Namun, pada saat yang sama, jelas bahwa keadaan pikiran Inem (hasrat, keyakinan, dll) memengaruhi tubuhnya dan sebaliknya: Inem menyentuh kompor panas (peristiwa fisik) yang mengakibatkan rasa sakit (peristiwa pikiran) dan membuatnya berteriak (peristiwa fisik), yang lalu memunculkan rasa takut dan hati-hati (peristiwa pikiran), dan lain-lain.
Argumen Descartes sangat bergantung kepada premis bahwa apa yang menurutdiyakini Inem sebagai gagasan yang "jelas dan berbeda" di pikirannya itu benar. Banyak filsuf kontemporer yang meragukannya.<ref name="CE">Dennett D., (1991), ''Consciousness Explained'', Boston: Little, Brown & Company</ref><ref name="SS">Stich, S., (1983), ''From Folk Psychology to Cognitive Science''. Cambridge, MA: MIT Press (Bradford)</ref><ref>Ryle, G., 1949, The Concept of Mind, New York: Barnes and Noble</ref> Contohnya, [[Joseph Agassi]] menyatakan bahwa semenjak abad ke-20, penemuan-penemuan ilmiah telah mengacaukan gagasan mengenai akses istimewa terhadap gagasan seseorang. [[Sigmund Freud|Freud]] telah menunjukkan bahwa pengamat yang dilatih secara psikologis dapat lebih memahami motivasi bawah sadar seseorang daripada orang itu sendiri. [[Pierre Duhem|Duhem]] telah membuktikan bahwa filsuf sains dapat lebih mengetahui metode penemuan seseorang daripada orang itu sendiri, sementara [[Bronisław Malinowski|Malinowski]] telah menunjukkan bahwa seorang antropolog dapat lebih mengetahui adat dan perilaku seseorang daripada orang yang memraktikkan adat dan perilakunya. Agassi juga menekankan bahwa percobaan psikologis modern yang mengakibatkan orang-orang melihat hal yang tidak ada merupakan dasar untuk menolak argumen Descartes karena ilmuwan dapat lebih mendeskripsikan persepsi seseorang daripada orang itu sendiri.<ref>{{cite book | author=Agassi, J. | title=Privileged Access; ''Science in Flux, Boston Stidues in the Philosophy of Science'', 80| publisher=Reidel| location=Dordrecht| year=1975}}</ref><ref>{{cite book | author=Agassi, J. | title=La Scienza in Divenire | publisher=Armando | location=Rome | year=1997}}</ref> Akan tetapi, kritik ini punya titik lemah karena meremehkan kemampuan introspeksi manusia. Memang benar bahwa orang melakukan kesalahan di dunia, namun mereka tidak selalu melakukan kesalahan. Maka, mengasumsikan bahwa seseorang selalu salah mengenai keadaan dan sifat pikirannya sendiri merupakan sesuatu yang menggelikan.
== Catatan kaki ==
|