Kesultanan Banten: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan terakhir (oleh 182.0.170.79) dan mengembalikan revisi 5092787 oleh Kenrick95Bot
Baris 92:
 
== Perekonomian ==
Dalam meletakan dasar pembangunan [[ekonomi]] Banten, selain di bidang [[perdagangan]] untuk daerah pesisir, pada kawasan pedalaman pembukaan [[sawah]] mulai diperkenalkan. Asumsi ini berkembang karena pada waktu itu di beberapa kawasan pedalaman seperti [[Lebak]], perekonomian masyarakatnya ditopang oleh kegiatan [[perladangan]], sebagaimana penafsiran dari naskah ''[[sanghyang siksakanda ng karesian]]'' yang menceritakan adanya istilah ''pahuma'' (peladang), ''panggerek'' ([[pemburu]]) dan ''panyadap'' (penyadap). Ketiga istilah ini jelas lebih kepada sistem ladang, begitu juga dengan nama peralatanya seperti ''[[kujang]]'', ''patik'', ''baliung'', ''kored'' dan ''sadap''.
 
Pada masa Sultan Ageng antara 1663 dan 1667 pekerjaan pengairan besar dilakukan untuk mengembangkan [[pertanian]]. Antara 30 dan 40 km kanal baru dibangun dengan menggunakan tenaga sebanyak 16 000 orang. Di sepanjang [[kanal]] tersebut, antara 30 dan 40 000 ribu hektar sawah baru dan ribuan hektar perkebunan [[kelapa]] ditanam. 30 000-an [[petani]] ditempatkan di atas tanah tersebut, termasuk orang [[Bugis]] dan [[Makasar]]. [[Perkebunan]] [[tebu]], yang didatangkan [[saudagar]] Cina di tahun 1620-an, dikembangkan. Di bawah Sultan Ageng, perkembangan penduduk Banten meningkat signifikan.<ref name="Ota"/>