Abimanyu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rubinbot (bicara | kontrib)
k r2.5.4) (bot Menambah: or:ଅଭିମନ୍ୟୁ
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{TMH Infobox|
| Image = Abhimanyu.jpg
| Caption = Pangeran Abimanyu (kiri) dan istrinya,{{br}}[[Utara (Mahabharata)|Utara]] (kanan)
| Nama = Abimanyu
| Devanagari = अभिमन्यु
| Ejaan_Sansekerta = Abhiman'yu
| Nama_lain = Parthasuta;{{br}}Parthātmaja (Partha-Atmaja)
| Asal = [[Hastinapura]], [[Kerajaan Kuru]]
| Pasangan = [[Utara (Mahabharata)|Utara]]
| Senjata = [[Panah]]
| Kitab = ''[[Mahabharata]]''
| Orangtua = [[Arjuna]] dan [[Subadra]]
| Kasta = Ksatriya
| Asal = [[Hastinapura]], [[Kerajaan Kuru]]
| Anak = [[Parikesit]]
}}
'''Abimanyu''' ([[bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: अभिमन्यु, ''abhiman'yu'') adalah seorang tokoh dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia adalah putera [[Arjuna]] dari salah satu istrinya yang bernama [[Subadra]]. Ditetapkan bahwa Abimanyu-lah yang akan meneruskan [[Yudistira]]. Dalam wiracarita ''[[Mahabharata]]'', ia dianggap seorang pahlawan yang tragis. Ia gugur dalam [[Perang di Kurukshetra|pertempuran besar di Kurukshetra]] sebagai [[kesatria]] termuda dari pihak [[Pandawa]], karena baru berusia enam belas tahun. Abimanyu menikah dengan [[Utara (Mahabharata)|Utara]], puteri Raja [[Wirata]] dan memiliki seorang putera bernama [[Parikesit]], yang lahir setelah ia gugur.
 
== Arti nama ==
Abimanyu terdiri dari dua kata [[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]], yaitu ''abhi'' (berani) dan ''man'yu'' (tabiat). Dalam [[bahasa SansekertaSanskerta]], kata ''Abhiman'yu'' secara [[harfiah]] berarti "ia yang memiliki sifat tak kenal takut" atau "yang bersifat kepahlawanan".
 
Abimanyu terdiri dari dua kata [[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]], yaitu ''abhi'' (berani) dan ''man'yu'' (tabiat). Dalam [[bahasa Sansekerta]], kata ''Abhiman'yu'' secara [[harfiah]] berarti "ia yang memiliki sifat tak kenal takut" atau "yang bersifat kepahlawanan".
 
== Kelahiran, pendidikan, dan pertempuran ==
 
Saat belum lahir karena berada dalam rahim ibunya, Abimanyu mempelajari pengetahuan tentang memasuki formasi mematikan yang sulit ditembus bernama [[Chakrawyuha]] dari [[Arjuna]]. [[Mahabharata]] menjelaskan bahwa dari dalam rahim, ia menguping pembicaraan [[Kresna]] yang sedang membahas hal tersebut dengan ibunya, [[Subadra]]. Kresna berbicara mengenai cara memasuki Chakrawyuha dan kemudian Subadra (ibu Abimanyu) tertidur maka sang bayi tidak memiliki kesempatan untuk tahu bagaimana cara meloloskan diri dari formasi itu.
 
Baris 46 ⟶ 44:
 
== Penjelasan mengenai kematiannya ==
 
Abimanyu adalah [[inkarnasi]] dari putera [[Candra|Dewa bulan]]. Ketika Sang Dewa bulan ditanya oleh Dewa yang lain mengenai kepergian puteranya ke bumi, ia membuat perjanjian bahwa puteranya tinggal di bumi hanya selama 16 tahun sebagaimana ia tak dapat menahan perpisahan dengan puteranya. Abimanyu berusia 16 tahun saat ia terbunuh dalam pertempuran.
 
PuteraPutra Abimanyu, yaitu [[Parikesit]], lahir setelah kematiannya, dan menjadi satu-satunya kesatria [[Kuru (raja)|Keluarga Kuru]] yang selamat setelah [[Bharatayuddha]], dan melanjutkan garis keturunan [[Pandawa]]. Abimanyu seringkali dianggap sebagai kesatria yang terberani dari pihak Pandawa, yang sudi melepaskan hidupanya saat peperangan dalam usia yang masih sangat muda.
 
== Abimanyu dalam pewayangan Jawa ==
Baris 65 ⟶ 62:
 
=== Bharatayuddha ===
 
Abimanyu gugur dalam perang [[Bharatayuddha]] setelah sebelumnya seluruh saudaranya mendahului gugur, pada saat itu kesatria dari Pihak [[Pandawa]] yang berada di medan laga dan menguasai strategi perang hanya tiga orang yakni [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]], [[Arjuna]] dan Abimanyu. [[Gatotkaca]] menyingkir karena [[Karna]] merentangkan senjata ''Kunta Wijayadanu''. Bima dan Arjuna dipancing oleh satria dari pihak [[Korawa]] untuk keluar dari medan pertempuran, maka tinggalah Abimanyu.
 
