Konten dihapus Konten ditambahkan
Stikes (bicara | kontrib)
Anashir (bicara | kontrib)
k ←Suntingan Stikes (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Aldo samulo
Baris 1:
{{Nama terlarang}}
 
== SEJARAH STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI ==
 
Propinsi Sumatera Barat yang berada dibagian tengah pulau sumatera dengan luas 42.223 km2 mempunyai penduduk 4.697.764 jiwa (2008), sebagian besar > 90% adalah etnik Minangkabau dan sebagain besar beragama islam.
 
 
Untuk memehami karakter dan prilaku organisasi YARSI sebagai sebuah institusi pelayanan kesehatan dan dakwah, perlu dipahami suasana bathin umat Sumatera Barat dan Bangsa Indonesia pada umumnya menjelang dan pasca runtuhnya rezim Soekarna bersama PKI dan lahirnya rezim baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto, kedua rezim itu ternyata islam dan umatnya kurang diperhatikan.
 
 
Kondisi umat dan perjuangannya di masa itu menjadi rohnya YARSI, suasana bathiniah umat itu pula yang membentuk karakter dan prilaku YARSI sebagai sebuah alat perjuangan umat di daerah ini, khususnya dalam membentengi aqidah umat dan sekaligus juga sebagai lembaga pelayanan kesehatan swasta terbesar di daerah ini.
 
 
Puncaknya lahir pada akhir tahun 1960-an berbagai bentuk kegiatan missi dengan luluasa dilakukan dari rumah ke rumah sampai ke pelosok-pelosok desa terpencil sekalipun. Pada akhir tahun 1960-an itulah secara paksa dan mendapat dukungan kuat dari penguasa militer dari pusat sampai ke daerah, usaha pemurthadam umat yang dilakukan oleh oleh orang-orang non-muslim berlanjut dengan didirikannya RS (Kristen) Emanuel di jantung kekuatan islam, tidak jauh dari Surau Inyik Jambek ataupun tidak terlalu jauh pula dari Sumatera Thawalib Bangkaweh. Kedua tempat itu merupakan lambang kebangkitan islam di masa lampau.
 
 
Dapat dibayangkan bagaimana suasana bathin umat islam kala itu, baik para pemimpinnya, pemuda, ulama maupun para cendikiawan muslim lainnya, suasana bathin saat itu sangat sulit digambarkan, yaitu bercampur aduk antara marah, kecewa, tertekan, sakit hati dan sebagainya.
 
 
Bapak M. Nasir seorang tokoh besar islam selaku Ketua Dewan Dakwah Islamiah Indonesia(DDII) secara bijak mengakomodasi dan mengelola suasana bathiniah umat dengan sebuah konsep, yaitu disebut dakwah bil hal, oleh karena menurut beliau dakwah melalui mimbar ceramah saja tidak cukup dan tidak akan mampu membendung pemuthadan itu. Konsep cerdas beliau itu disambut dan ditampung oleh sebuah wadah perjuangan, yang meghimpun semua organisasi, partai dan lembaga islam lainnya, yang disebut Badan Kontak Umat Islam (BKUI) Sumatera Barat. Bersama DDII, BKUI ini, yang semula didirikan untuk melawan dan menumpas pemberoontakan G30S/PKI dan paham komunisnya itu menjadi tulang punggung dalam mempersiapkan kelahiran YARSI. Ibu-ibu muslimah di Ranah Minang, dipimpin oleh Ratna Sari secara spontan pula mem-back-up persiapan kelahiran YARSI ini. Dengan mengumpulkan dana berupa uang, emas, kalung, anting dan barang apapun yang dapat dijadikan uang, ibu-ibu ini kemudian berkelompok menjadi Badan Penyantun YARSI. Begitulah kondisi umat dio daerah menjelang kelahiran YARSI.
 
 
PROSES KELAHIRAN, PERTUMBUHAN DALAM DEKADE PERTAMA
 
Gagasan awal yang semula dikemas dalam bahasa sederhana, dan bahkan semula digagas dengan nama Lembaga Dakwah Islam, pada tahap awal diwujudkan dalam bentuk sebuah Balai Kesehatan Ibnu Sina dengan menyewa sebuah rumah yang tidak terlalu besar milik dokter Yusuf di kawasan pasar atas Bukittinggi.
 
