Candi Prambanan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: menghilangkan referensi [ * ]
Tag: menghilangkan referensi [ * ]
Baris 28:
Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh [[Rakai Pikatan]] dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja [[Balitung|Balitung Maha Sambu]]. Berdasarkan [[prasasti Siwagrha]] berangka tahun 856 M, bangunn suci ini dibangun untuk memuliakan dewa [[Siwa]], dan nama asli bangunan ini dalam bahasa [[sansekerta]] adalah '''Siwagrha''' (sansekerta:''Shiva-grha'' yang berarti: 'Rumah Siwa') atau '''Siwalaya''' (Sansekerta:''Shiva-laya'' yang berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa').<ref>Prasasti Siwagrha, [[Museum Nasional Indonesia]]</ref> Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalak [[sungai Opak]] yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks cani Prambanan. Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks candi. Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih luas bagi pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi pendamping).
 
Beberapa arkeolog berpendapat bahwa [[arca]] Siwa di garbhagriha (ruang utama) dalam candi Siwa sebagai candi utama merupakan arca perwujudan raja [[Balitung|King Balitung]], sebagai arca pedharmaan anumerta beliau.<ref>Soetarno, Drs. R. second edition (2002). "Aneka Candi Kuno di Indonesia" (Ancient Temples in Indonesia), pp. 16. Dahara Prize. Semarang. ISBN 979-501-098-0.</ref> Nama '''Prambanan''', berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga merupakan perubahan nama dialek [[bahasa Jawa]] dari "Para Brahman", yang mungkin merujuk kepada masa jaya candi ini yang dahulu dipenuhi oleh para [[brahmana]].
 
Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh raja-raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja [[Daksa]] dan [[Tulodong]], dan diperluas dengan membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar candi utama. Karena kemegahan candi ini, candi Prambanan berfungsi sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai upacara penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejaawan menduga bahwa ratusan pendeta [[brahmana]] dan murid-muridnya berkumpul dan menghuni pelataran luar candi ini untuk mempelajari dan melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu. Sementara pusat kerajaan atau [[keraton]] kerajaan Mataram diduga terletak di suatu tempat di dekat Prambanan di [[Dataran Kewu]].