Trenggana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di masa +pada masa); kosmetik perubahan
Baris 5:
Gelar "[[Sultan]]" yang diberinya dalam tradisi Jawa sebetulnya belum disandang pada masa itu<ref>[[M. C. Ricklefs]], ''A History of Modern Indonesia since c. 1200'', halaman 38</ref>. Di Jawa, penguasa yang pertama memakai gelar "Sultan" adalah [[Pangeran Ratu]] dari [[Kesultanan Banten|Banten]], tahun 1638.
 
== Dongengan ==
{{rujukan}}
=== Silsilah ===
Dalam tradisi Jawa, Trenggana adalah putra [[Raden Patah]] pendiri [[Demak]] yang lahir dari permaisuri Ratu Asyikah putri [[Sunan Ampel]]. Menurut ''Suma Oriental'', ia dilahirkan sekitar tahun 1483. Ia merupakan adik kandung [[Pangeran Sabrang Lor]]/Raden Surya/Sultan Surya Alam, raja [[Demak]] sebelumnya (versi ''Serat Kanda'').
 
Trenggana memiliki beberapa orang putra dan putri. Diantaranya yang paling terkenal ialah [[Sunan Prawoto]] yang menjadi raja penggantinya, [[Ratu Kalinyamat]] yang menjadi bupati [[Jepara]], Ratu Mas Cempaka yang menjadi istri [[Sultan Hadiwijaya]], dan Pangeran Timur yang berkuasa sebagai adipati di wilayah [[Madiun]] dengan gelar [[Rangga Jumena]].
 
=== Kenaikan tahta ===
Sepeninggal [[Pangeran Sabrang Lor]] tahun 1521 terjadi perebutan takhta antara kedua adiknya, yaitu Raden Kikin dan Raden Trenggana. Putra sulung Trenggana yaitu Raden Mukmin alias Muk Ming (nama kecil [[Sunan Prawoto]]) mengirim utusan membunuh Raden Kikin di tepi sungai. Sejak itu Raden Kikin terkenal sebagai Pangeran Sekar Seda ing Lepen (artinya, "bunga yang gugur di sungai").
 
Baris 23:
Tokoh [[Fatahillah]] inilah yang pada tahun 1527 dikirim membantu [[Sunan Gunung Jati]] raja [[Cirebon]] menghadapi [[Pajajaran]] dan [[Portugis]]. Ia berhasil membebaskan pelabuhan [[Sunda Kelapa]] dan mengganti namanya menjadi [[Jayakarta]] atau [[Jakarta]].
 
=== Penaklukan Majapahit ===
Upacara pernikahan [[Fatahillah]] tahun 1524 dikejutkan dengan berita kematian [[Sunan Ngudung]] dalam perang melawan [[Majapahit]]. Adapun ibu kota [[Majapahit]] saat itu sudah pindah ke [[Daha]] di bawah pemerintahan [[Girindrawardhana]]. Raja [[Majapahit]] ini hanyalah bersifat simbol, karena pemerintahan dikendalikan penuh oleh Patih Hudara. Sang Patih juga menjalin persahabatan dengan [[Portugis]] untuk memerangi [[Demak]].
 
Akhirnya pada tahun 1527 pasukan [[Demak]] dipimpin [[Sunan Kudus]] (putra [[Sunan Ngudung]]) berhasil mengalahkan [[Majapahit]]. Kerajaan yang pernah berjaya dipada masa lalu itu akhirnya musnah sama sekali. Terjadi arus pelarian besar-besaran dari kerabat kerajaan Majapahit, hal ini disebabkan mereka takut akan dihukum karena dukungan mereka pada [[Girindrawardhana]] saat ia mengkudeta [[Brawijaya]] pada tahun 1478. Tampaknya ibukota Daha juga mengalami nasib yang sama dengan [[Trowulan]], hal ini merupakan pembalasan keturunan [[Brawijaya]] yang menjadi penguasa Demak atas tindakan [[Girindrawardhana]] pada saat ia merebut tahta [[Majapahit]].
 