 
Kelahiran Balai Kesehatan Ibnu Sina disambut luar biasa oleh umat islam, semacam air bah menciptakan suasana bathin yang baru, yaitu perasaan bangga, merasa memiliki, merasa terhormat, dan sebagainya. Ada kebanggaan luar biasa di tengah keluarga takala bayinya lahir di Ibnu Sinadan pulang dari RS/BK Ibnu Sina diantar dengan ambulance yang dihiasi logo Ibnu Sina.
 
 
Suasana bathin yang bercampur baur antara puas, bahagia dan bangga itu memaksa awak Balai Kesehatan Ibnu Sina, yaitu dokter, perawat dan bidan, yang waktu itu termasuk manusia langka, harus bekerja overtime, sejak pagi subuh sampai malam memberikan pelayanan kepada pasien yang dating dari berbagai pelosok kampong/nagari. Jarak bukan halangan untuk berobat ke Balai Kesehatan Ibnu Sina. Kendala baru yang dihadapi waktu itu betul-betul berat, teanga dokter, perawat dan bidan benar-benar sulit dicari. Suasana bathin di lingkungan umat itu mengakibatkan timbulnya tututan agar didirikan Balai Kesehatan Ibnu Sina (YARSI) dimana-mana, diberbagai tempat masyarakat mewaqafkan dan menghibahkan tanah dan rumahnya untuk dipakai sebagai tempat pelayanan, bahkan membentuk panitia-panitia persiapan pendirian YARSI, seperti di Padang Panjang, Payakumbuh, Kapar (Pasaman Barat). Tidak semua permintaan masyarakat dan umat itu dapat terealisasikan, disebabkan sulitnya mendapatkan tenaga dokter, perawat dan bidan. Untuk sementara tenaga dokter di isi oleh dosen-dosen muda dari FK Unand, tetapi keadaan itu tidak bisa berlangsung lama kerena meraka diharuskan masuk ke pendidikan, untuk spesialisasi, master diberbagai bidang keilmuan lainnya.
 
 
Persaingan dengan RS Kristen Emauel justru memacu dan memotivasi umat untuk membangun rumah sakit yang representative. Periode awal, merupakan lahirnya semangat mendirikan, pokoknya berdiri RS?BK Ibnu Sina, apapun isinya, bagaimanapun pelayanannya tidak terlalu dipermasalahkan pada saat itu, pokoknya puas dan bangga berobat atau dirawat di RS Ibnu Sina. Pada fase ini fasilitas pelayanan sangat sederhana, tenaga sangat minimal.
 
 
Untuk mengisi kebutuhan tenaga paramendis atau perawat SPKU, siswa yang diterima tamat SMP, Tsanawiyah, bahkan ada yang tamat SD. Gurunya diambil tenaga dari dalam, dokter atau perawat yang ada di YARSI, dan dibantu secara terbatas dari luar Yarsi. Pada periode awal ini berdiri RS Ibnu Sina Bukittinggi, Payakumbuh, Padang, Padang Panjang. Permintaan daerah-daerah lainnya tidak segera terpenuhi terutama disebabkan oleh kesulitan mencari tenaga kesehatan, apalagi pada periode awal pemerintah tidak terlalu ramah, sehingga merasa tidak perlu untuk mendukung pengembangan YARSI.
 
 
YARSI pada tahun 1970 telah bergerak dalam pendidikan tenaga kesehatan, khususnya tenaga keperawatan yaitu SPKU (SLTP + 2 Tahun), dilakukan hanya untuk keperluan intern YARSI terlaksana 2 angkatan (60 orang siswa). Tahun 1978 dirasakan lagi kekurangan perawat dan dibuka lagi SPR (Sekolah Pengatur Rawat) pendidikan ini hanya 1 angkatan dengan 30 orang siswa, juga digunakan untuk keperluan intern YARSI.
 
