Barisan Bambu Runcing: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 23:
|march=
|mascot= [[Bambu Runcing]]
|battles= [[Penyerbuan Kotabaru Jogjakarta]], [[Palagan Ambarawa]], [[Peristiwa 10 November]], [[Serangan Umum 1 Maret 1949]], [[Jogja Kembali]]
|Commanders=
|notable_commanders= KH Abdurrahman
Baris 45:
== Sejarah ==
Bapak Kyai R. Sumomihardho, yang nama kecilnya Abu Hasan R. Gunardho, mula-mula menyuruh H. Abdurrahman bin Subchi, yang terkenal pula dengan nama H. Baghowi, memanggil pemuda-pemuda desa Parakan Kauman agar mencari bambu "Wulung" untuk dibuat [[bambu runcing]]. Setelah didapatkan para hari Selasa [[Kliwon]] jam 12.00 WIB bulan Oktober 1945, saat bedug Dhuhur mulai berbunyi. Kemudian dibawa langsung ke rumah KR. Sumo mihardho untuk diberi do’a atau disepuh, agar ada tuahnya yang kemudian dapat dijadikan senjata untuk melawan musuh. Selain membawa Bambu Runcing, ada pula yang membawa tombak, lentes, keris, dan senjata-senjata lain untuk mendapatkan berkah atau disepuh.
Karena banyaknya pejuang yang minta disepuh senjatanya dan ampuh memberikan kekuatan spiritual dan sugesti kepada para pejuang, maka terdapat pembagian kerja di antara para kyai yaitu:
Baris 60 ⟶ 56:
Beberapa hari setelah terbetuknya BMT, datanglah para pejuang dari Banyumas menyepuh bambu runcing dan memohon do'a para kyai untuk melakukan penyerbuan ke [[Palagan Ambarawa|Ambahrawa]], melihat semangat para pejuang Banyumas itu maka tergerak para pejuang Parakan yang tergabung dalam Lasykar Hisbullah untuk bergabung dalam penyerbuan ke [[Palagan Ambarawa|Ambahrawa]].
HadrotuSyeh K.H Hasyim Asyari pada waktu itu juga berkenan akan mengunjungi Parakan. Pengurus BMT dan para Ulama segera mengadakan musyawarah, hasil musyawarah: jangan sampai HadrotuSyeh K.H Hasyim Asyari ''rawuh'' (datang) dulu keTemanggung, tetapi kita dulu yang ''sowan'' (menghadap) kepada beliau di Tebuireng Jombang. Maka yang menghadap sowan kesana adalah : K.H Subchi, K.H Nawawi, K M. Ali, K. Shahit baydhowi, mereka yang sowan kesana, ternyata didawuhi (disuruh) juga menyepuh “Bambu
Menurut catatan sekitar 10.000 tiap harinya selama sekitar 1 tahun karena yang datang ke Parakan para waktu itu Pemuda-Pemuda dalam Pulau Jawa - Madura, dan banyak juga dari Luar Jawa. Pada waktu itu kota Parakan : Pagi, Siang, Malam seperti Pasar Malam, bahkan seperti di Mekah, karena antrinya panjang seperti para Jama'ah Haji di waktu Thowaf. Begitu luar biasanya cerita Bambu Runcing tersebut, sampai di Parakan diberi perlakuan khusus oleh [[Kereta Api Indonesia#Sejarah|Djawatan Kereta Api]] memberikan kereta luar biasa (KLB) untuk memfasilitasi orang-orang yang datang ke Parakan.
|