Pasukan Rasyidin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alagos (bicara | kontrib)
Alagos (bicara | kontrib)
Baris 97:
== Strategi ==
Strategi dasar dalam pasukan Muslim awal untuk menaklukan musuh-musuhnya adalah dengan cara memanfaatkan segala kelemahan dan kekurangan yang dimiliki oleh lawannya dengan tujuan memperoleh kemenangan dengan mengurangi kerugian sampai seminimal mungkin. Ini karena dalam hal kualitas dan kekuatan, pasukan Rasyidin pada awalnya masih berada di bawah [[Pasukan Sassaniyah|pasukan Persia Sassaniyah]] maupun [[pasukan Bizantium]]. [[Khalid bin Walid]], jenderal Muslim pertama dalam [[Kekhalifahan Rasyidin]] yang menaklukan daerah asing, selama kampanye militernya melawan [[Kekaisaran Sassaniyah|Kekaisaran Persia Sassaniyah]] (''Irak 633 - 634'') dan [[Kekaisaran Bizantium]] (''Suriah 634 - 638'') mengembangkan siasat brilian yang dia gunakan secara efektif baik dalam melawan pasukan Sassaniyah maupun pasukan Bizantium. Kelemahan utama pasukan Sassaniyah dan Bizantium adalah bahwa mereka kurang dalam hal mobilitas.<ref name="I. Akram 1970">A. I. Akram (1970). The Sword of Allah: Khalid bin al-Waleed, His Life and Campaigns. National Publishing House, Rawalpindi. ISBN 0-7101-0104-X.</ref> Khalid bin Walid memutuskan untuk menggunakan mobilitas pasukan Rasyidin untuk memanfaatkan kelemahan dalam pasukan Sassaniyah dan pasukan Bizantium. Meskipun hanya sebagian unit dalam pasukan Rasyidin yang merupakan pasukan [[kavaleri]] murni, namun keseluruhan pasukan menggunakan [[unta]] ketika melakukan pergerakan. Khalid bin Walid, dan para jenderal Muslim setelahnya, juga berhasil memanfaatkan para prajurit Muslim yang memiliki kemampuan bertarung dan bertempur dengan kualitas yang sangat baik, ini terutama karena sebagian besar prajurit dalam pasukan Rasyidin merupakan [[Suku Badui (Arab)|suku Badui]] yang ahli dalam menggunakan pedang ataupun senjata lainnya.
 
Pasukan [[kavaleri ringan]] Muslim pada masa-masa akhir [[penaklukan Muslim di Suriah|penaklukan Islam di Levant]] menjadi bagian paling kuat dalam pasukan Rasyidin. Penggunaan terbaik dari kavaleri bergerak cepat yang berzirah ringan ini terjadi pada [[Pertempuran Yarmouk]] (636 M) yang ketika itu Khalid bin Walid, yang mengetahui kegunaan dan kemampuan kavalerinya, mengerahkan pasukan kavaleri itu untuk memutarbalikkan keadaan pada setiap kondisi kritis dalam pertempuran. Ini dapat dilakukan karena pasukan kavaleri Rasyidin memiliki kemampuan untuk mundur dan maju dan memutar balik dan menyerang lagi dari sayap ataupun dari belakang, dan semua manuver itu dapat dilakukan dengan cepat. Resimen kavaleri yang kuat dibentuk oleh Khalid bin Walid yang meliputi para veteran dalam [[Penaklukan Islam di Persia|kampanye Irak]] dan [[Penaklukan Muslim di Suriah|Suriah]]. Para sejarawan Muslim awal menamainya '''mutaharrik tulaiha''' ( متحرك طليعة ), atau ''pengawal berkuda''. Unit ini dikerahkan sebagai garda terdepan dan berperang sebagai suatu pasukan penyerang yang kuat untuk memukul mundur pasukan musuh. Unit ini memiliki mobilitas yang sangat tinggi sehingga memperoleh keunggulan ketika bermanuver melawan pasukan musuh, misalnya paskan Bizantium. Dengan pasukan penyerang berkuda ini, pasukan Rasyidin berhasil menaklukan Suriah dengan cukup mudah.<ref>Annals of the Early Caliphate By William Muir</ref>
 
=== Intelijen dan spionase ===