Berdasarkan fungsinya yang hanya sebagai lambang bunyi, sewaktu kanji dipakai sebagai man'yōgana, orang tidak lagi memakai karakter yang dibentuk dari coretan-coretan yang rumit dan susah ditulis. Karakter yang terus dipakai adalah karakter yang mudah ditulis. Ketika dipakai untuk menulis ''[[waka (puisi)|waka]]'' atau tulisan sehari-hari, man'yogana yang ditulis kursif (''sōsho'') disebut {{nihongo|sōgana|草仮名}}. Selanjutnya agar lebih cepat ditulis, sōgana kembali disederhanakan hingga tercipta [[hiragana]].
Sementara itu, katakana berawal dari penggunaan kanji yang dibaca menurut ucapan bahasa Jepang untuk menulis ''[[kanbun]]''. Tanda-tanda khusus ditambahkan di tempat susunan kanji harus dibaca menurut ucapan bahasa Jepang. Kanbun juga disertai petunjuk berupa [[okurigana]] dan [[furigana]] (yomigana) agar kalimat bisa dibaca sebagai bahasa Jepang. Keterbatasan ruang kertas akhirnya membuat orang hanya menulis coretan yang unik dari sebuah karakter sehingga tercipta [[katakana]]. Selanjutnya, kanbun dilengkapi dengan katakana agar mudah dibaca.
Setelah katakana dan hiragana semakin luas digunakan, man'yōgana semakin jarang dipakai. Di zaman sekarang, man'yōgana hanya kadang-kadang saja dipakai untuk menarik perhatian orang. Di antaranya, man'yōgana dipakai untuk menulis tajuk pengumuman obral ({{lang|ja|宝利出市}}, dibaca: ''holiday ichi''; obral masa liburan) atau petunjuk tempat sampah ({{lang|ja|護美箱}}, dibaca: ''gomibako'').