Baris 73 ⟶ 69:
 
== Kakawin Bharatayuddha ==
 
Kutipan di bawah ini diambil dari ''[[Kakawin Bharatayuddha]]'', yang menceritakan pertempuran terakhir Sang Abimanyu.
 
{| border="0";
|-
| align=center bgcolor="#ccccff" |'''Sloka'''||align=center bgcolor="#ccccff"|'''Terjemahan'''
|-
| ''Ngkā Sang Dharmasutā təgəg mulati tingkahi gəlarira nātha Korawa, āpan tan hana Sang Wrəkodara Dhanañjaya wənanga rumāmpakang gəlar. Nghing Sang Pārthasutābhimanyu makusāra rumusaka gəlar mahā dwija, manggəh wruh lingirāng rusak mwang umasuk tuhu i wijili rāddha tan tama''
----
| Pada saat itu [[Yudistira]] tercengang melihat formasi perang Raja Korawa, sebab Bima dan Arjuna tak ada padahal merekalah yang dapat menghancurkannya. Hanya Putera Arjuna, yaitu Abimanyu yang bersedia merusak formasi yang disusun pendeta [[Drona]] itu. Ia berkata bahwa ia yakin dapat menggempur dan memasuki formasi tersebut, hanya saja ia belum tahu bagaimana cara keluar dari formasi tersebut.
----
|-
| ''Sāmpun mangkana çighra sāhasa masuk marawaça ri gəlar mahā dwija. Sang Pārthātmaja çūra sāra rumusuk sakəkəsika linañcaran panah, çirṇa ngwyuha lilang təkap Sang Abhimanyu təka ri kahanan Suyodhana. Ḍang Hyang Droṇa Krəpāpulih karaṇa Sang Kurupati malayū marīnusi.''
----
| Setelah demikian, mereka segera membelah dan menyerang formasi pendeta Drona tersebut dengan dahsyat. Sang Abimanyu merupakan kekuatan yang membinasakan formasi tersebut dengan tembakan panah. Sebagai akibat serangan Abimanyu, formasi tersebut hancur sampai ke pertahanan Duryodana. Dengan ini Dona dan [[Krepa]] mengadakan serangan balasan, sehingga Duryodana dapat melarikan diri dan tidak dikejar lagi.
----
|-
| ''Ṇda tan dwālwang i çatru çakti mangaran Krətasuta sawatək Wrəhadbala. Mwang Satyaçrawa çūra mānta kəna tan panguḍili pinanah linañcaran. Lāwan wīra wiçesha putra Kurunātha mati malara kokalan panah. Kyāti ng Korawa wangça Lakshmanakumāra ngaranika kaish Suyodhana.''
----
| Dengan ini tak dapat dipungkiri lagi musuh yang sakti mulai berkurang seperti Kretasuta dan keluarga Wrehadbala. Juga Satyaswara yang berani dan gila bertarung tertembak sebelum dapat menimbulkan kerusakan sedikit pun karena dihujani panah. Putera Raja Korawa yang berani juga gugur setelah ia tertusuk panah. Putera tersebut sangat terkenal di antara keluarga Korawa, yaitu Laksmanakumara, yang disayangi [[Duryodana|Suyodhana]].
----
|-
| ''Ngkā ta krodha sakorawālana manah panahira lawan açwa sarathi. Tan wāktān tang awak tangan suku gigir ḍaḍa wadana linaksha kinrəpan. Mangkin Pārthasutajwalāmurək anyakra makapalaga punggəling laras. Dhīramūk mangusir ỵaçānggətəm atễn pəjaha makiwuling Suyodhana.''{{br}}
----
| Pada waktu itu seluruh keluarga Korawa menjadi marah, dan dengan tiada hentinya mereka memanahkan senjatanya. Baik kuda maupun kusirnya, badan, tangan, kaki, punggung, dada, dan muka Abimanyu terkena ratusan panah. Dengan ini Abimanyu makin semangat. Ia memegang cakramnya dan dengan panah yang patah ia mengadakan serangan. Dengan ketetapan hati ia mengamuk untuk mencari keharuman nama. Dengan hati yang penuh dendam, ia gugur di tangan Suyodhana.
----
|-
| ''Ri pati Sang Abhimanyu ring raṇāngga. Tənyuh araras kadi çéwaling tahas mas. Hanana ngaraga kālaning pajang lèk. Çinaçah alindi sahantimun ginintən.''
----
| Ketika Abimanyu terbunuh dalam pertempuran, badannya hancur. Indah untuk dilihat bagaikan lumut dalam periuk emas. Mayatnya terlihat dalam sinar bulan dan telah tercabik-cabik, sehingga menjadi halus seperti [[mentimun]].
----
|}
Baris 113 ⟶ 108:
* {{en}} [http://moralstories.wordpress.com/2006/08/09/veera-abhimanyu/ Moral Stories.com: Kisah yang menceritakan keberanian Abimanyu]
* {{en}} [http://www.mahabharataonline.com/ Mahabharata Online: Situs tentang tokoh dan cerita Mahabharata]
{{Mahabharata}}
 
 
{{Tokoh Mahabharata}}