Sejarah Sumatera Barat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 42:
{{utama|Perang Padri}}
 
Perang Paderi meletus di Minangkabau antara sejak tahun 1821 hingga 1837. Sejatinya perang ini merupakan perang antara kaum adat dan kaum mulim Wahabbi. Dimana, sebelumnya tiga orang ulama yang baru pulang dari tanah suci dan juga tergabung dalam tentara Janitsar Turki, pulang membawa ajaran pemurnian Islam yaitu Wahabbi. Mereka kemudian dikenal sebagai kaum putih yang gencar memeangi pelanggaran agama Islam yang dilakukan oleh kaum muslim yang tidak terlalu taat dan bahkan Suku Batak yang masih mejalankan agama tradisionalnya. Kaum Paderi dipimpin oleh banyak panglima berpengaruh sebut saja Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Tambusai, Tuanku Asahan, dan yang paling dilupakan Tuanku Rao. Belakangan, kaum Wahabbi ini terlibat dengan perang melawan Belanda.<ref>MangaraParlindungan, Mangaradja Onggang. Parlindungan,Pongkinangolngolan Sinambela gelar "Tuanku Rao: SiTerror PongkiAgama NaIslam Ngolngolan"Mazhab Hambali di Tanah Batak, Penerbit1816-1833. LKiS.</ref>
 
Gerakan Paderi menentang perbuatan-perbuatan yang marak waktu itu di masyarakat Minang, seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat (opium), minuman keras, tembakau, sirih, juga aspek hukum adat matriarkat mengenai warisan dan umumnya pelaksanaan longgar kewajiban ritual formal agama Islam.