Selain itu [[Tuban]] juga ditaklukkan pada tahun yang sama. Penguasa [[Tuban]] menurut catatan [[Portugis]] bernama Pate Vira, seorang [[muslim]] tapi setia kepada [[Majapahit]]. Berita ini menunjukkan kalau perang antara [[Demak]] dan [[Majapahit]] dilandasi persaingan kekuasaan, bukan karena sentimen antara agama [[Islam]] dan [[Hindu]].
Baris 34:
Antara tahun 1541-1542 [[Demak]] menaklukkan [[Lamongan]], [[Blitar]], dan Wirasaba ([[Mojoagung, Jombang]]). [[Gunung Penanggungan]] yang menjadi pusat sisa-sisa pelarian [[Majapahit]] direbut tahun 1543. Kemudian Kerajaan Sengguruh di [[Malang]], yang pernah menyerang [[Giri Kedaton]], dikalahkan tahun 1545.
 
=== Ekspedisi ke Banjarmasin ===
Pada tahun 1526 Raja Demak yang diduga adalah Trenggana alias Tung Ka lo<ref>{{id}} {{cite book|pages=70 |url=http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&lpg=PA78&dq=suma%20oriental&pg=PA70#v=onepage&q=suma%20oriental&f=false |title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|first=Slamet |last=Muljana|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|year=2005|isbn=9798451163}}ISBN 9789798451164978-979-8451-16-4</ref><ref>{{nl icon}} {{cite journal|url=http://books.google.co.id/books?id=dPFAAAAAcAAJ&dq=raja%20kotaringin&pg=PA236#v=onepage&q&f=false|pages=236 |title=Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkundem |volume= 6 |issue=3 |author=Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde |year=1857}}</ref> telah megirimkan seribu pasukan untuk membantu Pangeran Samudera untuk berperang melawan pamannya Pangeran Tumenggung penguasa [[Kerajaan Negara Daha]] terakhir. Kemenangan diraih oleh Pangeran Samudera sebagai [[Sultan Banjarmasin]] I, sedangkan Pangeran Tumenggung diijinkan menetap di pedalaman yaitu [[daerah Alay]] dengan seribu penduduk.<br />
Hikayat Banjar :
''Maka Pangeran Samudera itu, sudah tetap kerajaannya di Banjarmasih itu, maka masuk Islam. Diislamkan oleh Penghulu Demak itu. Maka waktu itu ada orang negeri Arab datang, maka dinamainya Pangeran Samudera itu [[Sultan Suryanullah]]. Banyak tiada tersebut. Maka Penghulu Demak dengan Menteri Demak itu disuruh Sultan Suryanullah kembali. Maka orang Demak yang mati berperang ada dua puluh itu, disilih laki-laki dan perempuan yang dapat [dari] menangkap, tertangkap tatkala berperang itu, orang empat puluh. Maka Penghulu Demak dan Menteri Demak serta segala kaumnya sama dipersalin. Yang terlebih dipersalinnya itu penghulunya, karena itu yang mengislamkan. Serta persembah Sultan Suryanullah emas seribu tahil, intan dua puluh biji, lilin dua puluh pikul, pekat seribu galung, damar seribu kindai, tetudung seribu buah, tikar seribu kodi, kajang seribu bidang. Sudah itu maka orang Demak itu kembali. Itulah maka sampai sekarang ini di [[Demak, Demak|Demak]] dan [[Tedunan, Wedung, Demak|Tadunan]] itu ada asalnya anak-beranak cucu-bercucu itu asal orang [[Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan|Nagara]] itu; tiada lagi tersebut.''<ref name="hikayat banjar">{{ms}}{{cite book|first=[[Johannes Jacobus Ras|Johannes Jacobus]]|last=Ras|title=''[[Hikayat Banjar]]'' diterjemahkan oleh [[Siti Hawa Salleh]]|location=Malaysia (Selangor Darul Ehsan)|publisher=Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka |year= 1990|isbn=9789836212405}}ISBN 983621240X983-62-1240-X</ref>
 
=== Sunan Kalijaga ===
Pada tahun 1543 Trenggana mengundang [[Sunan Kalijaga]] pindah ke [[Demak]]. [[Sunan Kalijaga]] sendiri sebelumnya membantu [[Sunan Gunung Jati]] berdakwah di [[Cirebon]].
 
Baris 46:
[[Sunan Kalijaga]] diangkat sebagai imam baru dan diberi tanah perdikan di Kadilangu.
 
=== Kematian ===
Berita kematian Trenggana ditemukan dalam catatan seorang [[Portugis]] bernama '''Fernandez Mendez Pinto'''.
 
Baris 73:
{{lifetime|1483|1546|}}
 
[[Kategori:rajaRaja Demak]]
[[Kategori:Kerajaan Demak]]
[[Kategori:Tokoh yang dibunuh]]