Karbala: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Amudy (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 48:
Karbala dan makam itu berkembang pesat karena suksesnya para pemimpin Muslim, namun menderita kerusakan akibat diserang tentara. Makam asli dihancurkan oleh Khalifah [[Bani Abbasiyah]] [[al-Mutawakkil]] tahun [[850]] namun dibangun kembali tahun [[979]] lalu terbakar tahun [[1086]] sebelum dibangun kembali.
 
Seperti kota [[Najaf]], Karbala dilanda krisis air yang dapat terselesaikan pada awal abad ke-18 dengan membangun sebuah bendungan di kanal Husayniyya. Pada [[1737]] Karbala menggantikan [[Isfahan]] di [[Iran]] sebagai tempat tujuan utama bagi penerima beasiswa kaum Syiah. Ia mengalami kerusakan yang parah tahun [[1801]] akibat ulah tentara [[Wahhabi]]. Setelah penyerangan itu, syekh asal Karbala mendirikan sebuah negara republik yang berakhir akibat kekuasaan [[Kesultanan Usmaniyah]] tahun [[1843]]. Peristiwa ini menyebabkan banyak pelajar dan cendekiawan pindah ke [[Najaf]], yang dijadikan sebagai pusat keagamaan Syiah..
Pembangunan kota Karbala dipengaruhi kuat oleh kaum [[Persia]] yang telah lama menjadi mayoritas penduduk (75% dari populasi Karbala hingga awal [[abad ke-20]]). Keluarga Kammuna, saudara [[Shah Iran]], menjadi penjaga makam itu selama bertahun-tahun dan menjadi penguasa Karbala hingga ia jatuh ke tangan [[Britania Raya]] tahun [[1915]]. Pengaruh Persia dikurangi dengan sengaja selama pemerintahan Britania Raya. Beberapa undang-undang nasional, seperti larangan bagi orang asing untuk menjabat sebagai pejabat pemerintah, diterbitkan untuk memojokkan masyarakat Persia. Hingga [[1957]], jumlah kaum Persia hanyalah 12% dari populasi Karbala. Mereka lama-kelamaan membaur dengan populasi Irak dan juga menerima kewarganegaraan Irak.