PSM Makassar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
ZéroBot (bicara | kontrib)
k r2.7.1) (bot Menambah: pt:PSM Makassar
S
Baris 39:
PSM pertama kali menjadi juara perserikatan tahun 1957 dengan mengalahkan PSMS Medan pada partai final yang digelar di Medan. Sejak itu PSM yang dijuluki menjadi kekuatan baru sepak bola Indonesia. PSM menjelma menjadi tim elite. Total lima kali gelar juara perserikatan diraih tim yang lebih sering disebut sebagai Juku Eja atau Ikan Merah, julukan yang diberikan berdasar pada warna kostum yang mereka kenakan. PSM meraih juara perserikatan pada tahun 1959, 1965, 1966, dan 1992.
 
SEJARAH PSM MAKASSAR
=== Liga Indonesia ===
Ketika tim-tim perserikatan digabung dengan tim-tim galatama menjadi Liga Indonesia sejak tahun 1994, PSM selalu masuk jajaran papan atas hingga sekarang. Setiap musim, PSM selalu diperhitungkan dan menjadi salah satu tim dengan prestasi paling stabil di Liga Indonesia. Meski demikian, baru sekali klub ini menjadi juara yakni pada Liga Indonesia tahun 2000, dan selebihnya empat kali menjadi tim peringkat dua pada Liga Indonesia 1995/1996, 2001, 2003, dan 2004.
 
Saat juara Liga Indonesia PSM mencatat prestasi mengesankan dengan hanya menderita 2 kali kekalahan dari total 31 pertandingan. Saat itu PSM mengumpulkan pilar-pilar tim nasional seperti Hendro Kartiko, Bima Sakti, Aji Santotal tosa, Miro Baldo Bento, Kurniawan yang dikombinasikan dengan pemain asli Makasar seperti Ronny Ririn, Syamsudin Batola, Yusrifar Djafar, dan Rachman Usman, ditambah Carlos de Mello, dan Yosep Lewono. PSM merajai pentas Liga Indonesia dengan menjuarai Wilayah Timur, dan di babak 8 besar menjuarai Grup Timur. Di semifinal, PSM mematahkan perlawanan Persija Jakarta, sebelum mengatasi perlawanan gigih Pupuk Kaltim di final yang berkesudahan 3-2.
 
Sejarah telah mencatat PSM Makassar adalah klub tertua di tanah air, lahir 2 November 1915 atau 90 tahun silam. Bandingkan dengan PSSI, induk olahraga sepabola tanah air, lahir 19 April 1930.
Salah satu yang menjadi ciri PSM hingga selalu menjadi tim papan atas adalah permainan keras dan cepat yang diperagakan pemainnya, dan dipadu dengan teknik tinggi. Tak hanya itu, pemain PSM juga terkenal tangguh dan tidak cengeng dalam kondisi lapangan apa pun. PSM juga didukung oleh regenerasi yang kontinyu dan melahirkan pemain-pemain andalan di tim nasional. Tak hanya itu, kiprah para pemain di lapangan juga didukung oleh deretan pengusaha asal Sulawesi Selatan yang bergantian mengurusi
managemen PSM.
 
Sejarah juga telah mencatat PSM memiliki pemain tenar pada seperti Ramang, Suardi Arlan, Makmur Chaeruddin, Alimuddin Usman, Syamsul Chaeruddin dan pemain lainnya. PSM dengan julukan Juku Eja, Ayam Jantan dari Timur dan Pasukan Ramang telah mencatat dalam sejarah bertemunya mantan-mantan pemain dengan sejumlah pemilik klub.
PSM Makassar yang juga dijuluki Ayam Jantan Dari Timur memiliki sekitar 24 kelompok suporter, diantaranya adalah The Macz Man, Mappanyuki, Ikatan Suporter Makasar (ISM), Suporter Hasanuddin, Suporter Dealos, Suporter Reformasi, Komando, Suporter Bias, Suporter Kubis, Karebosi, Gunung Lokong, Suporter PKC (Pannampu, Kalumpang, dan Cumi-cumi, Red Gank (Pattene),KVS,Zaiger,Antang Communitty.
 
Minggu (27/11) siang kemarin, di Rumah Makan Sekawan, jalan Barukang Raya, no.88 telah menjadi saksi bertemunya beberapa mantan pemain PSM 60 hingga 90-an, dalam acara temu kangen mantan pemain dan pemilik klub PSM Makasssar. Bertepatan dengan HUT PSM ke-90. Mereka ternyata sama-sama merindukan pertemuan tersebut. Tidak hanya berlangsung sekali, tapi berlangsung secara berkala. Entah sekali bulan, sekali Dua Bulan atau Satu kali dalam Lima bulan. Pertemuan itu harapkan bisa melepas-kangen dan wadah silaturahmi diantara mereka. Kalau mereka adalah pencatat sejarah pada eranya masing-masing.
 
