Gapura Bajang Ratu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-diatas +di atas)
Gunkarta (bicara | kontrib)
Baris 6:
"Bajang Ratu" dalam [[bahasa Jawa]] berarti "[[raja]] / [[bangsawan]] yang [[kecil]] / [[kerdil]] / [[cacat]]". Dari arti nama tersebut, gapura ini dikaitkan penduduk setempat dengan [[Raja]] [[Jayanegara]] ([[Majapahit#Raja-raja Majapahit|raja kedua Majapahit]]) dan tulisan dalam [[Serat]] [[Pararaton]], ditambah [[legenda]] masyarakat. Disebutkan bahwa ketika dinobatkan menjadi raja, [[usia]] Jayanegara masih sangat muda ("[[bujang]]" / "''bajang''") sehingga diduga gapura ini kemudian diberi sebutan "Ratu Bajang / Bajang Ratu" (berarti "Raja Cilik"). Jika berdasarkan [[legenda]] setempat, dipercaya bahwa ketika kecil Raja Jayanegara terjatuh di gapura ini dan mengakibatkan cacat pada tubuhnya, sehingga diberi nama "Bajang Ratu" ("Raja Cacat").
 
Sejarawan mengkaitkan gapura ini dengan [[Çrenggapura]] ([[Çri Ranggapura]]) atau [[Kapopongan]] di Antawulan (Trowulan), sebuah tempat suci yang disebutkan dalam [[Kakawin]] [[Negarakretagama]]: ''"Sira ta dhinarumeng Kapopongan, bhiseka ring crnggapura pratista ring antawulan"'', sebagai ''pedharmaan'' (tempat suci). Di situ disebutkan bahwa setelah meninggal pada tahun 1250 Saka (sekitar [[1328]] {{Masehi}}), tempat tersebut dipersembahkan untuk [[arwah]] Jayanegara yang wafat. Jayanegara di[[dharma]]kan di Kapopongan serta dikukuhkan di [[Antawulan]] ([[Trowulan]]). Reruntuhan bekas [[candi]] tempat Jayanegara didharmakan tidak ditemukan, yang tersisa tinggal gapura paduraksa ini dan pondasi bekas pagar. Penyebutan "Bajang Ratu" muncul pertama kali dalam ''[[Oundheitkundig Verslag]]'' (OV) tahun [[1915]].
 
== Struktur bangunan ==