lain-lain.
==Perdebatan Seputar Sastra Islam==
[[AA Navis]] merupakan salah seorang sastrawan yang menolak sastra Islam, dan menyebutnya sebagai hal yang utopis untuk saat ini. Diikuti oleh pendapat Edy A. Effendi<ref>Media Indonesia, 3 Juli 2005</ref> membuat kesimpulan agar sastra Islam ditolak karena tidak ada estetika yang diusungnya. Demikian pula halnya dengan pendapat [[Chavchay Syaifullah]]<ref>Media Indonesia, 10 Juli 2005</ref>, juga [[Aguk Irawan MN]] dalam tulisannya: Merumuskan Kembali Konsep Sastra Islami<ref>Republika, 23 November 2003</ref>.
Kebalikan dari itu, Abdul Hadi WM<ref>Abdul Hadi WM. Makalah: Islam, Puitika Al Quran dan Sastra, 2003</ref> menyebut bahwa pandangan dan anggapan yang meragukan nisbah Islam dengan sastra dan kesangsian bahwa sastra Islam dengan tema, corak pengucapan, wawasan estetik serta pandangan dunia tersendiri, pada umumnya timbul untuk menafikan sumbangan Islam terhadap kebudayaan dan peradaban umat manusia. Sebagian anggapan berkembang karena semata kurangnya perhatian dari umat Islam dewasa ini terhadap sastra dan tiadanya apresiasi. Ditambahkannya, sastra Islam itu ada, bahkan eksis. [[Sastra Hindu]] saja ada, maka tidak masuk akal kalau sastra Islam dinafikan.
==Catatan Kaki==
{{reflist}}
|