Diza R Ali, Ketua Umum PS MOS Vavoca di depan peserta temu kangen, menyatakan rasa bangga kepada penggagas pertemuan karena bisa menghadirkan para mantan pemain PSM era 60 hingga era 90-an dan para pemilik klub anggota PSM.
 
“Ketika saya menerima undangan, saya merasa tergerak. Kok, masih ada yang mau mempertemukan kita sesama pemain dan sesama pemilik klub. Masih ada yang mengenakkan kita pada usia PSM yang sudah menginjak 90 tahun. Masih ada yang memberitahu kita bahwa PSM itu punya sejarah panjang. Sebab itulah saya memutuskan untuk hadir di sini,” kata Diza disambut aplaus peserta temu kangen.
 
Andi Mattalatta pernah menyatakan; “Saya tidak takut pada kematian fisik. Yang saya takutkan adalah kematian sejarah”. Pernyataan ini bermakna besar bagi para pelaku sejarah dan sebuah pertanda peringatan bagi generasi penerusnya. Itulah yang disebutkan oleh Diza R Ali agar sejarah kelahiran PSM hendaknya diingat agar jangan hilang termakan zaman.
 
Diza Ali yang juga pemilik klub MFS 2000 dan menyatakan, selama ini ia memimpikan untuk suatu waktu bertemu muka dengan para mantan pemain yang adalah pejuang PSM pada masanya. Mereka telah mempersembahkan jiwa dan raganya untuk membela kehormatan PSM Makassar. Begitu pula klub-klub PSM yang adalah anggota dan perkumpulan yang perlu diperhatikan.
 
H Baco Achmad, mantan pemain dan pelatih PSM Makassar menyatakan, pertemuan seperti ini begitu penting karena masing-masing, baik dia mantan pemain PSM, atau dia pengurus klub, dapat menyampaikan keluh-kesahnya. Dapat membagi suka maupun duka, dapat menyuarakan keinginannya. “Saya bangga karena Harian Ujungpandang Ekspres mengingatkan kita akan tanggal dan bulan kelahiran PSM. Saya berharap, budaya seperti ini terus dihidupkan dan kalau boleh kita bertemu sekali sebulan,” kata H Baco yang siap memfasilitasi pertemuan seruopa di masa datang.
 
Pernyataan yang sama diungkapkan oleh H Abdi Tunggal, mantan PSM seangkatan Ronny Pattinasarany. Dalam kesan dan pesannya Abdi Tunggal mengatakan pertemuan seperti ini hendaknya dilestarikan. Dia juga menekankan adanya kompetisi klub-klub PSM karena lewat kompetisi itu akan muncul pemain-pemain berbakat yang bisa diorbitkan untuk memperkuat PSM Makassar.
 
Pemain PSM era 80 dan 90-an, H Alimuddin Usman yang tampil memberikan kesan dan pesannya menyatakan, pemain bintang didapat dari hasil kompetisi. Karena itu ia berharap agar kompetisi PSM harus dihidupkan. Ia juga berharap pertemuan seperti ini terus digalakkan karena ia kuatir, suatu saat para mantan pemain PSM tidak lagi mengenal satu sama lain.
 
Butje Mole, mantan pemain PSM yang sehari-hari bertugas disekretariat PSM Makassar dalam kesempatan itu menyatakan, rasa syukur karena masih ada yang mengingatkan kita bahwa PSM sekarang telah menginjak usia 90 tahun. “Dan syukurlah bahwa yang mengingatkan kita justeru Surat Kabar Harian Ujungpandang Ekspres. Satu-stunya Harian di daerah ini yang memberitakan Hari Jadi PSM Makassar. Andaikata bukan Ujungpandang Ekspres, momentum bersejarah ini terlewatkan begitu saja,” kata Butje Mole.
 
Peserta temu kangen yang hadir berkisar 50 orang, terdiri dari para mantan pemain PSM Makassar dan para pengurus anggota perserikatan diantaranya, H Baco Achmad (PS Estika), Jawawi, Didik (PSAL), Kargiadi (wasit), H Hamid Achmad (PS Persis), Jufri (PS Makassar Putra), Alimuddin Usman (MFS 2000), M Nurdin (wasit/pengurus), Didik (pengurus PSM), H Abd Kadir (PS Anyelir), H Arfah (PS Tandung Bunga), Malawing (mantan pemain PSM), M Syarif Lili (PS AGI), Syakir S, Diza RA Ali (PS MOS Vavoca), H Gosse Halim (PS Swadiri Makassar), AB Rola, Abdi Tunggal (mantan pemain PSM), M Arsyad B (PS RS. Faisal). ()
 
=== Liga Primer Indonesia ===