Kakawin Bhomântaka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
+ tambahkan ajaran anitya
Baris 116:
 
{{endspoiler}}
 
==Ajaran anitya==
Kakawin Bhomântaka sarat dengan ajaran-ajaran yang berhubungan dengan agama Hindu dan Buddha. Salah satu ajaran yang dibahas dalam kakawin ini dan akan dibahas lebih lanjut adalah suatu uraian mengenai "[[anitya]]" atau seringkali diterjemahkan dengan “ketidakkekalan” atau “fana” dalam bahasa Indonesia ([[bahasa Inggris|Inggris]] ''[[:en:impermanence|impermanence]]''). Ajaran ini terdapat pada pupuh 17 di mana sang Gunadewa yang merupakan seorang putra pertapa mengajari sang Sāmba. Di bawah diberikan kutipan pupuh ini dalam bahasa Jawa Kuna beserta terjemahannya.
 
{|
|-
! Teks Jawa Kuna !! Alihbahasa
|-
|5. munisuta marma temen sira ri lara narèndrasutângaça || Putra sang pertama terharu atas rasa masygul sang pangeran yang besar
|-
|irika matangguh ujar t-adiwasa bapa denta wimūrcha dahat
|| lalu iapun mengajarinya dan berkata: “Janganlah terlalu bersedih hati bapak.
|-
|purih ikanang dadi duhkha gatinika matangnyan ade hid.epen || sebab duka memang bagian dari kehidupan oleh karena itu janganlah dipikirkan
|-
|lilang i manah nrepaputra panguşadha sang ārya rikang prihatin || hati yang bebas dari hasrat oh sang pangeran itulah obat sakit hati seorang bangsawan.
|-
|6. hana laki tatwanikang dadi ginaway anitya dadinya kabèh || Wahai anakku, intisari kehidupan ialah bahwa semuanya adalah tidak kekal (anitya)
|-
|anili-anilih wişaya ng manemu sukha bhinukti mawèh prihati || jika seseorang tetap mengambil kenikmatan indria sebagai tujuannya, maka hal yang telah dinikmati akan membawa kesedihan
|-
|prawalanikā sang angenak-inaki ng anilih sukha mogha jenek || tanda seseorang yang secara tenang menerima pengalaman sukacita ialah bahwa ia melakukannya dengan santai
|-
|sang anemu bhoga ta yan wruha ta sira pinan.d.ita yogya tirun || ia yang menikmati kesenangan mengetahui hal ini, maka ia adalah pandai dan patut ditiru
|-
|7. lawan ikahen ing wwang akuren apasah ta wasānanikā || sedangkan hasil orang menikah ialah akhirnya berpisah
sihika sināhaken ing pati kalawan inaknya winas.t.a kabèh || cinta dikalahkan oleh kematian dan semua kenikmatannya hilang
|-
|kunang ikanang kari mogha karaketan i ramyaniki n kabharan || tetapi yang ditinggalkan bagaimanapun rekat dengan keindahannya dan kewalahan
|-
|ikang alarê tekaning pati niyata turung wruh ikān mangaji || yang tetap bersedih hati sampai mati, jelas belum mengerti pelajaran secara penuh.”
|-
|}
 
[[kategori:Kakawin|Bhomantaka]]