Kekurangan tenaga ini selalu dirasakan setiap tahunnya karena banyak yang ikut suami dan pindah keinstansi pemerintah. Tahun 1982 dibuka kembali SPK (Sekolah Perawat Kesehatan). Pendirian ini sesuai dengan konsultasi dan izin Departemen Kesehatan RI melalui Kakanwil Depkes RI Propinsi Sumatera Barat No 52 / KEP / DIKLAT / KES / 1983 tentang Pengesahan Sekolah Perawat Kesehatan RI “Ibnu Sina di Bukittinggi” ditetapkan di Jakarta atas nama Menteri Kesehatan RI, dr Hapsara, DPH. Pendidikan kesehatan ini juga termasuk pendidikan kesehatan swasta pertama di sumbar. Perjalannya selama tahun 2001 tamatan sampai 18 angkatan dengan jumlah tamatan lebih kurang 1400 orang atau 80 orang setiap angkatan. Secara kualitas SPK YARSI SUMBAR sejak bergulirnya sistem akredetasi pendidikan nasional telah terakredetasi, terakhir tahun 1999 SK. No AK.000.06.4.3.2712 tertanggal 26 Agustus 1999 dengan mutu Strata B (82,99).
 
 
Perkembangan selanjutnya, sejalan dengan program pemerintah dalam peningkatan pengadaan jumlah tenaga kesehatan, SPK YARSI SUMBAR di Bukittinggi juga dipercaya mengkontribusi pengadaan tenaga bidan D1 (Program Pendidikan Bidan/PPB) dimulai pada tahun 1989 s.d 1998 dengan jumlah tamatan lebih kurang 360 orang atau 40 orang setiap angkatan.
 
 
Menyikapi perubahan dan perkembangan serta peningkatan program pemerintah tentang standard ketenagaan kesehatan khususnya keperawatan yang ditingkatkan menjadi D.III Keperawatan (Ahli Madya Keperawatan), mengharuskan pendidikan dibawah naungan YARSI SUMBAR ini untuk konversi menjadi D.III Keperawatan. Atas kebijakan bersama di tingkat Pengurus YARSI tahun 2000 SPK di konversi menjadi Akademi Keperawatan (AKPER YARSI BUKITTINGGI SUMBAR) dengan SK-Pusdiknakes RI. No : HK.00.06.1.3.0009 tertanggal 03 Januari 2000 tentang izin penyelenggaraan Akper Yarsi Bukittinggi Propinsi Sumatera Barat.
 
 
Pada bulan Oktober 2003 telah dinilai dengan Akreditasi Depkes untuk AKPER YARSI SUMBAR dengan hasil Tetakredetasi B (+) SK No. HK. 000.06.02.179 tertanggal 31 oktober 2003. Tahun-tahun berikutnya, sesuai dengan KepMendiknas melalui Dirjen Dikti izin Akper Yarsi tersebut juga telah di konversi menjadi Izin Dikti No. 16/D/O/2006.Perjalanannya sampai tahun 2007 sudah sampai pada angkatan VII dengan jumlah diterima per-angkatan50 sampai 100 orang mahasiswa sesuasi alokasi Pusdiknakes RI.
 
Pada tahun 2008 AKPER YARSI BUKITTINGGI di konversi menjadi STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No : 138 / D / O / 2008 tentang PEMBERIAN IJIN PENYELENGGARAAN PROGRAM-PROGRAM STUDI BARU DAN PERUBAHAN BENTUK AKADEMI KEPERAWATAN YARSI SUMATERA BARAT DI BUKITTINGGI, MENJADI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YARSI SUMATERA BARAT DI BUKITTINGGI.
 
 
Sesuai dengan surat keputusan tersebut mulai tahun 2008 AKPER Yarsi Sumbar Bukittinggiresmi menjadi STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi dengan 3 program yaitu : Program Studi S1 Keperawatan, Program Studi D.III Keperawatan dan Program Studi D.III Kebidanan. Tahun 2008 untuk Program Studi S1 Keperawatan telah menerima mahasiswa angkatan pertama dengan jumlah mahasiswa 26 orang sesuai dengan alokasi satu lokal, Prodi D.III Kebidanan angkatan pertama dengan jumlah mahasiswa 61 orang dan Prodi D.III Keperawatan angkatan ke IX dengan jumlah mahasiswa 107 orang. Sampai tahun 2008 jumlah mahasiswa di STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi yang masih aktif mengikuti perkuliahan sebanyak 384 orang yang terdiri dari tiga Program Studi yang ada