Kakawin Smaradahana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jagawana (bicara | kontrib)
k ~kat
Sutan Tan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{rapikan}}
'''Kakawin Smaradahana'''
Sebuah karya [[sastra Jawa Kuna]] dalam bentuk puisi yang menyampaikan kisah terbakarnya bataraBatara [[Kamajaya]]
 
===Isi===
Ketika bataraBatara [[Siwa]] pergi bertapa, dalam inderanya didatangi musuh ,raksasa dengan rajanya bernama [[Nilarudraka]], demikian heningnya dalam tapa, batara Siwa seolah-olah lupa akan kehidupannya di Khayangan. Supaya mengingatkan batara Siwa dan juga agar mau kembali ke Khayangan ,maka oleh para dewa diutuslah batara Kamajaya untuk menjemputnya. Berangkatlah sang batara untuk mengingatkan batara Siwa, dicobanya dengan berbagai panah sakti dan termasuk panah bunga, tetapi batara Siwa tidak bergeming dalam tapanya. Akhirnya dilepaskannya panah [[{{DEFAULTSORT:pancawisesa]]}} yaitu :
* hastrat mendengar yang merdu
* hastrat mengenyam yang lezat
Baris 11:
* hastrat memandang yang serba indah
 
Akibat panah pancawisesa tersebut batara Siwa dalam sekejap rindu kepada permaisurinya dewi [[Uma]], tetapi setelah diketahuinya bahwa hal tersebut atas perbuatan batara Kamajaya. Maka ditataplah batara Kamajaya melalui mata ketiganya yang berada ditengah-tengah dahi, hancurlah batara Kamajaya. Dewi [[Ratih]] istri batara Kamajaya melakukan "bela" dengan menceburkan diri kedalam api yang membakar suaminya. Para dewa memohonkan ampun atas kejadian tersebut, agar dihidupkan kembali ,permohonan itu tidak dikabulkan bahkan dalam sabdanya bahwa jiwa batara Kamajaya turun ke dunia dan masuk kedalam hati laki-laki, sedangkan dewi Ratih masuk kedalam jiwa wanita. Ketika Siwa duduk berdua dengan dewi Uma, datanglah para dewa mengunjunginya termasuk dewa Indera dengan gajahnya yang demikian dahsyatnya sehingga dewi Uma terperanjat dan ketakutan melihatnya, kemudian dewi Uma melahirkan putera berkepala gajah, dan kemudian diberi nama [[GanecyaGanesha]]. Datanglah raksasa Nilarudraka yang melangsungkan niatnya "menggedor" khayangan. Maka GanecyaGanesha lah yang harus menghadapinya, dalam perang tanding tersebut ganecyaganesha setiap saat berubah dan bertambah besar dan semakin dahsyat. Akhirnya musuh dapat dikalahkan, dan para dewa bersuka cita.
 
===Raja Kediri===